Disneyland 1972 Love the old s

Ajaran Tauhid Muhammad: Kebenaran Atau Salah Kaprah?.

Pertama-tama, apakah pengertian
dari Tauhid itu?
Tauhid adalah ajaran tentang awloh
yang diyakini tunggal, harus
tunggal, tidak boleh lebih. Bila
awloh dianggap lebih dari satu,
maka itu berarti telah mengingkari
tauhid.
Tauhid semacam dogma, bahwa
awloh itu harus tunggal. Siapa saja
yang mengingkari tauhid ini, yaitu
tidak mengakui ketunggalan awloh,
harus dihukum mati. Itulah ajaran
Muhammad.
Dogma tauhid ini tidak ada dalam
ajaran nabi-nabi, kecuali berasal
dari Muhammad saja. Lho?
Benarkah? Bukankah Muslim selalu
mengklaim kalau para nabi utusan
awloh itu selalu membawa ajaran
tauhid dalam setiap misi
kenabiannya?
Bahkan di dalam surat Az-Zukruf
ayat 28 dikatakan: "Dan (lbrahim a.
s.) menjadikan kalimat tauhid itu
kalimat yang kekal pada
keturunannya supaya mereka
kembali kepada kalimat tauhid itu"
Anda jangan salah. Surat Az-Zukruf
itu khan versinya Muhammad,
bukan dari buku sejarah otentik
yang sudah diakui kesahihannya
secara historis manusiawi, yaitu
Bibel. Nanti akan kita bahas ini,
bahwa ajaran tauhid asalnya dari
Muhammad.
Kedua, dapatkah ajaran tauhid
dijadikan landasan kebenaran?
Saya dengan tegas katakan: Tidak
bisa.
Kenapa? Sebab pengarang dogma
tauhid ini bukanlah seorang yang
benar-benar kompeten dalam
masalah ketuhanan. Dia bahkan
buta sama sekali terhadap masalah
moral dan kerohanian. Bagaimana
bisa, seorang yang buta rohani
memberi pengajaran tentang tuhan
kepada kita? Ini tidak masuk di
akal. Bila kita mengikuti ajaran
orang ini, sama saja kita
mempercayakan pengetahuan kita
pada orang gila. Tentu saja kita
punya harga diri, dan tidak akan
sebodoh itu mau menurut begitu
saja, dan mau percaya begitu saja
pada ajaran seorang yang rendah
moral dan buta rohani.
Anggaplah si Muhammad itu bilang:
Tuhan itu tunggal! Tapi saya akan
katakan: Tidak. Tuhan itu tiga. Atau
mungkin orang dari aliran
kepercayaan lain mengatakan:
Tidak, tuhan itu ada tujuh. Dan yang
lainnya berseru: Tuhan itu ada
seratus. Saya katakan: Tidak usah
takut. Ngapain kita takut pada
Muhammad? Kita mau bilang Tuhan
itu tiga kek, empat kek, tujuh kek,
sepuluh kek, atau tak terhitung kek,
Muhammad tidak berhak protes.
Kenapa? Karena Muhammad sendiri
tidak mengerti Tuhan. Bagaimana
bisa seorang yang tidak mengerti
Tuhan mengajari kita tentang
jumlah Tuhan? Lha wong tabiat-
tabiatnya aja keliru semua kok,
malah cenderung kepada tabiatnya
setan. Lihat aja tuh, sumpahnya
awloh pun keliru.
Kalau Muhammad berseru: Berani
benar kamu menentang tauhid.
Saya akan katakan: Masa bodoh
dengan ajaranmu, saya tidak
percaya padamu karena kamu orang
yang bodoh dan buta rohani.
Wacana ketunggalan Tuhan itu
menjadi demikian absolut dan tidak
boleh diingkari, karena Muhammad
mengancam kita. Barangsiapa
berani mengingkari itu, berarti dia
kafir dan akan menjadi musuh
Islam.
Itulah kenapa, banyak sekali orang
Kristen yang takut mengatakan
Tuhan itu tiga. Mereka akan terbawa
oleh dogma Muhammad yang
memaksakan ide bahwa Tuhan itu
harus tunggal (bukan SATU).
