Snack's 1967

Muhammad Dibandingkan Dengan Nabi-nabi Sebelumnya.

Hanya beberapa tahun yang lalu,
tidak biasanya kita menemui orang
muslim di Amerika kecuali dalam
lingkungan pendidikan. Kini, makin
banyak orang muslim yang datang
kemari untuk pendidikan, bisnis,
dan dakwah (penyebaran agama).
Dengan bertumbuhnya agama
Islam di Amerika, maka perlu
kiranya bagi umat Kristen untuk
mengetahui hal-hal dasar mengenai
Islam sebagai agama dan para
Muslim sebagai pemeluknya. Untuk
tujuan ini, kita akan mempelajari
Muhamad, pendiri agama Islam
yang lahir kira-kira tahun 570
sesudah Masehi di kawasan yang
kini kita kenal sebagai Arab Saudi.
Muhamad mengaku bahwa Jibril
(Gabriel) menyuruhnya untuk
berkata-kata dan mengutus
Muhamad sebagai nabi Allah.
Hal pertama yang harus kita ketahui
adalah pribadi Muhamad. Muhamad
mengaku sebagai nabi yang
memberi peringatan kepada para
penyembah berhala di masanya.
Selain itu, Muhamad juga mengaku
bahwa ia adalah ‘nabi terakhir’
setelah Musa, Nuh, Abraham,
Ismail, Daud, dan Sayidina Isa . Jika
saja Muhamad tidak menyamakan
dirinya dengan nabi-nabi
sebelumnya, maka tidaklah sulit
untuk menilai kenabian Muhamad.
Namun, karena Muhamad mengaku
berasal dari tradisi kenabian masa
lampau, kita melihat banyak
masalah bermunculan.
Pertama, para nabi di Perjanjian
Lama selalu memanggil umat Israel
untuk kembali kepada hukum
Taurat dan Perjanjian. Ini adalah
tema utama bagi para nabi. Bacalah
kitab nabi manapun dalam
Perjanjian Lama, Anda akan
menemukan tema ini: memanggil
umat yang telah sesat untuk
kembali menyembah kepada
Yahweh, sang Pencipta dan
Penyelamat. Muhamad jelas tidak
sesuai dengan panggilan ini. Ia
tidak memanggil umat untuk
kembali kepada hukum Taurat dan
Perjanjian yang telah diberikan
Tuhan sendiri, melainkan
menggantinya dengan kata-katanya
sendiri. Firman Tuhan yang datang
sebelumnya dipandang penting
hanya jika dapat dipergunakan
untuk mendukung pesan Muhamad
yang menurut pengakuannya tidak
saling bertentangan.
Kedua, para nabi sebelum
Muhamad tidak mengambil
tindakan untuk menghukum
umatnya. Jika kita baca kitab nabi
Yeremia, nabi Yesaya, atau nabi
Amos, ada nubuat bahwa Yahweh
sendiri yang akan menghukum
umatnya yang tidak percaya.
Yeremia menyatakan bahwa Tuhan
memakai kerajaan Babilonia untuk
menghukum umat Israel. Yeremia
tidak membentuk pasukan pribadi
lalu main hakim sendiri. Anehnya,
Muhamad justeru melakukan hal
ini! Bertentangan dengan
Muhamad, tidak ada nabi Perjanjian
Lama yang menyatakan jihad. Tidak
ada jihad melawan Mesir, jihad
melawan Babilonia, jihad melawan
Yunani, atau melawan siapapun.
Ketiga, para nabi dalam Perjanjian
Lama hidup dalam kesusahan.
Mereka diasingkan, dihina,
dianiaya, bahkan dibunuh. Tidak ada
satu pun nabi yang berusaha
membela dirinya atau melawan.
Kebalikannya, Muhamad tidak
membiarkan dirinya diasingkan. Ia
tidak mengijinkan adanya oposisi.
Dan ini dilakukannya melawan
pribadi maupun kelompok. Sebagai
contoh, seorang Yahudi bernama
Ka’b Ibn Al-Ashraf menulis sajak-
sajak yang mengkritik Muhamad.
Maka suatu hari Muhamad berkata,
”Siapa yang akan menyingkirkan
Ka’b bagiku?” Lima pengikut,
termasuk Muhamad Ibn Maslama
memancing Ka’b untuk keluar
rumah, kemudian mereka
memenggal kepalanya. Mereka
membawa kepala Ka’b kepada
Muhamad sambil berteriak, “Allahu
Akbar!” dan Muhamad menyetujui
tindakan tersebut.[1]
Tapi yang lebih parah, adalah yang
menimpa orang-orang Yahudi yang
tinggal di Medinah dan kota-kota
sekitarnya. Di tahun ketujuh masa
kekuasaan Muhamad, sebuah
kampanye dilancarkan untuk
melawan orang-orang Yahudi di
Khaibar. Di Medinah, Muhamad
dengan keras membungkam orang-
orang Yahudi yang mengkritiknya.
Umat Yahudi mempertanyakan
pemahaman Muhamad mengenai
kitab-kitab Perjanjian Lama karena
bagi mereka, pemahaman
Muhamad sungguh amat dangkal.
