XtGem Forum catalog

Zainab & Muhammad: Manipulator Tersadis Di Dunia.

Phillip K. Hitti menulis bahwa
“walau ia satu2nya nabi yg
kelahirannya tercatat dalam
sejarah, masa muda Muhamad
tidak diketahui : bgm ia berjuang
menopang hidupnya, kesadaran
akan peranannya … kesemuanya
hanya didasarkan pada segelintir
laporan yg bisa dipercaya.” Tapi info
segelintir ini digunakan apra pakar
Muslim utk membela nabi dan
segala tindakannya yang di mata
non-Muslim dianggap sama sekali
tidak terpuji. Dlm membela nabi
mereka ini, Muslim bahkan
menolak pengakuan para
biographer Muhamad yg paling
dinipun.
Tapi bgm dgn Quran? Adakah
Muslim yg membantahnya ?
Saya memilih Surat Al Ahzab (Bab
33) bagi analisa saya mengenai
sikap Muhamad terhdp wanita.
Surat Ahzab membahas
pertempuran ‘the Battle of Trench’
dan perkawinan Zainab dgn Zaid,
seorang mantan budak sang ‘nabi.’
Ia diadopsi Muhamad sbg
puteranya sendiri. Karena adopsi
oleh tradisi berhala dulu dianggap
sbg perbuatan terpuji,
Muhamadpun menyebut dirinya
Abu Zaid, yi Bapaknya Zaid.
Perbuatannya ini sesuai dgn tradisi
kuno berhala yg sudah ada lama
sebelum Islam, tradisi mana dianut
Muhamad sebelum memulai
agama barunya itu.
[33.37] Dan (ingatlah), ketika kamu
berkata kepada orang yang Allah
telah melimpahkan nikmat
kepadanya dan kamu (juga) telah
memberi nikmat kepadanya:
"Tahanlah terus istrimu dan
bertakwalah kepada Allah", sedang
kamu menyembunyikan di dalam
hatimu apa yang Allah akan
menyatakannya, dan kamu takut
kepada manusia, sedang Allah-lah
yang lebih berhak untuk kamu
takuti. Maka tatkala Zaid telah
mengakhiri keperluan terhadap
istrinya (menceraikannya), Kami
kawinkan kamu dengan dia supaya
tidak ada keberatan bagi orang
mukmin untuk (mengawini) istri-
istri anak-anak angkat mereka,
apabila anak-anak angkat itu telah
menyelesaikan keperluannya
daripada istrinya. Dan adalah
ketetapan Allah itu pasti terjadi.
Mari kita baca apa yg dikatakan
Mohammad Marmaduke Pickthall,
penerjemah Quran dlm bahasa
Inggris yg menjadi panutan Muslim
seantero dunia. Ini yg ditulisnya
dlm pendahuluan Surat diatas tsb;
“Ayat 37 merujuk pada perkawinan
tidak bahagianya Zaid dgn Zainab,
wanita kelas tinggi bangsa Quraisy.
Nabi menjodohkan mereka berdua
dgn maksud mendobrak sistim
kasta masyarakat berhala, tanpa
sedikitpun mengindahkan perasaan
Zainab . Tradisi mengatakan bahwa
Zainab dan saudara lelakinya sangat
menentang perjodohan tsb dan
bahwa Zainab selalu inign menikahi
sang nabi. Bagi Zainab, perkawinan
ini hanyalah membawanya rasa
malu dan rasa hina.
Ketika nabi tahu akan
ketidakserasian perkawinan
mereka, ia mendesak Zaid agar
tidak menceraikannya, takut akan
penilian buruk masyarakat. Pada
akhirnya, Zaid menceraikannya dan
nabi DIPERINTAHKAN utk
menikahinya, dan dgn demikian
lewat contohnya ini, nabi
membatalkan adat takhyul kaum
berhala, yi menganggap putera2 yg
diadopsi sbg putera mereka
sendiri, yg merupakan hal
menentang hukum Allah (yi hukum
alam); sementara merencanakan
sebuah perkawinan, keinginan
wanita harus diperhitungkan.
