Duck hunt

Kedamaian Dan Kebebasan Versi Islam.

Ketika muslim bilang perdamaian;
artinya bagi mereka adalah non
muslim harus tunduk dan
dipermalukan sedemikian sehingga
mereka tidak punya kekuatan utk
memberontak. Kedamaian,
menurut Islam, dg begitu dicapai
melalui dominasi dan penaklukan.
Ini jenis ‘damai dan tertib’ versi
Saddam yg dia dirikan dinegaranya.
Tak seorangpun dapat membisikkan
perbedaan pendapat atau dia bisa
hilang nyawanya. Hingga akhirnya
dia membela tindakan2nya dan
mengklaim bahwa sebagai presiden
Irak, dia telah bertindak sesuai dg
undang2 – undang2nya sendiri – utk
mempertahankan kedamaian dan
ketertiban dinegaranya. Narsisis
tidak dapat melihat kerusakan yg
mereka sebabkan pada orang lain
dan tidak punya secuilpun nurani.
Mereka membenarkan semua
perbuatan2 jahatnya.
Kebebasan bagi para muslim juga
punya pengertian/konotasi yg sama
sekali berbeda. Bagi mereka
kebebasan dapat dicapai melalui
tunduk pada Allah. Anehnya dg
begitu anda hanya bebas jika tidak
punya pemikiran sendiri dan telah
menundukkan/menyerahkan
seluruh diri anda pada kehendak
Allah dan utusannya. Juga
‘kebebasan’ ini hanya
diperuntukkan bagi muslim saja.
Non muslim harus ditaklukan,
dipermalukan, dipajak atau yg
gampang dibikin mati.
Sekarang setelah kita jelaskan
perbedaan konsep kebebasan yg
dimengerti antara versi islam dan
versi dunia lainnya, dan belajar
perbedaan tentang ide perdamaian
versi islam dan perdamaian versi
non islam, anda dapat melihat
bahwa jika para muslim mencapai
‘kebebasan dan kedamaian’ versi
mereka, maka kita semua yg non
muslim akan kehilangan
‘kebebasan dan kedamaian’ versi
kita. Penting sekali kita mengerti
para muslim dan apa yg mereka
maksudkan ketika mereka
mengatakan ‘kata2 yg bersahabat’.
Jika seekor serigala mengundang
seekor kambing utk makan malam,
sudah pasti sang serigala tidak
berpikiran utk menyiapkan
makanan untuk dua ekor binatang.
Kecuali anda mengerti apa yg
dimaksud oleh para muslim itu,
kata2 mereka bisa sangat menipu.
Seperti yg dijelaskan Dr. Ghamidi,
ketika muslim bicara tentang
perdamaian dan kebebasan,
maksud mereka adalah penaklukan,
dhimmitude (menjadikan dhimmi)
atau mati. Konsep ‘win/win
situation’ dan keadilan tidak ada
dalam jiwa islamik. Para muslim
tidak puas; malah mereka merasa
‘tertekan’ hingga mereka
menaklukan anda atau membunuh
anda, sampai anda tunduk pada
mereka dan merasa takluk dan
dipermalukan (Q 9.29)
Definisi Dr. Ghamidi akan
perdamaian adalah sebagai berikut,
yg saya kutip lagi karena penting:
Quran menegaskan bahwa jika
penggunaan kekerasan dalam hal
demikian tidak boleh digunakan,
kekacauan dan gangguan yg
disebabkan oleh bangsa2 yg
mengacau akan sedemikian
sehingga tempat2 beribadah akan
ditinggalkan dan sepi, belum lagi
kekacauan dalam masyarakat itu
sendiri
Anda lihat, definisi kebebasan dari
teman cendekia terkenal kita
adalah menyogokkan agama
kemulut kita lewat kekerasan.
Disinilah masalahnya. Para muslim
ingin mendirikan versi ‘kebebasan
dan perdamaian’ mereka melalui
perang atau yg mereka sebut ‘jihad’
dan itu berarti bahwa kita akan
kehilangan kebebasan dan
perdamaian kita. Dg begitu, jika kita
ingin melindungi kebebasan dan
perdamaian, kita harus memastikan
para muslim gagal dalam usaha
mereka itu dan menjawab ‘jihad’
dan agresi mereka dg kekuatan yg
lebih besar. Harusnya sudah jelas
sekarang bahwa para muslim tidak
mau sesuatu hal yg kurang dari
penundukan. Sedihnya, perdamaian
dan kebebasan kita dan mereka
sama2 spesial karena pengertian
kita akan hal ini sangat berbeda.
Bagaimana kita melindungi
perdamaian dan kebebasan? Ini
pertanyaan penting. Jawabannya
sama seperti pil pahit, tapi harus
kita makan utk kesehatan kita,
anak2 kita dan juga bagi para
‘muslim yg baik’.
