XtGem Forum catalog

Pertobatan Yang Sejati.

PERTOBATAN YANG SEJATI
"Sebab dukacita menurut kehendak
Allah menghasilkan pertobatan
yang
membawa keselamatan dan yang
tidak akan disesalkan, tetapi
dukacita
yang dari dunia ini menghasilkan
kematian." (2 Korintus 7:10)
Dalam pernyataan ini Tuhan sedang
menekankan perbedaan antara
"dukacita menurut kehendak Allah"
dan "dukacita menurut kehendak
dunia". Dukacita menurut kehendak
Allah menghasilkan atau
"mengakibatkan" pertobatan yang
sejati karena itu adalah karya Allah
di dalam hati setiap dari orang-
orang pilihan-Nya.
Mungkin ada orang-orang yang
bertobat dari dosa ini atau dosa itu,
tetapi itu tidaklah sama dengan
keselamatan, hanya melalui
keselamatan
yang dikerjakan oleh Tuhan maka
kita dapat mengalahkan segala
jenis
dosa, baik dosa yang kita sadari
maupun yang tidak kita sadari
sebelumnya.
Sekarang apakah yang dimaksud
dengan dukacita menurut kehendak
Allah,
dan dukacita menurut kehendak
dunia? Pertama-tama marilah kita
melihat
pada "dukacita menurut kehendak
dunia" dengan melihat contoh dari
Yudas seperti yang kita baca dalam
kitab Matius 27:3-5 demikian:
"Pada waktu Yudas, yang
menyerahkan Dia, melihat, bahwa
Yesus telah
dijatuhi hukuman mati,
menyesallah ia [yaitu bertobat].
Lalu ia
mengembalikan uang yang tiga
puluh perak itu kepada imam-imam
kepala
dan tua-tua, dan berkata: "Aku telah
berdosa karena menyerahkan darah
orang yang tak bersalah." Tetapi
jawab mereka: "Apa urusan kami
dengan
itu? Itu urusanmu sendiri!" Maka
iapun melemparkan uang perak itu
ke
dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ
dan menggantung diri."
Disini kita melihat dalam konteks
sejarahnya pemenuhan secara
literal
dari "dukacita yang dari dunia ini
menghasilkan kematian", karena
pada
akhrinya Yudas membunuh dirinya
sendiri. Dalam hati nuraninya Yudas
"menyesal" tetapi itu tidak sama
dengan pertobatan yang
menghasilkan
keselamatan.
Perlu kita sadari bahwa ayat ini
bukan hanya berbicara tentang
kematian secara fisik, tetapi ini
juga menunjuk pada kematian yang
kekal, yaitu "kematian kedua",
dibuang ke dalam Neraka untuk
selama-lamanya. Inilah yang Yesus
tekankan dalam kitab Matius 26:24
demikian:
"Anak Manusia [yaitu Kristus]
memang akan pergi sesuai dengan
yang ada
tertulis tentang Dia, akan tetapi
celakalah orang yang olehnya Anak
Manusia itu diserahkan. Adalah
lebih baik bagi orang itu sekiranya
ia
tidak dilahirkan."
Ungkapan "celakalah" menunjuk
pada "penghakiman" seperti yang
diajarkan dalam kitab Matius 23:15
demikian:
"Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu
orang-orang munafik, sebab kamu
mengarungi lautan dan menjelajah
daratan, untuk mentobatkan satu
orang saja menjadi penganut
agamamu
dan sesudah ia bertobat, kamu
menjadikan dia orang Neraka, yang
dua
kali lebih jahat dari pada kamu
sendiri."
Ini mengingat kita akan perkataan
Yesus dalam kitab Matius 5:20 yang
kita baca demikian:
"Maka Aku berkata kepadamu: Jika
hidup keagamaanmu tidak lebih
benar
dari pada hidup keagamaan ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi,
sesungguhnya kamu tidak akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga."
Alkitab juga memberikan illustrasi
lainnya tentang "penyesalan" yang
bukan merupakan pertobatan yang
sejati -- dengan melihat contoh
yang
sangat tragis dari Esau. Dalam kitab
Ibrani 12:16-17 kita membaca
demikian:
"Janganlah ada orang yang menjadi
cabul atau yang mempunyai nafsu
yang
rendah seperti Esau, yang menjual
hak kesulungannya untuk sepiring
makanan. Sebab kamu tahu, bahwa
kemudian, ketika ia hendak
menerima
berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak
beroleh kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya [yaitu
bertobat], sekalipun ia mencarinya
dengan mencucurkan air mata."