Perkawinan tidak bahagia bukan
bagian dari rencana Allah dan tidak
boleh dianggap suci dlm Islam.”
Surat ini dimulai dgn seruan dari
Muhamad, yg bertanya pada
dirinya:
[33.1] Hai Nabi, bertakwalah kepada
Allah dan janganlah kamu menuruti
(keinginan) orang-orang kafir dan
orang-orang munafik. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana,(3)
Fakta bahwa Muhamad percaya
bahwa tuhannya Mekah (4) yg
menurunkan wahyu ini dan bahwa
tuhannya Mekah itu berada dibawah
perintah Allah yg Paling Tinggi dan
Maha Kuasa nyata sekali dari ayat
diatas.
Ayat pertama menunjukkan bahwa
saat ia mengucapkan kata2 itu, ia
letih dan frustrasi. Ia harus berpikir
keras apakah ia sebaiknya berhenti
bermimpi ttg Zainab, isteri anak
angkatnya, Zaid. Saat ia
mempertimbangkan utk
membatalkan niatnya itu, datanglah
akal bulusnya. Ini merupakan
kesempatan bagus baginya utk
membalas dendam terhdp ayah
dan ibu Zainab yg selalu
menganggap nabi gadungan itu
mahluk hina.
Tetapi apa yg membuatnya takut
pada Kafirun dan Munafikun ?
Dateline Mecca: Setelah kematian
Khadijah th 619M, pada tahun yg
sama itu juga paman dan pelindung
Muhamad, Abu Talib, wafat. Ia
akhirnya seorang diri, tanpa uang,
tanpa pelindung. Saat mencari
pelindung lelaki, ia juga kebelet
mencari perempuan utk
memuaskan dahaga seksualnya..
Matanya tertuju pada saudara
sepupunya, Zainab. Ia anggota suku
Quraish (YAHUDI !), muda dan
cantik. Walau keluarganya tidak
kaya raya, tingkah lakunya sangat
ningrat, sesuai dgn tata krama
sukunya.
Muhamad menjumpai ibunya,
Umimah binti Abdul Muttalib dan
kakak laki2nya, Abdullah Ibn Jash
dan meminta Zainab sbg isterinya.
Walau mereka sudah memeluk
Islam, mereka menolak perkawinan
ini karena Zainab terlalu muda utk
dikawinkan pada lelaki tua yg
pantas menjadi bapaknya, apalagi ia
tidak mampu membayar emas
kawin. Penolakan ini sangat
melukainya dan ia bersumpah utk
membalas hinaan ini.
Dateline: Medina: Timeline: Pada
akhir tahun ke 5 dan akhir tahun ke
7 Hijrah, Muhamad tidak hanya
sudah berkuasa, tetapi ia juga
mengumpulkan 4 wanita dlm
haremnya utk memuaskan nafu
seksualnya: Sawda, Aisha, Hafsah
and Umm Salama.(5) Ia kini berada
dlm posisi utk menghina Zainab
dan anggota keluarganya.
Rencananya adalah, Zaid
menceraikan isteri pertamanya
(LOH ! Zaid SUDAH NIKAH TOH !!)
dan menikahi Zainab. Dan begitu ia
menikahi Zainab, ia diperintahkan
agar segera menceraikannya, agar
merendahkan posisi dan
kehormatan wanita itu dimata suku
bangsanya. Dgn status rendah sbg
janda cerai ini, Zainab tidak punya
pilihan lain tetapi menerima
Muhamad sbg suaminya.
Tetapi masih ada dua halangan yg
harus dilewatinya:
1) Pihak berhala tidak setuju dgn
perkawinan antara bapak seorang
anak angkat dgn bekas isteri sang
anak angkat.
