Polaroid

Menanggapi Artikel Tentang Hari Sabtu Atau Minggu.

Matius mencatat Yesus
menyembuhkan orang sakit pada
hari sabat ini lengkapnya :
12:8 Karena Anak Manusia adalah
Tuhan atas hari Sabat."
12:9 Setelah pergi dari sana, Yesus
masuk ke rumah ibadat mereka.
12:10 Di situ ada seorang yang mati
sebelah tangannya. Mereka
bertanya kepada-Nya: "Bolehkah
menyembuhkan orang pada hari
Sabat?" Maksud mereka ialah
supaya dapat mempersalahkan Dia.
12:11 Tetapi Yesus berkata kepada
mereka: "Jika seorang dari antara
kamu mempunyai seekor domba
dan domba itu terjatuh ke dalam
lobang pada hari Sabat, tidakkah ia
akan menangkapnya dan
mengeluarkannya?
12:12 Bukankah manusia jauh lebih
berharga dari pada domba? Karena
itu boleh berbuat baik pada hari
Sabat."
12:13 Lalu kata Yesus kepada orang
itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia
mengulurkannya, maka pulihlah
tangannya itu, dan menjadi sehat
seperti tangannya yang lain.
12:14. Lalu keluarlah orang-orang
Farisi itu dan bersekongkol untuk
membunuh Dia.
Dari ayat diatas tampak jelas bahwa
kedatangan anak Manusia (Yesus)
untuk membebaskan kita dari
hukum agama yang kaku dan penuh
pembatasan. Jelas posisi Yesus
adalah sebagai pembebas kita dari
hari yang muram dengan hari yang
penuh sukacita, karena Dia
menghargai hidup kita melebihi
hukum agama. Masa kita harus
terbengong saja jika ada seseorang
yang ingin memerlukan
pertolongan kita dan menunggu
aturan agama yang mengaturnya.
Jadi bagi kami umat nasrani sudah
dicontohkan oleh teladan kami
Sayyiddina Isa Almasih bahwa
hidup kita lebih berharga dihadapan
Tuhan.
Untuk lebih jelas lagi mari kita buka
Kolose 2 : 16-17
2:16. Karena itu janganlah kamu
biarkan orang menghukum kamu
mengenai makanan dan minuman
atau mengenai hari raya, bulan baru
ataupun hari Sabat;
2:17 semuanya ini hanyalah
bayangan dari apa yang harus
datang, sedang wujudnya ialah
Kristus.
Jadi bukan karena gereja yang
menentukan waktu kita ibadah atau
karena pakar-pakar dari umat
nasrani seperti yang dijelaskan
dalam artikel ini, tetapi alkitablah
yang berbicara sendiri.
Semua hari-hari itu hanyalah
bayang-bayang saja, setelah
kedatangan Kristus itu sendiri
sebagai Hakekat nyata karena Dia
adalah Firman ALLAH sendiri yang
Nuzul menjadi Manusia sebagai
pembebas dari belenggu hidup
yaitu dosa kita.
Memang orang kristen pertama
yang berlatar belakang Yahudi
masih memelihara hari sabat, tidak
mudah untuk dapat langsung
menghilangkannya karena sudah
turun-temurun menjadi suatu
tradisi suci dan diyakini berasal dari
Allah. Setelah kebangkitan Kristus
merupakan era baru lihat I Korintus
15:14 Tetapi andaikata Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah
pemberitaan kami dan sia-sialah
juga kepercayaan kamu. Jika tidak
ada kebangkitan Kristus maka tidak
akan ada Kekristenan.
Karena begitu pentingnya
kebangkitan itu dan terjadi pada
pagi-pagi sekali, pada hari pertama
diminggu itu Tuhan kita bangkit
sehingga sampai sekarang umat
kristen masih memelihara tradisi
suci itu. Akhirnya perkembangan
selanjutnya pamor dari hari ‘sabat’
sudah mulai digantikan oleh hari
minggu.
Para rasul sendiri tidak pernah
menetapkan hari sabat sebagai
hukum yang harus dipatuhi bila
seseorang hendak memeluk iman
Kristen (Kisah Rasul 15:20,29).
Paulus mengecam orang-orang
yang melaksanakan hukum hari
sabat, yang lebih dikuasai oleh roh
legalisme daripada Roh Tuhan yang
membebaskan.
Artikel Alislah juga menulis seperti
ini (saya kutip)
Ada juga yang berargumentasi
bahwa yang paling penting adalah
sabatnya bukan harinya. Terserah
kita, mau mengkhususkan hari
mana saja sebagai hari sabat itu
tidak penting, yang terpenting
adalah hati kita bukan harinya,
karena kita menyembah Tuhan
bukan menyembah harinya.
Nah sudah benar ini, cocok kate
orang betawi, jadi semua hari
adalah hari Tuhan, Semua hari sama
kudusnya, sama baiknya, dan sama
pentingnya. Orang kristen tidak
pernah akan meng-Haramkan orang
menyembah hari ape aje.
Saya akan berikan gambaran
bagaimana orang Kristen
menghargai kemanusiaan dan
moral, ketimbang memelihara hari-
hari yang kaku. Itulah yang
dicontohkan oleh Kristus Yesus
kepada kita sebagai umatnya yang
hidup, bukan umat yang mati (arti
kiasan).
Pada saat banjir di Jakarta th 2002
dan 2007, Gereja kami dipakai
untuk menampung para korban
banjir dimana lingkungan kami
terkena sampai separuh dari
penduduk yang ada. Gereja tidak
kami pakai untuk acara kepentingan
Ibadah tetapi kami lebih memilih
menyelamatkan nyawa yang utama.
Tsunami di Aceh terjadi pas kami
umat nasrani sedang merayakan
hari Natal tetapi kami tanpa diberi
komanda dari Dewan Gereja pusat,
kami semua langsung
membatalkan seluruh acara Natal
dan dananya untuk korban tsunami.
Jadi hari dan Ibadah yang kami
anggap sakral sekalipun jika kami
diperhadapkan kepada
kemanusiaan pasti umat kristen
lebih mengutamakan kemanusiaan.
Karena Kristus datang bukan untuk
hari-hari, adat, hukum yang kaku
tetapi Dia datang untuk
mengembalikan citra manusia yang
telah hilang dimata ALLAH.
Roma 14:6 Siapa yang berpegang
pada suatu hari yang tertentu, ia
melakukannya untuk Tuhan. Dan
siapa makan, ia melakukannya
untuk Tuhan, sebab ia mengucap
syukur kepada Allah. Dan siapa
tidak makan, ia melakukannya
untuk Tuhan, dan ia juga mengucap
syukur kepada Allah.
Jadi yang penting bukan sabat dan
harinya terserah mau hari apa saja,
setelah kita berkerja dan berusaha
kita dapat menyisihkan waktu untuk
memenuhi kebutuhan hidup jiwa
kita.

Back to posts