Dengan demikian kita mengerti
bahwa sesungguhnya Tuhan
memberikan umat
manusia perintah yang tidak dapat
dipatuhi seperti "untuk percaya",
"untuk mengaku", "untuk menjadi
suci", dsb-nya. Bila seseorang
berpikir bahwa ia mampu untuk
mematuhi perintah-perintah ini,
maka ia
juga mampu untuk mematuhi
perintah dalam kitab Ulangan 10:16
yang
berkata demikian:
"Sebab itu sunatlah hatimu [yaitu
sunatlah kulit khatan hatimu] dan
janganlah lagi kamu tegar tengkuk."
Sekarang dengan cepat kita
menyadari tidak mungkinnya bagi
kita
manusia untuk mematuhi perintah
seperti ini dari diri kita sendiri.
Kemudian mengapa Tuhan
memberikan perintah-perintah ini
di dalam
Alkitab? Alasannya berhubungan
dengan fakta bahwa -- seluruh umat
manusia secara rohani adalah
menikah dengan Hukum Tuhan --.
Dan ingatlah bahwa hukum Tuhan
(hukum Taurat) sebenarnya hanya
melayani untuk membawa kita
kepada Penghakiman, seperti yang
kita baca
dalam kitab Roma 3:19-20
demikian:
"Tetapi kita tahu, bahwa segala
sesuatu yang tercantum dalam
Kitab
Taurat [sepuluh perintah dll.]
ditujukan kepada mereka yang
hidup di
bawah hukum Taurat, supaya
tersumbat setiap mulut dan
seluruh dunia
jatuh ke bawah hukuman Allah.
Sebab tidak seorangpun yang dapat
dibenarkan di hadapan Allah oleh
karena melakukan hukum Taurat,
KARENA
justru oleh hukum Taurat orang
mengenal dosa."
Dan kitab Galatia 3:10-111
menyatakan demikian:
"Karena semua orang, yang hidup
dari pekerjaan hukum Taurat
[sepuluh
perintah dll.], berada di bawah
kutuk. Sebab ada tertulis:
"Terkutuklah orang yang tidak setia
melakukan segala sesuatu yang
tertulis dalam kitab hukum Taurat."
Dan bahwa tidak ada orang yang
dibenarkan di hadapan Allah karena
melakukan hukum Taurat adalah
jelas, karena: "Orang yang benar
akan hidup oleh iman [=Kristus]."
Renungkanlah hal ini, jika hukum
Taurat (sepuluh perintah Allah dan
hukum-hukum upacara) dapat
menyelamatkan manusia (yaitu
menebus upah
dosa) maka Tuhan Yesus tidak perlu
turun dari Surga dan mati di atas
Kayu Salib. Kita harus mengerti
bahwa Kristus datang untuk
"menggenapi" hukum Taurat bukan
untuk menghapusnya. Dalam kitab
Matius
5:17-18 Yesus berkata demikian:
"Janganlah kamu menyangka, bahwa
Aku datang untuk meniadakan
hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku
datang bukan untuk
meniadakannya,
melainkan untuk MENGGENAPINYA.
Karena Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum
lenyap langit dan bumi ini, satu iota
atau
satu titikpun tidak akan ditiadakan
dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi."
Dan kitab 1 Petrus 2:21-24
menyatakan bahwa Yesus yang
menjadi Anak
Manusia akan menjadi "teladan"
yang harus di-ikuti oleh orang-orang
yang percaya. Dalam ayat itu kita
membaca demikian:
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil,
karena Kristuspun telah menderita
untuk kamu [yaitu orang-orang yang
percaya] dan telah meninggalkan
teladan bagimu, supaya kamu
mengikuti jejak-Nya. Ia tidak
berbuat
dosa, dan tipu tidak ada dalam
mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia
tidak membalas dengan mencaci
maki; ketika Ia menderita, Ia tidak
mengancam, tetapi Ia
menyerahkannya kepada Dia [yaitu
Allah Bapa],
yang menghakimi dengan adil. Ia
sendiri telah memikul dosa kita di
dalam tubuh-Nya di kayu salib,
supaya kita, yang telah mati
terhadap
dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh
bilur-bilur-Nya kamu telah
sembuh."