Padahal Muhamad mengatakan
bahwa kitab-kitab Perjanjian Lama
harus dibaca dan dihormati.[2]
Kasus pertama menimpa sebuah
suku Yahudi yang disebut Banu
Kainuka. Seorang Yahudi menjahili
seorang perempuan Arab, sehingga
ia dibunuh oleh seorang Muslim.
Banu Kainuka kemudian balas
membunuhnya. Setelah insiden
tersebut, Muhamad
memerintahkan untuk menahan
orang-orang Yahudi dan mereka
diharuskan menyerahkan semua
harta benda, kemudian mereka
diizinkan mengungsi ke Siria.
Kaum laki-laki dari Banu Kainuka
bernasib malang. Mereka tidak
mendukung Muhamad saat ia
mengepung kota Medinah. Sebagai
konsekuensi, seluruh laki-laki dari
suku ini dihukum mati, sedangkan
para perempuan dan anak-anak
dijual sebagai budak. Ada lebih dari
600 laki-laki suku Kainuka yang
dibantai. Andrae menyinggung hal
ini dalam komentarnya mengenai
karakter Muhamad,”Seorang harus
menilai kekejaman Muhamad
terhadap orang Yahudi sebagai
akibat dari penolakan mereka yang
menimbukan kekecewaan terbesar
dalam hidup Muhamad, dan pada
saat itu, mereka merupakan
ancaman yang dapat
menghancurkan otoritas kenabian
Muhamad.”[3]
Muhamad dikritik orang Yahudi dan
orang Mekah karena ia tidak dapat
menunjukkan mujizat-mujizat
seperti nabi-nabi sebelumnya.
Muhamad menunjuk Qur’an
sebagai suatu mujizat. Karena
Qur’an menyuruh kita untuk
merujuk kepada Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru, kita
menemukan perbedaan mendalam
antara kenabian Muhamad dengan
yang dikatakan Kitab Suci mengenai
keaslian seorang nabi. Kita lihat
sebuah ayat yang sering digunakan
umat Muslim untuk membuktikan
kenabian Muhamad. Dalam kitab
Ulangan 18:15, Musa menyatakan:
Seorang nabi dari tengah-
tengahmu, dari antara saudara-
saudaramu, sama seperti aku, akan
dibangkitkan bagimu oleh TUHAN,
Allahmu; dialah yang harus kamu
dengarkan.
Dari ayat ini saja, jelas-jelas
dinyatakan bahwa nabi tersebut
haruslah dari umat Israel sendiri!
Tapi marilah kita lanjutkan ke ayat
21 dan 22:
Jika sekiranya kamu berkata dalam
hatimu: Bagaimanakah kami
mengetahui perkataan yang tidak
difirmankan TUHAN? Apabila
seorang nabi berkata demi nama
TUHAN dan perkataannya itu tidak
terjadi dan tidak sampai, maka
itulah perkataan yang tidak
difirmankan TUHAN; dengan terlalu
berani nabi itu telah
mengatakannya, maka janganlah
gentar kepadanya.
Jika kita membaca kisah para nabi
di Perjanjian Lama, mereka
menubuatkan kejadian-kejadian
yang akan terjadi dalam waktu
dekat maupun masa yang masih
jauh. Sebagai contoh, nabi
Yehezkiel menyatakan bahwa
Yerusalem akan runtuh saat ia
menjadi tawanan di Babilonia. Hal
yang sama bahkan telah dinyatakan
oleh nabi Yeremia, saat ia berada di
Yerusalem, jauh hari sebelum
keruntuhannya, namun cukup dekat
sehingga pada masa itu orang dapat
melihat nubuat tersebut memang
berasal dari Tuhan karena menjadi
kenyataan. Nabi Amos
menubuatkan bencana gempa bumi
yang memang terjadi dua tahun
kemudian. (Amos 1:1)
Para cendekia Muslim mengatakan
bahwa Sura 44:9-16 menubuatkan
kekalahan orang-orang Mekah. Tapi
pembacaan yang jujur
menunjukkan bahwa itu merujuk
pada hari penghakiman terakhir:
Tetapi mereka bermain-main dalam
keragu-raguan. Maka tunggulah hari
ketika langit membawa kabut yang
nyata, yang meliputi manusia.
Inilah azab yang pedih. (Mereka
berdoa): "Ya Tuhan kami,
lenyapkanlah dari kami azab itu.
Sesungguhnya kami akan beriman."
Bagaimanakah mereka dapat
menerima peringatan, padahal
telah datang kepada mereka
seorang rasul yang memberi
penjelasan, kemudian mereka
berpaling daripadanya dan berkata:
"Dia adalah seorang yang
menerima ajaran (dari orang lain)
lagi pula seorang yang gila.
Sesungguhnya (kalau) Kami akan
melenyapkan siksaan itu agak
sedikit sesungguhnya kamu akan
kembali (ingkar). (Ingatlah) hari
(ketika) Kami menghantam mereka
dengan hantaman yang keras.
Sesungguhnya Kami adalah
Pemberi balasan.