2) Deklarasinya bahwa seorang
lelaki tidak dapat menikahi lebih
dari empat isteri juga menjadi
halangannya.(6)
3) Kekuasaannya belum komplet
dan ia memerlukan lebih banyak
waktu agar dapt menjadi penguasa
absolut jazirah Arab yg di-
idam2kannya itu.
Ia takut kalau Zainab dibawa ke
Haremnya, kaum berhala akan
menentangnya. Ini akan
mempersulit ambisinya sbg raja
segala raja jazirah Arab.
Inilah yg dimaksudkan dgn
‘ketakutan Kafirun dan Munafikun’
yg dimaksudkan oleh ayat 33:1.
Nah, apa yg dilakukannya ? Bikin
deklarasi lagi, tentunya.
[33.4] Allah sekali-kali tidak
menjadikan bagi seseorang dua
buah hati dalam rongganya; dan Dia
tidak menjadikan istri-istrimu yang
kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan
Dia tidak menjadikan anak-anak
angkatmu sebagai anak kandungmu
(sendiri). Yang demikian itu
hanyalah perkataanmu di mulutmu
saja. Dan Allah mengatakan yang
sebenarnya dan Dia menunjukkan
jalan (yang benar).
(BTW : Zhihar adalah tradisi kaum
berhala Arab, dimana seorang
suami memberikan status ‘ibu ‘ kpd
isterinya. Setelah seorang suami
menyatakan bahwa isterinya spt
ibunya, sang isteri tidak lagi dapat
menuntut haknya yg didapatnya
dari perkawinan, dan ia juga tidak
bebas utk menikahi lelaki lain.)
Katanya juga:
[33.5] Panggillah mereka (anak-anak
angkat itu) dengan (memakai) nama
bapak-bapak mereka; itulah yang
lebih adil pada sisi Allah, dan jika
kamu tidak mengetahui bapak-
bapak mereka, maka (panggillah
mereka sebagai) saudara-
saudaramu seagama dan maula-
maulamu. Dan tidak ada dosa
atasmu terhadap apa yang kamu
khilaf padanya, tetapi (yang ada
dosanya) apa yang disengaja oleh
hatimu. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Muhamad sangat kategoris dlm hal
pemberian nama anak2 yg diadopsi
ini. Ia mengatakan kpd
pengikutnya, daripada memberikan
nama mereka kpd anak2 yg mereka
adopsi, mereka harus memberi
anak2 itu nama ayah biologis
mereka sendiri, dan jika mereka
tidak tahu siapa ayah biologis
mereka, mereka harus dinamakan
‘saudara seagama,’ atau ‘Maula’.
Jadi, lelaki Muslim yg mengadopsi
tidak boleh memberikan nama
mereka kpd anak2 yg mereka
adopsi.
Mengapa ? Ini merupakan tindakan
tidak berperikemanusiaan, selain
tidak praktis. Ini alasannya:
Setelah tsunami th 2004, ratusan
ribu lelaki dan wanita tewas. Anak2
mereka yg selamat tiba2 menjadi
yatim piatu, tanpa siapapun yg
mengurus dan mengasihi mereka.
Ada yg diurus yayasan2 amal, ada
juga yg diaposi oleh orang2 tulus
diseantero dunia. Misalkan salah
satu bayi diadopsi oleh lelaki
Muslim dan ia tidak tahu nama
ayah dari anak yg diadopsinya itu.
Jadi, apa perintah Islam baginya ?
Ia tidak boleh mencintai anak itu
spt anaknya sendiri dan ia tidak
boleh memberinya nama
keluarganya. Orang tidak boleh
menyangka bahwa mereka ayah-
anak. Panggilan Maula sama saja
dgn mengumumkan kpd dunia
bahwa, ‘ini lho, anak yang BUKAN
anak saya !’
Nah, bgm rasanya seorang anak yg
diperlakukan spt itu ? Inilah
perintah dari Allah yg Maha
Pengasih ?
