Teya Salat

Non Muslim Berhak Mati Tapi Tidak Berhak Mengkritik.

Bayangkan. Paus menceritakan
kebenaran sejarah ttg Muhammad
yg mengembangkan pengaruhnya
menggunakan pedang dan para
muslim menjadi marah.. Orang2
pakistan protes dg berpawai,
Persaudaraan Muslim Mesir
menuntut permintaan maaf, dan
Maroko menarik duta besarnya utk
vatikan. Bahkan Perdana Mentri
Turki Tayyip Erdogan, yg berpikir
secara moderat, mengeluh bahwa
komentar yg dibuat Paus Benedict
itu “Jelek dan patut disayangkan”
dan harus ditarik.
Seperti sudah sewajarnya, beberapa
gereja kristen diserang di Tepi
Barat sebagai protes. Kita jadi ingat
demo tanpa akhir dari para muslim
mengenai publikasi kartun nabi
muhammad yg, bisa kita katakan,
tidak begitu berat. (satu gambar
melukiskannya menggunakan
bomb, sbg contoh). Permintaan
maaf dituntut dari pemerintah2 yg
– kebalikan dari pemerintahan
banyak negara islam yg diktator –
tidak mengatur apa yg
masyarakatnya cetak dan katakan.
Mari kita pastikan, demi sebuah
perbedaan pendapat, bahwa
semisalnya komentar Paus tidak
adil dan bahwa kartun2 itu bersifat
menghina. Tapi komentar itu tidak
seberapa dan tidak lebih menghina
daripada perlakuan thd kristen
dibarat itu sendiri pada abad 21.
Dan yg lebih penting lagi, tidak
seberapa dan tidak lebih menghina
daripada perlakuan kpd orang2
kristen dan kristen di negara2
muslim.
Tentu saja, negara2 yg memiliki
gerombolan pendemo dan politisi2
penghasut yg sudah seharusnya
mereka bersedih oleh penghinaan
terhadap nabi dan agama mereka
malah melakukan sesuatu yg lebih
dari sekedar menekan kristen pada
pemunculannya di khayalak umum;
negara2 ini malah secara aktif
menghukum atau setidaknya apatis
thd hukuman yg ditimpakan kepada
para pemeluk agama kristen.
Di beberapa negara, penindasan ini
berlebihan: melakukan gerakan2 yg
dikategorikan kristen didepan
umum di Arab Saudi, contohnya.
Mencoba menyebar agama kristen
di Iran. Mencoba
menyelenggarakan acara Natal di
Irak. Dan banyak hukuman2 negara
yg dilakukan secara pribadi tapi
sistematis, pemerintah
mengijinkan meskipun tidak
mendorong.
Selama saya menjelajah beberapa
negara, saya terus mencari bukti
bahwa islam adalah agama damai
dan Judaisme dan Kristen
menggunakan kekerasan utk
menyebarkan agama mereka.
Anehnya, saya belum pernah
menemukan orang yg masuk agama
kristen mengisi truk mereka dg
dinamit dan menghancurkan
mesjid. Atau Jemaah kuil yahudi
membakar madrasah muslim. Saya
mencari kasus2 dimana kaum
mormon membajak pesawat utk
menabrakannya ke tengah kota
islamabad, Kaum Hare Krishna
menculik dan memotong kepala
pekerja sukarela muslim, dan kaum
Bahais mengambil alih sebuah
kapal pesiar dan melempar ke laut
orang2 tua cacat yg muslim.
Saya masih menunggu akan hal2
itu.
Malahan, Penganiayaan atas dasar
agama yg paling buruk justru terjadi
di negara2 islam. Di Indonesia saya
lihat gereja2 dan sekolah2 alkitab
dihancurkan oleh segerombolan
muslim. Pada bulan Maret saya
bertemu Pendeta Kristen yg
istrinya kehilangan kaki saat
pemboman gereja mereka; rumah
mereka dibakar tahun berikutnya.
Beberapa tahun lalu saya berjalan
di perkampungan kristen di kota
Ambon yg habis dibakar oleh
segerombolan muslim.
Di Bangladesh saya bertemu
seorang wanita kristen muda yg lari
dari dusunnya setelah diculik dan
dipaksa menikah oleh sebuah
keluarga muslim. Organisasi
bantuan, yg didanai oleh
pemerintah USA, yg menolong
wanita2 teraniaya menolak
menolongnya. Saya berbicara dg
kristen2 yg diancam dg kekerasan
setelah mereka berpindah agama.
Di Pakistan saya tinggal dg sebuah
keluarga kristen di tempat
persembunyian setelah ayahnya yg
pindah agama ke kristen, lari ke
Amerika utk menghindari ancaman
pembunuhan. Keluarga istrinya
berniat utk menculik anak2
mereka. Gereja2 di sana telah
dibom dan jemaatnya diserang;
Orang2 kristen berisiko dihukum
mati dg alasan penghinaan thd
agama jika mereka menyangkal
prinsip esensi dari Islam.
Di semua negara ini, diskriminasi
ekonomi, legal, politik dan sosial
sangat merajalela. Pelayanan dan
manfaat pemerintah tidak
diperuntukkan bagi kristen. Bahkan
meski para pegawai negri ini tidak
melakukan kekerasan, mereka
jarang berusaha mencegah hal itu.
Dan hampir tidak pernah
pembunuh atau perusuh yg
beragama muslim ditangkap,
apalagi dihukum.
Paus tidak menyatakan semua ini,
harusnya dia menceritakannya.
Masalah islam dan kekerasan tidak
hanya terjadi dimasa lalu. Tapi
sudah sangat menjadi bagian dari
masa kini.
Protes2 islam muncul hanya karena
setetes kritik dari barat atau sedikit
saja keraguan yg terdengar akan
agama Muhammad. Sangat
menyedihkan sekali bahwa banyak
muslim kelihatannya tidak mampu
membela kepercayaan mereka
melalui hal lain selain intimidasi.
Terlebih lagi, selama agama
mereka mencatat akan kesediaan
mereka menghukum dan memakai
kekerasan diseluruh muka bumi,
mereka Cuma punya sedikit
kredibilitas utk mengeluh akan
serangan2 dari agama lain.
Apakah semua yg kita katakan
dinegara barat tentang mereka,
mengganggu para muslim di timur
tengah dan tempat lainnya? Saya
sulit utk merasa bersalah selama
negara2 islam gagal melihat bahwa
manusia diciptakan menurut
gambar dan rupa Tuhan dan
seharusnya dibiarkan bebas utk
memutuskan apa dan bagaimana
mengikuti DIA. Pemaksaan agama
tidak membuat Tuhan lebih mulia,
sekalipun misalnya namanya adalah
Allah.
Bagaimana kalau persetujuan? Kita
dibarat tidak akan berbicara
mengenai awal pembentukan islam
yg tidak menyenangkan atau
publikasi kartun jelek mengenai
Muhammad. Sebaliknya, negara2
muslim berhenti membunuh dan
menghukum kristen. Lebih jauh
lagi, mereka akan memberi kristen
kebebasan yg sama yg muslim
nikmati di negara2 Barat.
Cukup Adil?
Doug Bandow is Vice President of
Policy at Citizen Outreach and the
author of Foreign Follies: America's
New Global Empire (forthcoming,
Xulon Press). He is working on a
book on international religious
persecution.

Back to posts