Umat Islam Membantah Menyembah Kaabah Dan Batu Hitam.

Bantahan oleh Sdr Slamet (Al-Islah)
Mengenai Kaabah sendiri harus
dijadikan kiblat bagi Umat Muslim
di seluruh dunia, ini adalah wujud
ketaatan Allah dan RasulNya. Hal ini
dikisahkan asal muasal sejarah
bangunan Kaabah yg dibangun oleh
Nabi Ibrahim (Abraham) AS. Dalam
QS Al Baqarah 124 - 125
[124] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
diuji[a] Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu
Ibrahim menunaikannya. Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia". Ibrahim berkata: "(Dan
saya mohon juga) dari keturunanku
"[b]. Allah berfirman: "Janji-Ku (ini)
tidak mengenai orang yang zalim"
Penjelasan:
[a]. Ujian terhadap Nabi Ibrahim
a.s. diantaranya: membangun
Ka'bah, membersihkan ka'bah dari
kemusyrikan, mengorbankan
anaknya Ismail, menghadapi raja
Namrudz dan lain-lain.
[b]. Allah telah mengabulkan doa
Nabi ibrahim a.s., karena banyak di
antara rasul-rasul itu adalah
keturunan Nabi Ibrahim a.s.
Inilah komentar dari Amirul
Mukminin Umar Bin Khaththab
tentang hajar aswad:
Dari'Abis bin Rabi'ah, katanya: "Saya
melihat Umar bin Alkhaththab r.a.
mencium batu hitam - hajar aswad
-dan ia berkata: "Saya mengetahui
bahwa engkau itu adalah batu,
engkau tidak dapat memberikan
kemanfaatan dan tidak pula dapat
membahayakan. Andaikata saya
tidak melihat Rasulullah s.a.w.
sendiri menciummu, pastilah aku
juga tidak suka
menciummu." (Muttafaq 'alaih).
Bantahan dari Hudzaiyfah al-Fadhliy
KA’BAH dan SABIT
Kalau ada seorang Muslim
menyembah Ka'bah atau
menjadikan Ka'bah sebagai
sesembahannya, berarti Ia sudah
murtad dan menjadi kafir. Di
manapun, seorang Muslim harus
menghadirkan Allah dalam hati
sanubarinya.
Forum Arimatea menggelar suatu
forum dialog antara teolog Muslim
dan Kristiani di Gedung Kampus
STEKPI, Kalibata, Jakarta Selatan, 19
Maret lalu. Hadir sebagai
pembicara dalam orasi ilmiah dan
dialog tersebut, antara lain: Habib
Mohammad Rizieq Syihab, Lc,
Ustadz Dr. Muslin Abdul Karim MA,
dan Ustadz Solehan MC. Panitia
penyelenggara mengatur tempat
duduk peserta sedemikian rupa, di
mana kelompok Nasrani duduk di
bagian tengah, sedangkan
kelompok Muslim ditempatkan
pada sisi kiri dan kanan. Hal itu
karena, mayoritas yang hadir
kebanyakan dari kelompok Islam.
Yang menarik dari dialog tersebut
adalah rasa kebersamaan kedua
pemeluk agama (Islam-Kristen), di
mana mereka sepakat untuk tidak
mewarnai forum ini dengan sikap
emosi atau sating menghujat satu
sama lain. Peserta yang hadir, baik
yang Muslim maupun Kristen /
Katolik, sejak pagi hingga sore hari,
duduk bersama, menjernihkan hati,
akal dan pikiran untuk sama-sama
mencari jalan kebenaran objektif,
hakiki, dan sejati. Terlihat dari
wajah yang hadir, antusiasme untuk
saling mengkritisi pemahaman
konsep ketuhanan dan ajaran kedua
agama yang selama ini sering
ditengarai menjadi salah satu
pemicu konflik sosial di tataran
grassroot penganut kedua agama.