Sehingga dalam setiap perdebatan
persoalan Trinitas, selalu mentok,
dan orang Kristen menjadi bulan-
bulanan Muslim. Mohammad Ali
Makrus sendiri tidak berani
mengungkap ini, sehingga dia
memberi saran pada kita: Allah
Trinitas ya Allah Trinitas, tidak bisa
dijelaskan atau digambarkan
dengan apa pun.
Tetapi di sini, saya akan ungkap
bahwa kata ESA yg dimaksud dalam
kitab-kitab Yahudi dan Kristen
berbeda dengan kata ESA menurut
Muhammad. Ini akan saya jelaskan.
Ketiga, apa perbedaan kata ESA
menurut kitab Yahudi dan Nasrani?
Kata Esa kita temukan di beberapa
tempat dalam kitab Perjanjian
Lama, di antaranya:
Ulangan 6:4 Dengarlah, hai orang
Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN
itu esa!
Maleakhi 2:15 Bukankah Allah yang
Esa menjadikan mereka daging dan
roh? Dan apakah yang dikehendaki
kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi
jagalah dirimu! Dan janganlah orang
tidak setia terhadap isteri dari
masa mudanya.
Kata esa dalam ayat itu berasal dari
kata bahasa Ibrani: ‘echad (axd),
yang artinya SATU.
SATU tidak sama dengan tunggal.
SATU di sini maksudnya bukan satu
dalam entitas, melainkan SATU
dalam sifat, SATU dalam pikiran,
SATU dalam kehendak, SATU dalam
jiwa, pokoknya SATU yang lebih
dalam lagi maknanya bukan
sekedar satu secara kuantitas.
Satu contoh, kata 'echad tersebut
dipakai untuk menyatakan
bersatunya laki-laki dan perempuan
menjadi suami-istri dalam sebuah
keluarga.
Kejadian 2:24 Sebab itu seorang
laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga
keduanya menjadi satu daging.
Kata satu dalam ayat di atas juga
berasal dari kata yang sama, yaitu
'echad. Padahal kita tahu, yang
dikatakan satu di situ bukan satu
dalam entitas (karena ada 2 entitas,
yaitu laki-laki & perempuan)
melainkan satu secara esensi yg
lebih luas dan lebih dalam lagi
maknanya. Dua entitas laki-laki dan
perempuan, bergabung menjalin
sebuah keluarga, disebut ESA.
Nah, samakah kata ESA di sini
dengan tunggal?
Tunggal itu ibaratnya sebatang lidi,
sementara ESA itu ibaratnya
beberapa batang lidi yang diikat
menjadi SATU. Jadi, ESA itu lebih
condong pada KESATUAN, berbeda
artinya dengan tunggal.
Kita temukan penggunaan kata
"tunggal" dalam ayat-ayat kitab
Perjanjian Lama:
Kejadian 22:2 Firman-Nya:
"Ambillah anakmu yang tunggal itu,
yang engkau kasihi, yakni Ishak,
pergilah ke tanah Moria dan
persembahkanlah dia di sana
sebagai korban bakaran pada salah
satu gunung yang akan Kukatakan
kepadamu."
Hakim-hakim 11:34 Ketika Yefta
pulang ke Mizpa ke rumahnya,
tampaklah anaknya perempuan
keluar menyongsong dia dengan
memukul rebana serta menari-nari.
Dialah anaknya yang tunggal; selain
dari dia tidak ada anaknya laki-laki
atau perempuan.
Amos 8:10 Aku akan mengubah
perayaan-perayaanmu menjadi
perkabungan, dan segala
nyanyianmu menjadi ratapan. Aku
akan mengenakan kain kabung pada
setiap pinggang dan menjadikan
gundul setiap kepala. Aku akan
membuatnya sebagai perkabungan
karena kematian anak tunggal,
sehingga akhirnya menjadi seperti
hari yang pahit pedih."
Kata tunggal di ayat-ayat itu
diterjemahkan dari kata bahasa
Ibrani: yachiyd (yxyd), yang artinya
satu-satunya, sebiji, satu secara
entitas.