Nubuat-nubuat lain yang dirujuk
oleh cendekia Muslim bersifat
sangat umum, sehingga tidak
sebanding dengan nubuat-nubuat
Perjanjian Lama yang sangat
spesifik. Sura 13:8, 14:24, dan 8:36
menubuatkan kemenangan Islam,
ketetapan ajarannya dan
pertumbuhan kekuasaan Islam
awal. Dalam membaca ayat-ayat
tersebut kita menemui rujukan
pada penghakiman terakhir,
hukuman dan penderitaan dalam
neraka, juga pada bagian terakhir
sebuah komentar mengenai
kemenangan dalam pertempuran
Badr, setelah kejadiannya. Ada
semacam kontradiksi antara Qur’an
dengan cendekia Muslim. Qur’an
hanya menyatakan Muhamad
sebagai pemberi peringatan, tetapi
para cendekia terpaksa
menyediakan semacam mujizat
nubuat atas tuntutan orang Mekah
terhadap kenabian Muhamad.
Keempat, ada masalah besar bagi
non-Muslim yang ingin
mengevaluasi kenabian Muhamad.
Ini menyangkut kredibilitas dan
kejujuran. Adalah sebuah aksioma
bahwa Muslim menerima Qur’an
sebagai benar dan Muhamad
sebagai orang yang jujur. Seorang
nabi sudah sepantasnya
menyatakan kebenaran. Nubuat
para nabi Perjanjian Lama terbukti
benar, tetapi apa yang mereka
nyatakan mengenai masa lalu pun
adalah benar. Di mana masa lalu
dirujuk dalam Perjanjian Lama,
rujukannya benar dan sesuai
dengan kenyataan dan sejarah. Di
lain pihak, ada rujukan-rujukan
dalam Qur’an yang dianggap benar,
namun pada kenyataannya salah.
Haruskah kita percaya kepada
Muhamad apabila catatan sejarah
berlawanan dengan apa yang
disampaikannya?
Ambil sebagai contoh Sura 5:110:
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan:
"Hai Isa putra Maryam, ingatlah
nikmat-Ku kepadamu dan kepada
ibumu di waktu Aku menguatkan
kamu dengan ruhulkudus. Kamu
dapat berbicara dengan manusia di
waktu masih dalam buaian dan
sesudah dewasa; dan (ingatlah) di
waktu Aku mengajar kamu menulis,
hikmah, Taurat dan Injil, dan
(ingatlah pula) di waktu kamu
membentuk dari tanah (suatu
bentuk) yang berupa burung dengan
izin-Ku, kemudian kamu meniup
padanya, lalu bentuk itu menjadi
burung (yang sebenarnya) dengan
seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu
kamu menyembuhkan orang yang
buta sejak dalam kandungan ibu
dan orang yang berpenyakit sopak
dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di
waktu kamu mengeluarkan orang
mati dari kubur (menjadi hidup)
dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di
waktu Aku menghalangi Bani Israel
(dari keinginan mereka membunuh
kamu) di kala kamu mengemukakan
kepada mereka keterangan-
keterangan yang nyata, lalu orang-
orang kafir di antara mereka
berkata: "Ini tidak lain melainkan
sihir yang nyata."
Di sini kita mendapatkan fakta dan
fiksi tercampur-aduk. Orang Kristen
tidak menerima injil palsu yang
menceritakan Sayidina Isa
membuat burung dari tanah liat
kemudian membuatnya hidup.
Injil-injil palsu bermunculan lebih
dari seratus tahun setelah Sayidina
Isa . Injil-injil tersebut adalah fiksi
yang muncul karena keingintahuan
orang mengenai masa-masa hidup
Sayidina Isa yang tidak dicatat
dalam Injil sejati. Injil Yohanes
menyatakan bahwa mujizat
pertama Sayidina Isa adalah
mengubah air menjadi anggur
dalam sebuah perjamuan
pernikahan di Kana. Ini mungkin
mengejutkan bagi pemikiran
Muslim, tapi kenyataannya anggur
adalah bagian hidup sehari-hari di
Israel.
Contoh lain adalah rujukan
mengenai penyaliban Sayidina Isa .
Sura 4:157:
dan karena ucapan mereka:
"Sesungguhnya Kami telah
membunuh Al Masih, Isa putra
Maryam, Rasul Allah", padahal
mereka tidak membunuhnya dan
tidak (pula) menyalibnya, tetapi
(yang mereka bunuh ialah) orang
yang diserupakan dengan Isa bagi
mereka. Sesungguhnya orang-orang
yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar
dalam keragu-raguan tentang yang
dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang
siapa yang dibunuh itu, kecuali
mengikuti persangkaan belaka,
mereka tidak (pula) yakin bahwa
yang mereka bunuh itu adalah Isa.
Ada beberapa penjelasan menarik
tentang mengapa Muhamad
membuat pernyataan di atas, tetapi
fakta sejarah membuktikan
kesalahannya. Apa yang tertulis
dalam Injil, maupun catatan sejarah
Yahudi maupun non-Yahudi
memperkuat fakta bahwa
Sayidina Isa memang disalib.
Ajaran Gereja awal dan tradisi orang
Kristen mendukung bahwa Sayidina
Isa benar-benar disalib dan
kemudian bangkit dari kematian.
Muhamad ternyata tidak termasuk
dalam kelompok ini. Pada masa
kini memang ada orang yang
menolak kebangkitan Sayidina Isa
karena filsafat duniawi mereka,
tetapi mereka sama sekali tidak
menyangkal bahwa penyaliban
Sayidina Isa benar terjadi.