Betapapun beberapa pertanyaan
terdengar keras dilontarkan oleh
beberapa peserta, baik Muslim
maupun Kristen, terutama
mengenai nilai-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa, suasana
persaudaraan masih tetap terjaga.
Melalui dialog, pembicara maupun
peserta dapat menyampaikan
argumentasinya, atas dasar
pendapatnya sendiri maupun
referensi dari sejumlah buku yang
dibacanya. Inti dari dialog tersebut,
adalah mengajak peserta untuk
menyembah hanya kepada Tuhan
Yang Maha Esa, yakni Allah, yang
secara jelas tercaritum di dalam
kitab suci ketiga agama: Yahudi,
Nasrani dan Islam, serta tidak
membuat tuhan-tuhan tandingan
yang memiliki kedudukan yang
sama dengan kcdudukan Allah
dalam kehidupan ini.
Bukankah dalam Injil, Yesus
berkata: "Hukum yang terutama
ialah: Dengarkanlah hai orang
Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu
Esa." (Injil Markus 12:29). Atau
"Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budi." (Matius 22:37).
Sedangkan di dalam Al Quran jelas
disebutkan, "Katakanlah: Dialah
Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung
kepadaNyasegalasesuatu..." (QS Al
Ikhlas : 1-2)
Ka'bah = Berhala?
Yang menarik dari dialog ini adalah
rasa ingin tahu para teolog Kristen
yang besar untuk bertanya atau
sekedar menguji pembicara untuk
menjelaskan hal-hal yang
menurutnya sangat bertentangan
dan tak logis menurut konsep
ketuhanan umat Nasrani. Misalnya
saja, mereka mempertanyakan,
kenapa umat Islam menyembah
Ka'bah? Bukankah menyembah
Ka'bah sama dengan menyembah
batu? Atau kenapa Islam
disimbolkan dengan bulan sabit?
Apakah ini bentuk paganisme
(keberhalaan) terhadap kebendaan?
Meski ruang kebebasan berpikir
dan berpendapat dalam forum ini
diberikan kelonggaran, namun para
penanya dari umat Nasrani tetap
merasa tidak enak hati. Itulah
sebabnya, mereka lebih dulu
mohon maaf, bila pertanyaan yang
dilontarkan dapat menyinggung
perasaan umat Islam yang hadir.
Beberapa pertanyaan kritis itu
dijawab oleh Habib Rizieq Syihab
dengan tenang. lugas, dan tentu
dengan bahasayang santun. Soai
pertanyaan, kenapa Ka'bah yang
dibuat dari batu dijadikan kiblat
kaum Muslim" sehingga muncul
tuduhan seolah-olah umat Islam
menyembah batu? HabifrRizieq
menjelaskan, bahwa umat Islam,
kapan dan di mana pun berada,
terutama saat munajat kepada
Allah, makaselama hati mereka
ikhlas untuk mencari Allah, tentu
mereka akan mendapatkan Allah.
Yang jelas, Allah tidak pernah
memerintahkan kepada umat Islam
ujituk menyembah Ka'bah.
"Sekali lagi, Ka'bah yang terbuat
dari batu satna sekali tidak
disembah oleh umat Islam. Karena
itu, kalau ada seorang Muslim
menyembah Ka'bah dan
menjadikan Ka'bah sebagai
sesembahannya, demi Allah, si
Muslim tadi sudah murtad, kafir,
keluar dari agamanya (Islam).
Karenanya sebagai Muslim, ia harus
menghadirkan Allah dalam hati
sanubarinya. Jadi, sekalipun
menghadap Ka'bah, dia
sesungguhnya hanya menyembah
Allah semata, bukan kepada Ka'bah
yang terbuat dari batu," jelas Habib.