Nah, jelas sekali perbedaannya,
bukan? Kata ESA artinya SATU
secara maknawi (esensial), dan
bukan satu secara entitas. Berbeda
dengan kata tunggal, yang
bermakna satu secara entitas.
Tunggal, ibaratnya sebatang lidi
atau sebuah batu. Sedangkan ESA,
ibarat sebuah rumah tangga yang di
dalamnya terdiri atas ayah, ibu dan
anak-anak. Sebuah rumah tangga
tidak dapat dikatakan esa lagi, bila
di dalamnya terdapat keretakan,
misalnya terjadi perselisihan antara
ayah dengan ibu, atau ibu dengan
anaknya. Rumah tangga yg
demikian tidak dapat lagi disebut
ESA. Nah, dalam konteks
Ketuhanan, kerap Tuhan dipuji
sebagai MAHA ESA. Hal ini
dikarenakan Tuhan itu BENAR-
BENAR SOLID, tidak bisa dipecah-
pecah atau dicerai-beraikan, ibarat
sebuah rumah tangga manusia yang
bisa dicerai-beraikan. Karena sifat
keesaan Tuhan yang demikianlah
sehingga Tuhan dipuji sebagai Maha
Esa. Sementara keluarga yang
harmonis dan seia-sekata cukup
dikatakan ESA saja, tanpa kata
Maha.
Setelah kita memahami kata ESA
dalam buku umat Yahudi dan
Nasrani di atas, apakah itu berarti
Tuhan itu Jamak? TEPAT SEKALI.
Sudah saatnya kita berseru-seru ke
telinga para Muslim bahwa Tuhan
itu jamak. Tuhan itu jamak!
Muslim berkata: Tuhan itu tunggal,
ibarat sebatang lidi atau sebuah
batu. Tapi saya katakan: Tuhan itu
Jamak.
Di dalam buku sejarah umat
Yahudi, dengan jelas dinyatakan
kalau Tuhan itu bukan tunggal, tapi
jamak. Mari kita simak ayat-ayat
berikut:
Kejadian 1:26 Berfirmanlah Allah
(ELOHIM, jamak): "Baiklah Kita
menjadikan manusia menurut
gambar dan rupa Kita, supaya
mereka berkuasa atas ikan-ikan di
laut dan burung-burung di udara
dan atas ternak dan atas seluruh
bumi dan atas segala binatang
melata yang merayap di bumi."
Kejadian 3:22 Berfirmanlah TUHAN
Allah (YHWH Elohim, jamak):
"Sesungguhnya manusia itu telah
menjadi seperti salah satu dari
Kita, tahu tentang yang baik dan
yang jahat; maka sekarang jangan
sampai ia mengulurkan tangannya
dan mengambil pula dari buah
pohon kehidupan itu dan
memakannya, sehingga ia hidup
untuk selama-lamanya."
Jadi, Tuhan itu bukan tunggal, bukan
satu secara entitas, tetapi Tuhan itu
jamak. Tetapi walaupun Tuhan itu
jamak, Dia SATU secara maknawi.
Dan KESATUAN TUHAN itu tiada
taranya, tidak bisa dicerai-beraikan,
tiap pribadi di dalam unsur Tuhan
itu seia-kata, satu dalam
pandangan, satu dalam kehendak,
satu dalam tujuan, dan satu dalam
segala hal. Itulah kenapa Dia layak
diberi gelar pujian MAHA ESA.
Nah, bagaimana dengan ajaran
tauhid Muhammad yang juga
katanya mengesakan Tuhan?
Walaupun Muhammad juga
menggunakan kata esa, tapi kata
esa yang dipahami Muhammad
adalah keliru dan salah kaprah.
Dikiranya, esa-nya Tuhan itu sama
seperti SEBUAH BATU atau
sebatang lidi, satu secara kuantitas.
Tentu saja Muhammad
mengajarkan kata esa itu bukan dari
dirinya sendiri atau dari wahyu
malaikat Jibril, akan tetapi dari hasil
dengar-dengaran dan membaca
buku-buku Yahudi dan Nasrani yang
telah banyak beredar di Mekkah
ketika itu. Apalagi, Muhammad pun
sering bepergian ke luar negeri
untuk mewakili Khadijah berdagang.