Satu lagi contoh kesalah-pahaman
atau ketidaktahuan Muhamad
adalah mengenai Tuhan
sendiri.Sura 4:171 menyatakan:
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu
melampaui batas dalam agamamu,
dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya Al Masih, Isa putra
Maryam itu, adalah utusan Allah
dan Kalimat-Nya yang disampaikan-
Nya kepada Maryam, dan Roh dari-
Nya. Maka berimanlah kamu
kepada Allah dan rasul-rasul-Nya
dan janganlah kamu mengatakan:
"(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari
ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang
Maha Esa, Maha Suci Allah dari
mempunyai anak, segala yang di
langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah
sebagai Pemelihara.
Penolakan Muhamad terhadap
Sayidina Isa sebagai Anak Allah
mencerminkan ketidakpahaman
Muhamad akan konsep Trinitas. Jika
Tuhan Maha Pengasih, maka siapa
yang dikasihi Tuhan sebelum
penciptaan alam semesta? Kasih
bersifat dua arah. Pemahaman
monotheistik Trinitas
mencerminkan ke-Esaan Tuhan di
mana Allah Bapa yang kekal,
mengasihi Anaknya yang kekal, dan
Roh Kudus yang kekal. Jika kita
membaca Injil, kita tidak dapat
menghindar dari kesimpulan bahwa
Sayidina Isa adalah Anak Allah yang
kekal, telah menjadi manusia
dalam daging sebagai satu-satunya
penebus umat manusia.
Kita bisa menarik kesimpulan
mengenai Muhamad sebagai nabi
Allah. Bisa saja kita menyimpulkan
bahwa Muhamad benar sedangkan
seluruh dunia salah, tetapi fakta
sejarah berkata lain. Kita bisa
menyimpulkan bahwa pesan
Muhamad berasal dari ‘Allah’,
namun bukan dari Yahweh. Kita bisa
menyimpulkan bahwa Muhamad
mendapatkan informasi yang salah,
namun menggunakannya tanpa
menyadarinya. Mungkinkah Tuhan
menyalahi pesan yang Ia berikan
sebelumnya? Orang Kristen percaya
bahwa Yahweh Maha-tahu dan
konsisten. Ia tidak mungkin
merubah isapan jempol menjadi
fakta.
Tujuan mujizat nubuat dalam
Perjanjian Lama adalah
membuktikan bahwa Yahweh
sendiri adalah yang Tertinggi. Tidak
ada gunanya bagi nabi Yesaya untuk
berkata, “Tidak ada tuhan selain
Yahweh, dan Yesaya adalah
rasulnya.” Tidak ada yang
meragukan bahwa Yesaya, Amos,
Elia, atau Yehezkiel adalah nabi.
Mereka memang ditentang, namun
pada akhirnya pemenuhan nubuat
membuktikan bahwa pesan mereka
memang berasal dari Yahweh.
Mereka tidak perlu pengakuan
orang lain bahwa mereka adalah
utusan dari Tuhan.
Nah, kesimpulan ini dapat diterima
oleh non-Muslim, tetapi jawaban
orang Muslim adalah bahwa
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
telah dirubah oleh orang Yahudi dan
Kristen. Ini adalah tuduhan tak
berdasar yang tidak didukung oleh
bukti. Tidak ada bukti yang
menunjukkan sebuah
persekongkolan antara orang Yahudi
dan Kristen untuk melawan
Muhamad dengan merubah Kitab
Suci. (kita akan membahas hal ini
terakhir)
Kelima, orang Muslim mengatakan
bahwa Muhamad tidak pernah
berdosa. Fazlur Rahman
menulis,”Seorang nabi adalah
pribadi yang secara keseluruhan
sifat dan tingkah-lakunya jauh
berada di atas manusia rata-rata. Ia
adalah seorang yang ab inito tidak
setuju dengan idealisme manusia,
dan memiliki kehendak untuk
menulis kembali sejarah.
Pandangan umum Muslim,
karenanya mengambil kesimpulan
yang benar secara logis bahwa para
nabi dipandang bebas dari
kesalahan-kesalahan serius (doktrin
isma). Muhamad adalah pribadi
yang dimaksud, bahkan satu-
satunya yang dikenal dalam
sejarah.”[4]
Rahman mengakui bahwa doktrin
“bebas dosa” para nabi terbentuk
lama setelah masa Muhamad.
Setelah kematian Muhamad,
pengikutnya memerlukan
bimbingan tambahan yang tidak
ditemukan dalam Qur’an. Karena
itu dirasakan perlu untuk
mencontoh tingkah laku Muhamad.
Dengan kata lain, semua keputusan
yang dibuat Muhamad semasa
hidupnya yang tidak ditulis dalam
Qur’an, kini dianggap bebas dari
kesalahan. Rahman
menambahkan,”Penerima wahyu
ilahi tidak dapat diharapkan
membuat kekeliruan besar,
terutama dalam masalah moral.