Ada tiga cara utk itu. Cara terbaik,
tentu saja, menolong mereka
melihat sinar terang dan
mendapatkan mereka sebagai
sekutu dan partner, jadi mereka
tidak melihat orang lain sebagai
kafir lagi dan menganggap musuh
mereka pantas mati dan masuk
neraka. Ini yg FFI harapkan dapat
dicapai dan kita telah sukses
sampai taraf2 tertentu. Tapi, saya
tidak naif. Agama adalah narkotik
kuat dan Islam yg paling keras
kadarnya. Kita mungkin bisa
membuka mata beberapa orang
saja, tapi mayoritas muslim tidak
akan pernah bangun. Malah massa
muslim di negara2 islam dihalangi
utk mengakses situs2 seperti kita.
Membuat para muslim tidak tahu
adalah kewajiban dari setiap
muslim dan khususnya para
pemimpin mereka.
Cara kedua, mungkin lebih praktis,
yaitu membuat mereka sedemikian
miskin sehingga mereka
melupakan Jihad dan tidak dapat
memikirkan hal lain kecuali
bagaimana caranya mengisi perut
mereka. Hanya demikian, Jihad
sementara akan diabaikan. Menurut
contoh2 yg dibuat Muhammad,
ketika para muslim lemah mereka
tidak harus melakukan jihad.
Mereka harus menandatangani
persetujuan damai, menunggu
kesempatan baik dan melawan jika
mereka telah kuat dan kesempatan
menang mereka besar.
Dr. Sobhy, akademisi muslim,
dalam catatan kakinya,
berkomentar akan pendapat
akademisi lain yg bernama Zarkashi
yg berkata: “Allah the most high
and wise menurunkan pada
Muhammad dalam keadaan
lemahnya apa yg sesuai dg situasi
tsb, karena belas kasihan padanya
dan pengikutnya. Karena jika Dia
memberi mereka perintah utk
bertempur ketika mereka lemah
akan jadi sangat memalukan dan
sulit, tapi ketika yg maha tinggi
membuat Islam berjaya Dia
perintahkan dia dg apa yg sesuai dg
situasi tsb, yaitu meminta ‘people
of the book’ (yahudi) utk masuk
islam atau membayar pajak jizyah,
dan para kafir utk masuk islam atau
mati. Dua pilihan ini, utk
bertempur atau berdamai
bergantung pada kekuatan atau
kelemahan dari para
muslim." (Sobhy as_Saleh,
Mabaheth Fi 'Ulum al- Qur'an, Dar
al-'Ilm Lel-Malayeen, Beirut , 1983,
p. 270)
Dr. Muhsin Khan penerjemah Sahih
Bukhari dan Quran kedalam bahasa
Inggris, menulis:
“Allah menurunkan dalam Surat
Bara’at (At Taubat, 9) perintah utk
melanggar semua kewajiban
(persetujuan, perjanjian dll), dan
memerintahkan para muslim utk
bertempur melawan semua kaum
Pagan dan juga orang Yahudi serta
kristen jika mereka tidak mau
memeluk Islam, sampai mereka
membayar Jizyah serta tunduk dg
sukarela dan takluk (seperti yg
disebutkan dalam Q 9:29). Jadi para
muslim awalnya tidak diijinkan
melakukan ‘perlawanan’ terhadap
mereka (pagan, yahudi, kristen) dan
utk berdamai dg mereka dan
menunda sikap permusuhan thd
mereka sampai waktu yg tidak
ditentukan ketika mereka KUAT dan
sampai punya kekuatan utk
melawan mereka. Jadi pertamanya
‘bertempur’ dilarang, lalu diijinkan,
dan setelah itu menjadi
kewajiban.” (Introduction to English
translation of Sahih Bukhari, hal
xxiv)
Perasaan ini diungkapkan oleh Dr.
Mahathir, bekas perdana mentri
Malaysia, yg dalam pertemuan OIC
(Organisasi Konferensi Islam) yg
ketika itu menjadi tuan rumahnya
ditahun 2003, dihadiri oleh 57
pemimpin negara islam,
mendorong para muslim utk
meminggirkan terorisme dan
mengedepankan belajar sains dan
teknologi, memperbaiki ekonomi
mereka, menjadi kuat dan dg
kekuatan itu bisa memperoleh
‘senjata, roket2, bom2 dan
pesawat2 perang, tank2 dan kapal2
perang’ dan kemudian bersama2
menyerang ‘musuh dan pemfitnah’
mereka jika kemenangan bisa
dipastikan. Dr. Mahathir ini dipuji-
puji sebagai muslim moderat lho.