Pengetahuan Muhammad didapat
dari pengalamannya sendiri. Hanya
saja, dia tidak paham dan kemudian
mengajarkannya secara keliru
kepada para pengikutnya hingga
detik ini.
Dia paksakan ide yg salah itu:
Tauhid... Tauhid... Tauhid...
tunggal... tunggal... tunggal... Siapa
pun yang berani mengatakan Tuhan
itu lebih dari satu, maka dia harus
dibikin mampus!
Sebenarnya dalam kasus ini
Muhammad tidak sedang membela
Tuhan, tapi untuk membela egonya
sendiri, agar supaya ajaran tauhid
versinya sendiri itu diterima
sebagai satu-satunya kebenaran,
dan yang terutama sekali, agar
tuhan panjulnya (alias awloh)
menjadi number one di muka
bumi. Bila awloh karangannya itu
menjadi number one, maka secara
otomatis Muhammad pun akan
lebih mudah dalam mengontrol
orang-orang yang sudah masuk
dalam dogma idiotnya itu.
Orang yang tidak mengakui
tauhidnya awloh, berarti orang itu
tidak mengakui kerasulan
Muhammad. Dan untuk itu, orang
itu harus mati.
Keempat, apakah dalam zaman
nabi-nabi, Tuhan Asli memaksakan
ide keesaan itu kepada umat
manusia?
Sekalipun Tuhan itu Jamak namun
SATU, sehingga Dia tidak pernah
dipanggil oleh manusia dengan kata
ganti "MEREKA", namun
"DIA" (tunggal), Tuhan tidak pernah
paksakan ide KEESAAN-NYA itu
kepada manusia.
Memang, kepada umat Israel Tuhan
lewat perantaraan nabi Musa
mengajarkan: Dengarlah, hai orang
Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN
itu esa! (Ulangan 6:4)
Tetapi tidak ada satu pun ancaman
di dalamnya, misal: Barangsiapa
yang tidak mengakui YAHWEH itu
esa, harus dipancung.
Karena apa? Karena Tuhan tidak
gila. Dia tidak gila pengakuan, tidak
juga gila disembah-sembah, tidak
gila dipuji-puji, dan pokoknya, dia
tidak gila. Yang Dia inginkan cuma
ini, yaitu agar umatNya mau
membalas kasih yang telah Dia
curahkan kepada mereka, dan mau
taat kepada-Nya.
Berbeda dengan Muhammad. Dia
mengarang jenis tuhan yang sama
sekali berbeda. Tabiatnya awloh
adalah: Siapa pun yang tidak
mengakui keesaan awloh, maka
akan masuk neraka. Siapa pun yang
tidak mau menyembah awloh,
maka akan masuk neraka.
Barangsiapa berani mengatakan
tuhan itu lebih dari satu, maka akan
masuk neraka. Semua ini justru
memperlihatkan betapa dogolnya
Muhammad. Dia sengaja
menciptakan sosok tuhan yang
otoriter, congkak, dan gila, agar
supaya para pengikutnya bisa
ditakut-takuti dan pada akhirnya
dengan mudah dia bisa kontrol
untuk menjadi jongos-jongosnya.
Ajaran tauhid yang nyeleneh ini
sebelumnya tidak ada. Orang-orang
Arab ketika itu menganggap Allah
SWT tidak tunggal, melainkan
jamak. Allah SWT punya 3 putri:
Allat, Uzza, dan Manat. Orang
Nasrani percaya kalau Allah SWT
punya seorang putra tunggal
bernama Almasih Isa. Sementara
orang-orang Yahudi walau tidak
mengakui Almasih Isa sebagai
putra Allah, tapi orang-orang Yahudi
percaya kalau Allah itu punya anak.
Lihat ayat-ayat berikut:
Kejadian 6:2 maka anak-anak Allah
melihat, bahwa anak-anak
perempuan manusia itu cantik-
cantik, lalu mereka mengambil
isteri dari antara perempuan-
perempuan itu, siapa saja yang
disukai mereka.