Tapi kenapa harus menghadap
Ka'bah? Jawabnya sekali lagi,
"karena Allah yang memerintahkan
umat Islam untuk menghadap ke
Ka'bah, Perludicatat, sebelum
umatlslam menghadap ke Ka'bah,
tidak kurang dari 16 bulan, umat
Islam menghadap ke Al Baitul
Maqdis, yaitu menghadap ke
Masjidil Aqsa, yang dipimpin
langsung oleh Nabi Muhammad
SAW. Karena perintah Allah untuk
menghadap Baitul Maqdis, umat
Islam pun menghadap ke Baitul
Maqdis. Tapi 16 bulan kemudian,
umat Islam diperintahkan oleh
Allah untuk berpindah arah,
menghadap ke Ka'bah, Kenapa tidak
ke tempat lainnya?
"Nah, inilah yang perlu diketahui,"
kata Habib Rizieq, "bahwa di dalam
sejarah umat manusia dan para
nabi, Ka'bah yang ada saat ini dan
yang disaksikan oleh umat manusia
seluruh dunia, tidak lain adalah
satu tempat yang dulu dibangun
oleh Bapak para nabi, seorang
manusia yang begitu muliadan
dihormati oleh pelbagai umat
beragama. Beliau adala'h Khaliluilah
Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim
membangun Ka'bah, karena
memang diperintahkan oleh Allah.
Lalu, Ka'bah dilestarikan oleh
putranya Ismail a.s hingga ke
zaman Nabi Muhammad SAW, Pada
saat Nabi Ibrahim, Ka'bah
merupakan suatu tempat yang suci,
bersih dari kemusyrikan."
"Begitu roda sejarah berputar,"
lanjut Habib Rizieq, "kemudian
muncullah orang yang
menyimpangkan ajaran Nabi
Ibrahim yang hanif. Akhirnya
mereka meletakkan berhala-
berhala di sekitar Ka'bah. SampSi
tiba masanya.Jahirlah Muhammad
SAW sebagai keturunan dari Ismail
as, untuk mengemban tugas dari
Allah: membersihkan Ka'bah dari
segala berhala dan kemusyrikan.
Apa yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW membawa hasil yang
menggembirakan, di mana seluruh
berhala, baikyang ada di dalam
Ka'bah maupun di luar Ka'bah,
bahkan yang ada di seluruh kota
suci Makkah, berhasil dihancurkan.
Sampai kemudian, Ka'bah kembali
pada kesuciannya dari
kemusyrikan, sebagaimana
permulaan Ka'bah dibangun oleh
Nabi Ibrahim a.s."
"Yang ingin saya tekankan, kenapa
harus Ka'bah yang dipilih? Karena
Ka'bah memiliki nilai historis yang
luar biasa, yakni nilai historis
seorang Bapak para Nabi, Ibrahim
a.s yang diakui kenabiannya,
kerasulannya, keutamaannya, dan
keistimewaanya, baik oleh umat
Yahudi maupun umat Nasrani,
terlebih oleh umat Islam itu
sendiri. Jadi, kenapa Ka'bah yang
dipilih. Itu tak lain, karena
keta'ziman wa taqriman, yaitu
sebagai penghormatan yang
diberikan oleh Allah SWT, terhadap
hasil kerja Nabi Ibrahim dengan
kedua tangan sucinya, juga dari
hasil kerja Nabi Ismail yang
menjaga dan melestarikan Ka'bah.
Dan Allah menginginkan agar
Ka'bah tetap suci, dan tetap bersih
dari kemusyrikan sampai hari
kiamat nanti."
Jawaban tak kalah penting tentang
kenapa umat Islam diperintahkan
untuk menghadap Ka'bah? Menurut
Ketua Front Pembela Islam ini,
"Itu, agar umat Islam setiap
harinya, dan setiap detik hidupnya
terus memperhatikan kelestarian
Ka'bah. Tegasnya, segala waktunya,
tenaga dan kemampuannya
dicurahkan untuk menjaga Ka'bah,
sehingga tidak lagi dikotori, dan
dicampuri oleh kebatilan dan
kemusyrikan. Alhamdulillah 15
abad berlalu, dari zaman Nabi
Muhammad SAW, sampai saat ini,
tak satu pun tangan kotor yang
mengisi Ka'bah dan kota Makkah
dengan berhala."