Jadi, mudah sekali melihat bahwa
utk mempertahankan kebebasan
dan perdamaian kita, para muslim
harus dibuat lemah dan dijadikan
miskin, jika tidak mereka akan
melakukan apa yg Dr. Sobhi, Dr.
Khan, Dr. Mahathir dan Dr. Ghamidi
katakan. Bodoh sekali kita jika tidak
menganggap serius perkataan para
pemimpin muslim dan akademisi
‘moderat’ ini.
Ini tidak berarti kita harus benar2
melakukan sesuatu thd para
muslim. Ini hanya berarti kita
biarkan mereka dg masalah2
mereka dan longgarkan genggaman
kita pada mereka biarkan mereka
saling menghancurkan. Jika mereka
dibiarkan, para muslim akan saling
menghancurkan. Juga penting utk
mengalahkan negara islam yg
melakukan hal2 yg berbahaya bagi
kita, tapi kita tidak seharusnya jadi
terus menolong mereka
menciptakan demokrasi dan
memperbaiki kehidupan mereka.
Disamping kenyataan bahwa
demokrasi tidak ada gunanya bagi
muslim tapi juga dibenci oleh
mereka, seperti yg jelas ditulis Dr.
Ghamidi, mereka tidak akan pernah
jadi teman dan sekutu kita. Saat ini
di Irak, Kaum Sunni dan Shia saling
membunuh. Kita harus menyingkir
sampai mereka merasa bosan dan
dg jujur ingin damai, damai yg
sebenarnya, damai versi kita yg
berarti keadilan utk semua bukan
penundukan bagi yg lain. Baik Sunni
maupun Shia adalah musuh kita.
Jadi siapa yg kita bantu? Kita harus
melumpuhkan rejim islam di Iran
atau lebih bagus lagi
menggulingkannya, karena punya
ancaman serius bagi perdamaian
dunia dan lalu keluar dari region
itu. Biarkan alam mengambil
jalannya sendiri. Seperti Orang
bijaksana China kuno Lao Ze
berkata, dg tidak melakukan apa2
kita akan mendapat lebih banyak
dibanding melakukannya
berlebihan. Biarkan mereka
melakukan jihad satu sama lain.
Para muslim perlu merasakan ‘rasa
islam’ yg sebenarnya sebelum
mereka bilang ‘kami merasa cukup’.
Itu juga yg mereka minta dari kita.
Mereka ingin Amerika keluar dari
region tsb agar mereka bisa saling
menghancurkan. Setelah hampir
tiga dekade pemerintahan islam,
mayoritas orang iran telah merasa
cukup. Saya dapat bilang,
merekalah satu2nya masyarakat
diregion itu yg siap menyingkirkan
islam jika diberi kesempatan.
Mereka telah membayar mahal utk
pelajaran ini. Para muslim lain
harus membayar mahal pula utk
belajar pengalaman ini.
Ancaman dari para imigran muslim
yg tinggal di barat tidak boleh
dianggap remeh. Islam harus
dinyatakan sebagai pergerakan
politik yg subversif dan dilarang,
dan para muslim2 yg perusuh dan
membakar kota2 kita harus secara
sistematik dikumpulkan dan
dikembalikan kenegara asal mereka
atau negara asal ayah dan kakek
mereka secepatnya jika mereka
mengungkapkan sentimen anti
barat. Ini konsisten dengan apa yg
orang muslim lakukan pada non
muslim dinegara2 islam. Non
muslim dinegara islam tidak punya
hak2 kemanusiaan. Yahudi telah
tinggal di Iran sedikitnya 2500
tahun dan sampai sekarang belum
diagngap sebagai warganegara
penuh. Orang Armenia yg kristen
turunan Assyria telah tinggal di Iran
beberapa abad dan mereka juga
tidak diperlakukan sama seperti
warganegara penuh. Sedang utk
Zoroastrian, pemilik asli dari negara
Iran, hanya segelintir dari mereka
yg masih ada. Kebanyakan
mengungsi ke India dan tahun2
belakangan ini berimigrasi ke Eropa
dan Amerika. Kaum Baha’is lebih
parah lagi, karena mereka dituduh
sebagai penghujat, murtad. Para
muslim harus diperlakukan sesuai
dg hukum2 islam jika mereka
tinggal di Barat. Mereka harus
diperlakukan sebagai dhimmi,
dipajak dan kehilangan kebebasan
mereka. Taruhan, ‘rasa’ dari obat
mereka sendiri akan menyadarkan
mereka dan mereka akan sadar
bahwa betapa jahatnya islam itu.
Sepanjang mereka tidak dipihak
penerima ketidak adilan islam, para
muslim tidak akan pernah melihat
kejahatan2 tsb. Jadi seperti yg anda
lihat, membiarkan mereka saling
membunuh sebenarnya baik bagi
mereka juga. Pilihan ketiganya
adalah bencana.