Kejadian 6:4 Pada waktu itu orang-
orang raksasa ada di bumi, dan juga
pada waktu sesudahnya, ketika
anak-anak Allah menghampiri anak-
anak perempuan manusia, dan
perempuan-perempuan itu
melahirkan anak bagi mereka;
inilah orang-orang yang gagah
perkasa di zaman purbakala, orang-
orang yang kenamaan.
Ayub 1:6 Pada suatu hari datanglah
anak-anak Allah menghadap TUHAN
dan di antara mereka datanglah
juga Iblis.
Alasan kenapa sebagian besar umat
Yahudi tidak mau mengakui Yesus,
adalah karena mereka memandang
rendah Yesus sebab Yesus terlahir
dari seorang tukang kayu. Masa
anak tukang kayu adalah anak dari
surga? Ditambah lagi Yesus kerap
mengecam mereka dan mereka
pun dihasut oleh para imam, orang
farisi, ahli taurat dan tua-tua Yahudi
yg dengki kepada Yesus, sehingga
sebagian besar orang Yahudi tidak
bisa menerima Yesus baik sebagai
nabi maupun putra YAHWEH.
Nah, bila agama-agama
sebelumnya mengenal Tuhan yang
benar sebagai sosok Tuhan yang
jamak, maka itu artinya, ajaran
tauhid Muhammad memang bukan
berasal dari ajaran nabi-nabi
sebelumnya. Ajaran tauhid versi
Muhammad hanyalah berasal dari
karangan Muhammad sendiri yang
salah kaprah dan menyesatkan.
Muhammad tidak paham dengan
arti kata ESA. Dia keliru dalam
menafsirkan maksud kata tersebut.
Kebodohan Muhammad itu tidak
saja dalam mengartikan kata ESA,
tapi juga dia sendiri pun tidak
paham dengan ajaran TRINITAS-nya
kaum Nasrani. Kalau dia paham,
tentu Muhammad tidak akan
mengatakan Trinitas itu terdiri atas
Allah, Maria dan Yesus.
Jadi, apa kesimpulan akhirnya?
Ajaran tauhid Muhammad adalah
sebuah kesalahkaprahan yang
cukup mendasar.
Apakah kita masih perlu takut-takut
kepada Muslim yang bertanya
kepada kita: "Hei, tuhanmu ada
berapa?"
Jawab saja: TIGA
Kalau mereka tertawa (atau bisa
juga sewot dan ingin memukul kita)
, justru seharusnya kitalah yang
tertawa terhadap mereka karena
mereka mengikuti ajaran seorang
manusia botol dan buta rohani yang
sama sekali tidak mengerti Tuhan
tapi sok tahu tentang Tuhan.
Pesan saya: Biarlah semua agama
punya tuhan-tuhan mereka sendiri,
mau tiga kek, empat kek, mau
banyak kek, asalkan tuhan yang
mereka sembah tidak bertabiat
seperti awloh. Karena saya telah
temukan tabiat awloh itu di dalam
Bibel adalah tabiat setan. Di zaman
modern seperti sekarang ini,
masihkah kita mau dikibuli oleh
orang barbar untuk menyembah
setan?
Tinggalkan awloh setan, dan
hiduplah secara sehat.
Mending menjadi atheis daripada
bertuhankan setan.
Tuhan lebih mencintai orang atheis
ketimbang penyembah setan. Ingat
itu.
Salam,
DULADI
BAGIAN 2 - PENJELASAN ESA &
TAUHID
Tauhid dengan Esa itu sebenarnya
berbeda, tapi oleh Muhammad
disalahartikan, dan disamakan
begitu saja oleh karena
ketidakpahaman Muhammad akan
hakikat dari Keesaan Tuhan.
Esa itu bahasa Ibraninya adalah
'echad (axd).
Tauhid itu bahasa Ibraninya adalah
yachiyd (yxyd).
Kata esa digunakan pada ayat
berikut:
Kejadian 2:24 Sebab itu seorang
laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga
keduanya menjadi satu daging.