Dan bgm dgn bayi perempuan yg
diadopsi Muslim ? Quran tidak
menyebut satu halpun ttg adopsi
anak perempuan oleh keluarga
Muslim. Allah lupa ?
Kata “Maula” dlm bhs Arab
menyimpan banyak arti. Bisa
berarti saudara sepupu, atau teman
dekat atau bahkan teman, Dan
menyebut seorang anak
perempuan yg diadopsi dgn nama
‘Maula’ semakin menguntungkan
bagi sang ‘ayah’ Muslim.
Kalau ia mau, ia BOLEH meniduri
anak itu, atau menikahinya saat ia
mencapai usia tertentu. Menyebut
anak adopsi itu sbg ‘puteri’nya atau
memberikan gadis itu namanya
hanya akan membatasi keinginan
sang ‘ayah’ Muslim selain, ia harus
memberinya cinta kasih yg sama
dgn anaknya sendiri.
Aturan Muhamad yg rancu ini
membuat pengikutnya menyatakan
bahwa adopsi dlm Islam TIDAK
diperbolehkan oleh Syariah. Jadi
dgn kata lain, walau seorang anak
malang tidak punya orang tua,
seorang Muslim tidak boleh
mengadopsinya; membiarkannya
mati atau terlantar lebih baik
daripada mengadopsinya, demikian
hukum Islam yg konon menurut
Muslim, penuh dgn kasih sayang
itu.
Bagi saya, inilah kekejaman ekstrim
Muhamad terhdp anak2. Bahkan
hewanpun tidak sekejam ini.
Bahkan hewanpun masih memiliki
kasih bagi bayi2 yg mereka adopsi.
Tapi Muslim tetap menyebutnya
sbg Insan al kamil dan rahmatul lil
alamin.
Karena keinginan Muhamad utk
meniduri Zainab inilah, ia
menurunkan aturan adopsi yg
sinting itu. Ia tahu bahwa kaum
berhala menyayangi anak2 adopsi
mereka spt anak mereka sendiri.
Kaum berhala tidak sedikitpun
berpikir utk meniduri anak2 mereka
yg mereka adopsi. Bagi kaum
berhala yg beretika tinggi ini,
menikahi anak adopsi mereka
adalah dosa besar. Tapi apa daya
mereka menghadapi penguasa
terbengis macam Muhamad ? (Ini
sama saja dgn tatap muka dng
Suharto-ketika presiden dulu- dan
mengatakan bahwa ia korup. Elu
mau digantung, apa ?)
Setelah ditanya, mengapa
Muhamad menamakan dirinya Abu
Zaid, ia dgn malunya mengatakan
bahwa ‘ia bukan ayahnya, maupun
bagian dari mereka.’ Apa yg
dilakukannya dulu, menurutnya,
adalah suatu kesalahan, dan tidak
boleh diterapkan lagi. Sungguh
memalukan !
Belum puas dgn mengobrak abrik
tradisi berhala yg terpuji, Muhamad
semakin menekankan posisi
pentingnya. Ia, sang ‘nabi,’
dianggapnya lebih dekat kpd
pengikutnya, ketimbang ibu dan
ayah mereka sendiri.
[33.6] Nabi itu (hendaknya) lebih
utama bagi orang-orang mukmin
dari diri mereka sendiri dan istri-
istrinya adalah ibu-ibu mereka. Dan
orang-orang yang mempunyai
hubungan darah satu sama lain
lebih berhak (waris mewarisi) di
dalam Kitab Allah daripada orang-
orang mukmin dan orang-orang
Muhajirin, kecuali kalau kamu mau
berbuat baik kepada saudara-
saudaramu (seagama). Adalah yang
demikian itu telah tertulis di dalam
Kitab (Allah).
Dari ayat diatas, ia menuntut agar
pengikutnya patuh TOTAL kpdnya
dan memiliki rasa hormat TOTAL
padanya. (Itulah arti Islam: tunduk
TOTAL tanpa tanya !)

Back to posts