Pair of Vintage Old School Fru

Gereja Dibakar, Umat Aceh Tetap Teguh.

Glorianet - Tahun lalu, sekelompok
orang menyerang sebuah gereja di
Aceh. Kelompok itu membakar
habis gereja yang sudah berdiri
selama 28 tahun itu dan mencoba
membunuh pendeta dan istrinya,
namun mereka berhasil
menyelamatkan diri dan
menceritakan kisahnya.
"Orang-orang memegang pisau siap
untuk membunuh kami," kata
Pendeta L. Saragih, kepada CBN.
Saragih adalah pendeta Gereja Misi
Injili Indonesia (GMII) sejak 2003.
Ia mengisahkan, sekitar tengah
malam dua truk dan 50 motor yang
membawa sekitar 100 orang datang
mengelilingi gereja. Ia dan istrinya
tinggal dekat gereja, namun
berhasil menyelamatkan diri ke
hutan terdekat.
"Saat saya mendengar orang
Muslim berkata 'Bunuh mereka,
bunuh mereka,' saya pikir itu cuma
mimpi," kata N, istri Saragih. "Saya
lari ke belakang rumah dan jatuh ke
tanah. Saya menangis dan berdoa,
"Dimana engkau Tuhan, dimana
engkau Tuhan?"
Tapi, lanjut N, "Kami hanya bisa
tercengang saat kami lewat di
depan mereka, mereka hanya
melihat saja. Saya percaya malaikat
Tuhan datang untuk melindungi
kami."
Saragih mengatakan kelompok
Muslim menjadi marah saat
mereka menerima undangan untuk
menghadiri acara KKR di gereja.
Meskipun mengaku tidak
mengirimkan undangan, polisi
meminta ia membatalkan acara itu.
Namun, meski dilarang polisi, 60
orang Kristen tetap bertemu untuk
berdoa.
"Polisi berkata orang-orang akan
marah kalau kami melanjutkan
persekutuan, tapi saya tidak
melihat sesuatu yang salah kalau
kami memuji Tuhan," katanya.
"Kami berdoa dan membaca
Mazmur 23."
Ia dan istrinya lari ke hutan ketika
gereja dibakar sampai rata ke
tanah. N, yang sedang hamil tiga
bulan, jatuh beberapa kali saat
melarikan diri. Dia kemudian
dirawat untuk menghindari
keguguran.
Karena banyaknya ancaman mati,
Saragih dan istrinya akhirnya pindah
ke kota yang lebih besar. Bayi
perempuan mereka lahir dengan
selamat.
"Saya mengatakan pada diri saya,
saya akan berhenti menyatakan
injil," kata Saragih. "Saya harus
mengakui kalau saya bertanya
kepada Tuhan mengapa ini semua
terjadi. Tapi Dia membolehkan saya
pengalaman yang menakjubkan ini
bersama Dia. Kami berpikir tidak
akan selamat, tapi dengan mujizat
Tuhan menyelamatkan kami dan
bayi kami."
Karena imannya semakin diperkuat,
ia berencana untuk masuk sekolah
Alkitab. Saat ini Saragih sedang
mempertajam kemampuan
penginjilannya.
Gereja di Aceh itu rusak, namun
jemaatnya tetap mengadakan
pertemuan doa di rumah-rumah
mereka samentara menunggu
pembangunan gereja yang baru.
"Saat gereja kami dibakar, awalnya
kami takut. Tapi kami sadar kami
tidak boleh takut karena kami
adalah pengikut Yesus Kristus,"
kata A, seorang penatua gereja.
"Kami percaya jika kami mati,
karena Yesus, kami akan hidup
lagi," lanjut A. "Mereka (kelompok
Muslim) tidak tahu apa yang
mereka lakukan.
"Kami percaya Allah mempunyai
rencana yang baik bagi kami disini,
di Aceh." (GCM/Kristianipos-CBN)

Back to posts