Karenanya, doktrin teologi hanya
menyangkup kekeliruan yang serius
dan bukan kekeliruan kecil dalam
pertimbangan seperti halnya teori
legal yang spesifik.”[5]
Andrae menjabarkan dogma Islam
yang menyodorkan Muhamad
sebagai bebas dosa. Menurut
dogma ini,”ia tidak pernah
melakukan dosa secara sengaja,
dan kalaupun demikian, mungkin ia
memang salah melakukan
perbuatan yang bisa dianggap
sebagai dosa ringan.”[6]
Dogma ini menimbulkan beberapa
masalah serius. Pertama, Quran
menjabarkan sebuah firman di
mana Allah mengampuni dosa
Muhammad (Sura 48:1):
Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu
kemenangan yang nyata, supaya
Allah memberi ampunan kepadamu
terhadap dosamu yang telah lalu
dan yang akan datang serta
menyempurnakan nikmat-Nya
atasmu dan memimpin kamu
kepada jalan yang lurus, dan supaya
Allah menolongmu dengan
pertolongan yang kuat (banyak).
Andrae mengutip Muhamad saat ia
berdoa dengan nabi-nabi masa lalu
(Sura 3:147):
Tidak ada doa mereka selain
ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah
dosa-dosa kami dan tindakan-
tindakan kami yang berlebih-
lebihan dalam urusan kami dan
tetapkanlah pendirian kami, dan
tolonglah kami terhadap kaum yang
kafir."[7]
Jika melihat contoh di atas, kita
tidak dapat menghindar dari
kesimpulan bahwa Muhamad
memang berbuat dosa.
Lagipula, perbedaan antara dosa
serius dengan dosa ringan tampak
mencolok dalam beberapa kasus.
Tampak perbedaan antara
berbohong dan mencuri jika kita
bandingkan bardasarkan akibatnya.
Tapi keduanya adalah dosa serius.
Apa yang kita simpulkan dari
kehidupan Muhamad sebagai
seorang nabi? Dapatkah kita
benarkan dia dari perbuatan
merampok? Dapatkah kita anggap
perbuatannya terhadap orang
Yahudi sebagai dosa ringan?
Dapatkah kita anggap pembantaian
600 orang Yahudi sebagai hal
sepele? Apakah pembenaran
Muhamad terhadap poligami
termasuk dosa ringan? Dapatkah
kita mengacuhkan kasus-kasus
tersebut dengan rasionalisasi
bahwa begitulah cara hidup di masa
itu? Jika kita berbicara mengenai
Tuhan yang Maha Adil dan nabi
bebas dosa, dapatkah kita
menyatukan kedua konsep ini
dalam pribadi Muhamad? Ini adalah
masalah serius yang harus dihadapi
jika kita ingin menentukan kriteria
seorang nabi.
Nabi-nabi dalam Perjanjian Lama
ikut melibatkan diri dalam masalah
etika dan moral. Mencuri,
berkhianat, perceraian, perzinahan,
dan penyembahan berhala
semuanya ditentang oleh para nabi.
Ada jurang perbedaan moralitas
yang mendalam antara pribadi
Sayidina Isa dengan Muhamad.
Mengatakan bahwa Muhamad
bebas dosa, seperti yang diajukan
oleh Rahman menurut dogma
Muslim, sama dengan memutar-
balik konsep mengenai dosa.
Banyak nabi dalam Perjanjian Lama
yang mengakui dosa mereka
kepada Yahweh, dan mereka
diampuni. Yesaya (6:1-7) dan Daud
adalah contoh. Sedangkan untuk
Muhamad, sepertinya ada
peraturan khusus yang membuat
setiap perilaku Muhamad benar dan
baik, dan tidak satu pun
perbuatannya dapat dikatakan
sebagai dosa atau menyalahi moral.
Keenam, ada dimensi lain yang
harus kita cermati. Muhamad
seringkali merujuk kepada Kitab
Suci dan menyarankan baik orang
Yahudi maupun Kristen untuk
menuruti apa yang tertulis di
dalamnya. Kita telah menunjukkan
bagaimana orang Yahudi
mempertanyakan pemahaman
Muhamad terhadap Perjanjian
Lama. Namun bagaimana dengan
Perjanjian Baru? Ada beberapa ayat
dalam Perjanjian Baru yang sangat
cocok dengan Muhamad.
Anak-anakku, waktu ini adalah
waktu yang terakhir, dan seperti
yang telah kamu dengar, seorang
antikristus akan datang, sekarang
telah bangkit banyak antikristus.
Itulah tandanya, bahwa waktu ini
benar-benar adalah waktu yang
terakhir.
1Yohanes 2:18
Siapakah pendusta itu? Bukankah
dia yang menyangkal bahwa
Sayidina Isa adalah Kristus? Dia itu
adalah antikristus, yaitu dia yang
menyangkal baik Bapa maupun
Anak. Sebab barangsiapa
menyangkal Anak, ia juga tidak
memiliki Bapa. Barangsiapa
mengaku Anak, ia juga memiliki
Bapa.
1Yohanes 2:22-23
Dalam pasal 1 Yohanes pasal 4,
nabi palsu dijabarkan sebagai orang
yang menyangkal bahwa Bapa telah
mengutus Anak untuk
menyelamatkan dunia. Bandingkan
dengan pernyataan iman berikut:
Barang siapa mengaku, bahwa
Sayidina Isa adalah Anak Allah,
Allah tetap berada di dalam dia dan
dia di dalam Allah.