Dan kitab Ibrani 2:14
menambahkan demikian:
"Karena anak-anak itu adalah anak-
anak dari darah dan daging, maka Ia
[yaitu Kristus] juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat
bagian
dalam keadaan mereka, supaya
oleh kematian-Nya Ia
memusnahkan dia,
yaitu Iblis, yang berkuasa atas
maut"
Akan tetapi bagaimanapun juga
Tuhan memberikan perintah
mengenai
pertobatan di dalam seluruh
Alkitab. Jadi jika kita melihat
perintah
ini dengan cepat tanpa melihat
pada ayat-ayat lainnya di dalam
Kitab
Suci, maka kita dapat sampai pada
kesimpulan yang salah bahwa
manusia
dapat bertobat dari pilihannya
sendiri. Kita melihat contoh
mengenai
hal ini dalam kitab Kisah Para Rasul
17:30 yang berkata demikian:
"Dengan tidak memandang lagi
zaman kebodohan, maka sekarang
Allah
memberitakan kepada manusia,
bahwa di mana-mana semua
mereka harus
bertobat [metanoeo]."
Jadi mengapa Tuhan memerintah
manusia untuk berbuat sesuatu
yang tidak
mungkin manusia lakukan?
Sesungguhnya ini adalah suatu
"ujian" untuk
melihat apakah kita akan melihat
pada segala sesuatu yang Alkitab
katakan tentang subjek ini. Dalam
kitab 1 Korintus 2:12-13 kita
membaca demikian:
"Kita tidak menerima roh dunia,
tetapi roh yang berasal dari Allah,
supaya kita tahu, apa yang
dikaruniakan Allah kepada kita. Dan
karena
kami menafsirkan hal-hal rohani
kepada mereka yang mempunyai
Roh, kami
berkata-kata tentang karunia-
karunia Allah dengan perkataan
yang bukan
diajarkan kepada kami oleh hikmat
manusia, tetapi oleh Roh
[membandingkan hal yang rohani
dengan hal yang rohani - KJV].
Sekarang marilah kita kembali pada
contoh dalam kitab Ulangan 10:16
yang berkata demikian:
"Sebab itu sunatlah hatimu [yaitu
sunatlah kulit khatan hatimu] dan
janganlah lagi kamu tegar tengkuk."
Perintah yang sama juga kita
temukan dalam kitab Yeremia 4:4
yang kita
baca demikian:
"Sunatlah dirimu bagi TUHAN, dan
jauhkanlah kulit khatan hatimu, hai
orang Yehuda dan penduduk
Yerusalem, supaya jangan murka-
Ku mengamuk
seperti api, dan menyala-nyala
dengan tidak ada yang
memadamkan, oleh
karena perbuatan-perbuatanmu
yang jahat!"
Hanya bila kita terus menyelidiki
Kitab Suci, maka kita akan
menemukan
ayat dalam kitab Ulangan 30:6, yang
memberikan terang rohani dari
permasalahan ini. Dalam ayat itu
kita membaca demikian:
"Dan TUHAN, Allahmu, akan
menyunat hatimu dan hati
keturunanmu,
sehingga engkau mengasihi
TUHAN, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan
dengan segenap jiwamu, supaya
engkau hidup."
Dalam kata lain Tuhan-lah yang
harus mengerjakan seluruh karya
keselamatan supaya segala
kemuliaan dan kehormatan atas
keselamatan
hanya diberikan kepada Tuhan --
dan tidak ada seorang manusiapun
yang
dapat memegahkan diri dihadapan
Tuhan.
Hal ini juga sangat sesuai dengan
segala sesuatu lainnya yang Alkitab
ajarkan bahwa dalam sifat alaminya
manusia adalah "mati secara
rohani"
(Roma 3:10-18, Roma 3:23, 1
Korintus 15:22, Yehezkiel 37),
hanya
melalui kasih karunia Allah saja Ia
menebus orang-orang pilihan-Nya
melalui kematian, penguburan, dan
kebangkitan dari Tuhan Yesus
Kristus.
Dan ketika kita disunat secara
rohani, sama seperti sunat jasmani,
kita akan merasa sakit atau
"berduka" selama beberapa saat,
tetapi
itulah caranya bagaimana kita
dibersihkan dari dosa-dosa kita.

Back to posts