Andai Ka'bah bukan menjadi Kiblat
umat Islam, apa yang terjadi? Bisa
Jadi umat Islam akan kurang
pengorbanan dan perhatiannya
terhadap Ka'bah. "Saya bisa
buktikan, dulu saat Baitul Maqdis
menjadi kiblat umat Islam, maka
keberadaannya selalu diperhatikan,
dijaga dan dipelihara. Tapi
manakala Baitul Maqdis, sudah
tidak menjadi kiblat umat Islam,
kenyataaan yang terjadi, perhatian
umat Islam terhadap Baitul Maqdis
sudah mulai berkurang. Hingga
Baitul Maqdis dikuasai oleh orang
lain, orang Islam sepertinya tidak
punya perhatian dalam menyatukan
potensi dan kekuatannya untuk
membebaskan Baitul Maqdis dari
intimidasi dan terror yang dilakukan
oleh musuh-musuh Islam,"papar
Habib.
Bulan Sabit = Paganisme?
Salah satu hikmah yang bisa
dipetik, kenapa umat Islam
menyembah Ka'bah adalah adanya
sarana edukasi luar biasa dari Allah,
di mana umat Islam diajarkan
untuk menyatukan visi dan misi,
serta langkah perjuangan untuk
menegakkan kalimat Allah setiap
saat. Dalam langkah itulah, ada satu
tujuan yang sama, yakni: mencari
keridhaan Allah semata. Ibadah haji
yang dilakukan umat Islam dengan
mengelilingi Ka'bah, bukan
dimaksudkan untuk menyembah
Ka'bah, tapi sebagai isyarat kepada
hamba-Nya, bahwa apa pun suku
dan bangsanya, kedudukan dan
jabatannya, umat Islam dididik
untuk rela menanggalkan pakaian
dan perbedaan di antara mereka,
juga menanggalkan pertikaian dan
permusuhan di antara sesamanya.
Intinya, mereka menuju titikyang
sama, yakni keridhaan Allah. Maka
tidak pernah ada ritual dalam Islam
yang mengajarkan umatnya untuk
menyembah Kab'ah.
Adapun yang berkaitan dengan
bulan Sabit, Islam seolah mengelu-
elukan bulan, dan terkontaminasi
dengan faham mereka yang
menyembah bulan. Habib Rizieq
menjelaskan lebih jauh. Pada
dasarnya Islam mengajarkan
umatnya utuk memuliakan seluruh
makhluk ciptaan Allah, apakah
matahari, bulan, bumi ataupun
bintang. Jadi tidak ada yang
mewajibkan umat Islam
menggunakan lambang berbentuk
bulan. "Buktinya, anda bisa lihat
sendiri, salah satu organisasi
terbesar di Indonesia, seperti
Muhammdiyah lambangnya tidak
menggunakan bulan, tapi matahari.
Begitu juga identitas FPl yang saya
pimpin, tidak menggunakan bulan,
tapi bintang dan tasbih. NU pun
demikian, yang dipakarbukan bulan,
tapi bumi dan bintang sembilan."
Jadi tidak ada dalil yang
mengkhususkan bahwa umat Islam
selalu identik dengan bulan.
Artinya, kalau ada masjid tanpa ada
sentuhan bulan dan bintang pun
tetap berfungsi sebagai masjid,
"Islam sendiri, tidak terpaku
dengan lambang-lambang ataupun
simbol-simbol. Kalaupun
diperlukan, itu hanya sebatas
identitas diri, bukan tujuan untuk
mengkultus, menyembah, apalagi
sampai mengkontaminasi dengan
pemikiran-pemikiran dan
pengajaran-pengajaran paganisme
(keberhalaan)."
"Nah, kalau saja ada umat Islam
menyembah bulan, demi Allah
orang itu sudah mempersekutukan
Allah dengan bulan. Itu artinya,
orang itu sudah murtad, kafir dan
keluar dari Islam," tandas Habib
tegas.

Back to posts

XtGem Forum catalog