Jadi, 'echad / esa bukan satu secara
bendawi, melainkan secara
maknawi. Dua orang, laki-laki dan
perempuan, bersatu menjalin
rumah tangga, disebut ESA.
Sementara kata tauhid/tunggal
digunakan pada ayat berikut:
Kejadian 22:2 Firman-Nya:
"Ambillah anakmu yang tunggal itu,
yang engkau kasihi, yakni Ishak,
pergilah ke tanah Moria dan
persembahkanlah dia di sana
sebagai korban bakaran pada salah
satu gunung yang akan Kukatakan
kepadamu."
Jadi, yachiyd / tauhid / tunggal
artinya satu secara bendawi, satu
secara entitas, satu secara kasat
mata, ibarat sebiji, sebuah, sebutir,
atau sebatang.
Tauhid itu nampak, sementara Esa
itu tidak nampak.
Tauhid bisa dilihat kasat mata dan
diamati dengan mata telanjang
secara kebendaan. Seperti berhala
awloh yang dijadikan satu-satunya
di dalam Kaabah sesudah 359
berhala lainnya dimusnahkan.
Semua orang bisa menyaksikan
bahwa awloh itu "satu". Jadi, tauhid
itu bisa dilihat dengan mata
telanjang, sebagai sosok yg satu-
satunya/tunggal.
Sedangkan Esa tidak bisa diamati
dengan mata telanjang, sehingga
kita bisa berkata: "Itu, lihat, wujud
Tuhan yang Esa." Melihat keesaan
Tuhan ibarat kita melihat ANGIN, yg
bisa berada di mana-mana dan
memecah ke segala arah tapi tetap
satu, yaitu ANGIN. Tuhan bisa
berada di banyak tempat dalam
waktu yang bersamaan. Itulah
kenapa, ketika Kristus di bumi dan
Bapa di langit, bisa saling menyapa.
Gambaran lain untuk menjelaskan
kata Esa:
Sebuah rumah tangga/keluarga
adalah ESA. Jelas keluarga yang saya
katakan ESA / satu ini tidak bisa
dilihat secara kasat mata sebagai
SATU DAGING atau SATU TUBUH,
karena jelas di dalam keluarga
terdapat beberapa entitas/pribadi
(ada ayah, ibu, dan anak-anak).
Meski sang ayah pergi ke kantor
sementara ibu berada di pasar,
tetap saja keluarga tersebut
disebut ESA. Jadi, hakikat ESA itu
adalah SATU secara maknawi.
Sekali lagi, tauhid itu nampak dan
bisa disaksikan dengan mata
telanjang sehingga orang bisa
menunjuk ke arah benda yang di-
tauhid-kan itu, semisal dengan
perkataan, "Lihat, itulah satu-
satunya, yang tunggal, tidak ada
yang lain" sama seperti ketika
Muhammad menunjuk Awlohnya
sebagai Hajar Aswad. Semua orang
pun juga bisa melihatnya dan
mengiyakan bahwa benar benda itu
adalah satu-satunya, tunggal, sebab
359 berhala yang lain telah
dihancurkan.
Bagaimana kita membandingkan
Awloh yg tauhid itu dengan Tuhan
yg Esa?
Ibarat awloh itu adalah sebatang
lidi, maka TUHAN itu ratusan,
ribuan, jutaan, milyaran dan tak
terhingga lidi sebagai satu kesatuan
dan menempati segala ruang yang
ada di alam semesta ini.
Atau, ibarat awloh itu sebuah batu,
maka TUHAN itu ratusan, ribuan,
jutaan, milyaran dan tak terhingga
batu sebagai satu kesatuan dan
menempati segala ruang yang ada
di alam semesta ini.
Nah, akhirnya terasa, bukan? Bahwa
awloh itu begitu tidak berdaya,
begitu terbatas dan tidak maha
kuasa? Karena dia cuma sebuah
benda, dan terikat oleh
ketunggalannya.
Ini sekedar penjelasan panjang
lebar tentang perbedaan makna
kata ESA ('echad) dengan TAUHID
(yachiyd).
Muhammad rancu karena telah
menyamakan begitu saja kata Esa
dengan Tauhid.

Back to posts