1Yohanes 4:15
Yohanes terus mengingatkan kita:
Barangsiapa percaya kepada Anak
Allah, ia mempunyai kesaksian itu
di dalam dirinya; barangsiapa tidak
percaya kepada Allah, ia membuat
Dia menjadi pendusta, karena ia
tidak percaya akan kesaksian yang
diberikan Allah tentang Anaknya.
Dan inilah kesaksian itu: Allah telah
mengaruniakan hidup yang kekal
kepada kita dan hidup itu ada di
dalam Anaknya. Barangsiapa
memiliki Anak, ia memiliki hidup;
barangsiapa tidak memiliki Anak, ia
tidak memiliki hidup.
1Yohanes 5:10-12
Ajaran dalam Perjanjian Baru, yang
tidak dipahami Muhamad,
menyatakan bahwa ia adalah
seorang nabi palsu. Di masa
sekarang yang bersifat pluralistik,
pandangan ini tentu kurang
populer. Kita hidup pada masa di
mana semua agama dianggap
berasal dari Tuhan, dan semuanya
menjamin keselamatan. Tentu saja,
pandangan relativisme seperti ini
ditentang oleh Islam ortodoks, dan
juga oleh Kristen sendiri. Ravi
Zacharias berkomentar bahwa
mengatakan semua agama adalah
palsu lebih masuk akal daripada
mengatakan semua agama adalah
benar. Kebenaran semua agama
dihancurkan oleh kontradiksi antara
ajaran yang satu dengan yang lain.
Muslim mengatakan bahwa Qur’an
berasal dari Tuhan, namun
tampaknya bersifat terbatas,
mengingat perlunya penambahan-
penambahan dari sumber lain.
Sebagai contoh, tradisi mengenai
Muhamad mencakup semua yang
pernah diucapkan, dilakukan, atau
disetujui olehnya. Seseorang
meminta izin kepada Muhamad
untuk naik Haji menggantikan
ibunya yang baru saja meninggal.
Menurut cerita, Muhamad
mengizinkan hal ini sebagai hutang
seorang ibu yang harus dilunasi
oleh anaknya. Cerita-cerita
semacam ini ditemukan di Sunnah,
atau kumpulan perbuatan
Muhammad.
Ada banyak masalah dalam Sunnah.
Karena cerita-cerita ini baru
dikumpulkan satu setengah abad
setelah Muhamad, timbul
pertanyaan mengenai mana yang
otentik dan mana yang tidak. Dari
600.000 tradisi, Bukhari
menyimpulkan bahwa hanya sekitar
2600 yang bisa dianggap otentik,
“setelah mempertimbangkan
duplikat-duplikat serta laporan-
laporan yang meragukan.”[8]
Muhamad Ismail al-Bukhari (870)
dan Muslim Ibn al-Hajjaj
mengumpulkan dua buku dari
‘Enam Buku Tradisi’. Keempat buku
lainnya juga dihormati di kalangan
Muslim. Kaum Muslim Shiah
memiliki pula buku-buku hadits
mereka. Cendekia non-Muslim
berpendapat bahwa keenam buku
tradisi “saling bertentangan, berat
sebelah, dan tidak sesuai jaman”
serta,”keenam buku tersebut
sebagian besar memuat bahan yang
dibuat-buat.”[9]
Hadits atau tradisi menyediakan
bimbingan tambahan apabila dalam
Qur’an tidak dapat ditemukan. Sura
33:21 menyatakan:
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.
Ayat ini tidak menunjukkan bahwa
kebiasaan Muhamad dalam makan,
cuci tangan, mandi, duduk, atau
apapun disamakan dengan wahyu
ilahi.
Ada satu lagi sumber panduan
untuk melengkapi Qur’an, yaitu
ijma atau konsensus masyarakat.
Konsensus ini tidak boleh
bertentangan dengan Sunnah dan
Qur’an. Konsensus ini diambil dari
masyarakat Muslim di masa lalu
(bukan dari jaman sekarang)
terutama dari generesi Muslim
pertama. Ini menunjukkan kuatnya
pengaruh tradisi dalam Islam.
Adakah yang benar-benar baru
dalam Islam? Saat membaca Qur’an
tidak ada hal baru kecuali
pernyataan bahwa Muhamad adalah
utusan Allah. Qur’an memiliki
banyak kekeliruan mengenai
sejarah. Menurut Qur’an Maria
termasuk dalam Trinitas, dan ada
kekeliruan mengenai siapa Maria
sebenarnya. Beberapa cendekia
Muslim mengatakan bahwa,”Qur’an
selalu bersesuaian dengan Kitab
Suci, bahkan mengenai hal-hal yang
disembunyikan dari Muhamad oleh
ahli agama.”[10] Pernyataan seperti
ini timbul dari teori Muslim bahwa
orang Yahudi dan Kristen mengubah
Kitab Suci mereka.
Kalaupun memang benar Kitab Suci
dirubah, pastilah terjadi setelah
Muhamad meninggal. Jika ini terjadi
sebelum Muhammad, seorang
harus mengajukan teori bahwa ada
persekongkolan besar-besaran
untuk merubahnya sebelum
Muhammad lahir. Pada
kenyataannya, ada banyak naskah
Kitab Suci yang beredar jauh
berabad-abad sebelum Muhamad.