Pilihan ketiga, adalah konfrontasi.
Ini berarti banyak dari kita akan
terbunuh dalam terorisme islam yg
terus menerus dan bencana nuklir,
yg akan memicu kehancuran total
dari dunia muslim dan
pembantaian mereka semua dalam
pembalasan dendam. Kesabaran
manusia itu tidak ada batasnya.
Dibawah lapisan keberadaban ini
kita semua sebenarnya adalah
binatang dan rasa melindungi diri
sendiri menutupi segalanya. Kita
tidak perlu mencapai tahap/pilihan
ini jika kita biarkan para muslim
melakukan apa yg paling jago
mereka lakukan, yakni membunuh
satu sama lain.
Saya telah berdebat dg muslim
selama sembilan tahun dan saya
pikir saya tidak pernah melihat
siapapun mengungkapkan
kebenaran akan bahaya islam
sejelas yg diterangkan Dr. Ghamidi,
yg menerangkan dg begitu fasihnya.
Saya dorong mereka yg membaca
bab debat ini utk membuat orang
lain membacanya juga. Dr. Ghamidi
bukan hanya seorang muslim biasa.
Dia adalah seorang akademisi islam
paling top didunia. Dia juga bukan
muslim fanatik seperti kelompok
Taliban. Dia adalah, dari sudut
apapun, seorang muslim moderat.
Dia sebenarnya mendapat ancaman
pembunuhan dan pernah terjadi
usaha2 utk membunuhnya yg
dilakukan oleh muslim ekstremis.
Tapi inilah pemikiran2 nya,
diungkapkan dalam bahasa yg jelas.
Dr. Ghamidi mendukung Dr. Amina
Wadud (wanita) yg memimpin
sholat laki2 dan wanita ketika
kebanyakan muslim
menyalahkannya. Ini memberitahu
kita betapa maju cara berpikirnya.
Ia seorang perkecualian yg
dicerahkan. Tapi, jangan dibodohi.
Sama seperti ketika dia mengubah
pikirannya dan mulai membela
intersesi setelah dia menolaknya
pada situs web dia sendiri, waktu
saya tunjukkan bahwa Quran
mendukung intersesi, dia juga akan
mengubah posisinya akan subjek
tentang wanita segera jika saya
tunjukkan bahwa pandangan2nya
akan subjek ini bertentangan dg
Quran. Akan sangat menarik utk
mengetahui apa yg dipikirkan Dr.
Ghamidi mengenai ‘memukul istri’.
Ini akan jadi satu hal utk
didiskusikan dikemudian hari jika
kita membicarakan status wanita
dalam islam. Utk sekarang, mari
kita fokuskan pada topik yg ada. Dr.
Ghamidi dan Dr. Zaheer adalah
akademisi yg brilyan dan
sebenarnya orang yg baik, tapi
dalam hati mereka adalah muslim.
Seorang muslim, adalah seorang
muslim, adalah seorang muslim.
Muslim saling berkelahi satu sama
lain dan saling menyalahkan satu
sama lain, tapi ini tidak berarti
salah satu dari mereka punya minat
akan kemanusiaan dalam hati
mereka.
Dr. Ghamidi percaya bahwa
kemerdekaan artinya memaksa
orang utk memuja dimesjid2,
gereja2 dan sinagoga2 dan mereka
yg mempromosikan rasionalisme
atau agama lain yg tidak diketahui
oleh Muhammad yg menyebabkan
kekacauan dan gangguan. Sebagai
muslim, dia berpikir bahwa
kejahatan terbesar yg layak
mendapat hukuman mati adalah
‘tidak memuja Allah’. Ironisnya,
Kristen dan Yahudi punya sedikit
kebebasan dinegara2 islam.
Contohnya, mereka tidak dapat
memperbaiki gereja mereka tanpa
ijin pemerintah, yg kebanyakan ijin
tsb ditolak, dan mereka sendiri
secara sistematis dianiaya. Tak
perlu dikatakan bahwa mereka
dilarang menarik masuk orang lain
kedalam agama mereka. Jadi, pada
dasarnya adalah hanya para muslim
yg memperoleh kebebasan. Sisa
manusia lainnya harus, kalau tidak
mau mati, turun derajat jadi
dhimmi jika mereka tidak mau
memeluk islam.
Salah satu momok bagi Republik
Islam Pakistan adalah undang2
penghujatannya. Hukum ini
bertentangan dg Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia dan
merupakan penghinaan terang2an
terhadap harga diri dan kebebasan
umat manusia. Apa Dr. Ghamidi
mendukung hukum ini? Well, dari
apa yg dia nyatakan dalam
artikelnya, jelas dia mendukung.
Jika saya salah, saya ingin
mendengar pendapatnya tentang
hal ini.

Back to posts