Salah satu yang tertua adalah
Chester Beatty papyri yang memuat
Injil, Kisah Para Rasul, dan surat-
surat Paulus yang berasal dari
tahun 250 sesudah Masehi.
Walaupun ada banyak naskah tua
sebelum Muhammad, kita harus
ingat bahwa banyak naskah yang
telah hilang ketika orang Kristen
dianiaya dan dipaksa membakar
naskah-naskah tersebut. Di lain
pihak, orang Muslim harus
mengingat bahwa pernah ada
sedikitnya empat versi kumpulan
Qur’an. “Keempat kumpulan tidak
resmi ini dimiliki Abd Allah b.
Masud, Abu Musa, Abd Allah al
Ashari, dan Mikdad b. Amr.[11] Di
masa kekuasaan Kalifah Uthman,
satu versi dinyatakan sebagai
resmi, sedangkan yang lainnnya
dimusnahkan. Apakah yang dipilih
memang yang benar?
Naskah Kristen terlengkap adalah
Codex Vaticanus dan Codex
Sinaiticus yang memuat seluruh
Perjanjian Lama dan seluruh
Perjanjian Baru dan ditulis pada
abad keempat. Naskah-naskah
serupa kedua codex ini digunakan
dalam gereja-gereja dan
pembacaan publik sejak jaman
maharaja Konstantin. Masih ada
naskah-naskah lain, seperti Codex
Washington, Codex Alexandrinus,
Codex Bezae, Codex
Claromontanus, Codex
Petropolitanus, Codex Rossanesis,
Codex Beratinus, Codex Ephraemi.
Kesemuanya telah ada sebelum
Muhammad.
Selain naskah-naskah dalam bahasa
Yunani, ada banyak terjemahan lain
sebelum munculnya Islam. Naskah
versi Siria, yang disebut
Diatessaron, diterjemahkan oleh
Tatian sekitar tahun 170 sesudah
Masehi. Naskah Siria lain yang lebih
tua, disebut Curetonian Syriac dan
Sinaitic Syriac, keduanya berasal
dari abad kelima. Terjemahan
dalam bahasa Latin sangat banyak,
yang paling dikenal disebut Vulgate
dan diterjemahkan oleh Jerome
mulai dari tahun 384 sesudah
Masehi.
Contoh-contoh di atas berlaku
untuk Perjanjian Baru. Kita juga
dapat menemukan naskah-naskah
dan terjemahan Perjanjian Lama.
Saat ini kita memiliki naskah-
naskah kuno dari Dead Sea Scrolls
serta versi Septuagint Perjanjian
Lama dalam bahasa Yunani. Bukti-
bukti dari naskah-naskah kuno
menunjukkan bahwa tidak ada
persekongkolan untuk merubah
Kitab Suci sebelum Muhamad.
Orang Yahudi dan Kristen tidak
dapat merubah semua naskah-
naskah yang pada masa itu tersebar
di seluruh dunia dalam banyak
bahasa. Karena Qur’an bersaksi
bahwa Kitab Suci yang berada di
masa Muhamad adalah otentik dan
asli, maka begitu pula naskah-
naskah yang telah ada sebelum
Muhamad juga otentik dan asli.
Ketujuh, ada satu lagi perbedaan
besar antara Muhamad dengan
nabi-nabi Perjanjian Lama.
Beberapa wahyu yang disampaikan
Muhamad bersifat menguntungkan
dirinya sendiri. Padahal nabi-nabi
Perjanjian Lama tidak mencari
keuntungan bagi diri mereka.
Mereka tidak memperalat orang
untuk keuntungan pribadi, kecuali
nabi-nabi palsu yang juga ada di
Israel pada masa itu. Nabi-nabi
palsu selalu mengatakan hal-hal
yang menyenangkan hati raja, dan
mereka didukung oleh raja. Nabi-
nabi sejati justeru mengatakan
yang sebenarnya, sehingga
menyinggung raja. Tuhan
menggunakan mereka untuk
memberi peringatan kepada raja
sehingga seringkali mereka
dijebloskan ke dalam penjara. Para
nabi hidup menurut standar yang
sangat tinggi dalam perilaku
mereka. Di suatu saat Musa kurang
menghormati Tuhan sehingga
sebagai hukuman ia tidak
diperkenankan masuk ke tanah
perjanjian. Bentuk pernikahan ideal
dalam Perjanjian Lama adalah
monogami berdasarkan cerita
dalam kitab Kejadian. Tidak ada
perintah yang membenarkan
poligami. (untuk jelasnya bacalah di
http://www.answering-islam.org/
Emails/polygamy.htm
)
Sebaliknya, Muhamad menerima
hak-hak khusus terutama dalam
soal pernikahan dan seksualitas.
Penulis tidak pernah membaca
penulis Muslim yang kritis kepada
Muhamad dalam hal seks dan
perkawinan. Di mata mereka,
Muhamad tidak mungkin berbuat
salah. Fakta bahwa Muhamad
mengawini Aisha ketika umurnya
baru 9 tahun (sementara
Muhammad 45 tahun lebih tua)
tidak membuat orang Muslim
merasa terganggu.[12] Pengikut
Muhamad hanya boleh memiliki 4
isteri serta budak-budak
perempuan untuk keperluan
seksual mereka. Sura 4:3
menjelaskan:
Dan jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yatim (bilamana
kamu mengawininya), maka
kawinilah perempuan-perempuan
(lain) yang kamu senangi: dua, tiga
atau empat. Kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja, atau
budak-budak yang kamu miliki.
Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.
Di sisi lain, Muhamad memiliki 9
isteri dan dapat mengawini
siapapun yang ia inginkan karena
adalah sebuah kehormatan bagi
seorang perempuan untuk menjadi
isterinya. Satu kasus aneh terjadi
ketika Muhamad mengunjungi Zeid
ketika ia tidak sedang di rumah.
Zainab, isteri Zeid menyambut di
depan pintu dengan pakaian rumah.
Muhamad terkagum oleh
kecantikannya sehingga
berucap,”Terpujilah Allah yang
merubah hati lelaki!” Zainab
mendengar hal ini, kemudian ketika
suaminya pulang, Zainab meminta
diceraikan agar Muhamad dapat
menikahinya. Ini hampir menjadi
skandal, namun tiba-tiba turun
firman dari Allah kepada Muhamad,
Sura 33:37:
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata
kepada orang yang Allah telah
melimpahkan nikmat kepadanya
dan kamu (juga) telah memberi
nikmat kepadanya: "Tahanlah terus
istrimu dan bertakwalah kepada
Allah", sedang kamu
menyembunyikan di dalam hatimu
apa yang Allah akan
menyatakannya, dan kamu takut
kepada manusia, sedang Allah-lah
yang lebih berhak untuk kamu
takuti. Maka tatkala Zaid telah
mengakhiri keperluan terhadap
istrinya (menceraikannya), Kami
kawinkan kamu dengan dia supaya
tidak ada keberatan bagi orang
mukmin untuk (mengawini) istri-
istri anak-anak angkat mereka,
apabila anak-anak angkat itu telah
menyelesaikan keperluannya
daripada istrinya. Dan adalah
ketetapan Allah itu pasti terjadi.
Mengomentari turunnya firman ini,
Aisha telah berucap,”Sungguh,
Allah selekasnya bertindak
menuruti kenikmatanmu.” [13]
Nabi-nabi Perjanjian Lama tidak
membuat ajaran-ajaran baru.
Mereka memanggil umatnya untuk
kembali dan mematuhi hukum
yang diturunkan kepada Musa.
Sungguh aneh apabila seorang nabi
memiliki hak-hak khusus
sementara pengikutnya tidak. Tidak
satupun nabi Perjanjian Lama yang
memulai agama baru, bahkan
Sayidina Isa datang untuk
memenuhi nubuat-nubuat
Perjanjian Lama. Sayidina Isa
memenuhi nubuat-nubuat nabi
Yeremia, Yehezkiel, dan Yesaya
mengenai Perjanjian Baru sehingga
terjadi pergeseran dari agama
Yahudi karena mereka menolak
pemenuhan nubuat-nubuat
tersebut dalam diriSayidina Isa .
Dalam Kitab Suci Yahweh
menyatakan kuasaNya sejak dari
Adam, Nuh, Abraham, para leluhur
Israel, para nabi, sampai pada
puncaknya ketika Ia sendiri hadir
dalam diri Sayidina Isa , Anaknya
yang kekal. Ketika Tuhan sendiri
telah datang sebagai seorang
manusia, ajaran selain dari ini
adalah suatu kemunduran, sebuah
antiklimaks.
__________
Nota-nota Rujukan :
1 Tor Andrae, Mohammed, the man
and his faith, New York: Harper
Torchbooks, 1960, p. 149.
2 “He has sent down upon thee the
Book with the truth, confirming
what was before it, and He sent
down the Torah and the Gospel.
(3:3) And he will teach him the
Book, the Wisdom, the Torah, the
Gospel. (3:48) Likewise confirming
the truth of the Torah that is before
me, and to make lawful to you
certain things that before were
forbidden unto you. I have come to
you with a sign from your Lord; so
fear you God and obey you me.
(3:50) People of the Book! Why do
you dispute concerning Abraham?
The Torah was not sent down,
neither the Gospel but after him.
What, have you no reason? (3:65).”
Terdapat banyak lagi ayat-ayat yang
seumpamanya.
3 Ibid., ms. 155.
4 Fazlur Rahman, Islam, Garden
City: Doubleday Anchor Books,
1968, ms. 28.
5 Ibid., p. 77.
6 Andrae, p. 179.
7 Ibid.
8 Corrigan, Denny, Eire, Jaffee, Jews,
Christians, Muslims, Upper Saddle
River, NJ, 1998, p. 197.
9 Charles Adams, Religion and Man,
New York: Harper and Row, 1971,
ms. 582.
10 Shaikh Mohammad Aabd Allah
Draz, Islam, the Straight Path,
Edited by Kenneth Morgan, New
York: The Ronald Press, 1958, ms.
55.
11 Abdiyah Akbar Abdul-Haqq,
Sharing Your Faith with a Muslim,
Minneapolis: Bethany Fellowship,
Inc., 1080, ms. 65.
12 Lihat www.answering-islam.org/
Shamoun/prepubescent.htm
.
13 Andrae, ms. 154.
Dengan izin Dallas M. Roark Juli
2005.

Back to posts