Lamborghini Huracán LP 610-4 t

Pengangguran Akibat Daerah Menerapkan Syariah Islam.

Pengangguran dan kriminal
meningkat drastis disemua wilayah
Indonesia
yang Pemda-nya memaksakan
berlakunya Syariah Islam. Banyak
preman2
yang mendaftarkan diri menjadi
polisi Syariah. Namun pemda
mempersyaratkan bahwa polisi
Syariah harus berasal dari
penduduk
kelurahan ybs. Kalo dulu dizaman
kejayaan GolKar para pemuda
berebutan menjadi anggauta karang
taruna agar bisa mengutib
sumbangan
dari masyarakat maupun
pengusaha2 lokal, maka sekarang
menjadi polisi
Syariah membuka lahan baru bagi
para pengangguran yang jumlahnya
makin
banyak. Semua calon polisi Syariah
dididik dulu di mesjid yang
terdekat. Akibat banyaknya peminat
yang ingin menjadi polisi Syariah
maka wajar kalo pungutan2 pun
berlangsung ketat. Mulai dari cuma
500
ribu sekarang sudah ada yang
berani membayar 5 juta agar bisa
menjadi
polisi Syariah.
Polisi Syariah bukanlah polisi
melainkan penduduk biasa yang
harus
paham AlQuran dan diketahui
menjalankan rukun Islam secara
ketat.
Ditambah lagi mereka harus
melalui pendidikan kilat di mesjid.
Gajinya bervariasi dan dana untuk
gaji polisi Syariah bukanlah berasal
dari kas Pemda melainkan para
polisi Syariah wajib memungut
sumbangan
dari rumah kerumah maupun
semua pengusaha lokal yang ada
diwilayah
ybs. Hal ini tidaklah mudah, sering
terjadi keributan karena ada
rumah yang sudah membayar
tetapi ditagih lagi. Sistem
management
polisi Syariah banyak meniru sistim
perhansipan, namun pembagian
dana
yang terkumpul tidak jelas sangat
tertutup dan setiap polisi Syariah
hanya menerima seadanya yang
didapatkan kalo beruntung bisa
dapat
tambahan dari mengutib mereka
yang dituduh melanggar Syariah
seperti
wanita yang pulang kemalaman
atau suami isteri yang boncengan
motor
kelupaan membawa surat
kawinnya, semuanya menjadi uang
tambahan bagi
polisi Syariah yang menindaknya.
Bukan jarang, tuduhan itu di-cari2,
meng-ada2 sehingga pertengkaran
sering terjadi.
Situasi wilayah Syariah ini menjadi
makin tidak tenang, kebanyakan
masyarakat yang non-Islam yang
cuma mengontrak rumah disana
sudah
meninggalkan wilayah itu,
sedangkan mereka yang memiliki
rumah
berusaha menjualnya untuk pindah
kewilayah yang bukan Syariah
Islam.
Harga rumah jatuh, banyak yang
mau jual tapi susah ada
pembelinya.
Hampir semua penduduk diwilayah
berSyariah ini pengangguran
semua,
kalopun ada pegawai biasanya
pegawai negeri dari PLN, Bank
Eksim,
ataupun dari pegawai Pemda.
Selebihnya cuma duduk2
menunggu rezeki
kalo ada wisatawan domestik
datang akan dikerumuni untuk
dibantu ini
dan itu. Tidak jarang wisatawan2
domestik yang tinggal dihotel
didatangi wanita2 muda yang
sewaktu masuk kekamar sang
wisatawan
mendadak digerebek oleh polisi
Syariah. Tentu kalo hal ini berhasil
terjadi maka juga menjadi
penghasilan tambahan.
Karena penduduk yang bukan Islam
jumlahnya makin sedikit, maka
pengusaha2 muslim pun sekarang
menjadi bulan2an para polisi
Syariah.
Seorang haji yang baru pulang
menutup warungnya pulang
bersama
isterinya, mendadak dihadang
polisi Syariah yang langsung
menanyakan
surat nikahnya. Untung sang haji
membawanya, dan ternyata
isterinya
yang ke 8. Polisi Syariah
melepaskannya tetapi tentunya pak
haji tak
lupa memberi bekal uang kopi
secukupnya untuk ketiga orang
polisi
Syariah yang rajin ini.
Ekonomi pemda makin parah,
kebetulan ada issu Islam sesat,
tambahlah
tembakan baru bagi polisi Syariah.
Sebuah pengajian digerebek semua
makanan yang ada disita, kemudian
penyelenggara pengajian di
interogasi untuk meyakinkan
mereka bukan Islam aliran sesat.
Berbagai kejadian tidak banyak
diberitakan, tetapi ada kalanya
beritanya masuk ke koran namun
tidak dikatakan sebagai akibat
berlakunya Syariah Islam. Di
Merdeka Online diberitakan
seorang buruh
bangunan ditangkap dan digiring
oleh polisi Syariah Islam untuk
kemudian diteruskan ke pos polisi
dengan tuduhan menculik seorang
gadis dibawah umur. Setelah
diperiksa dipos polisi, ternyata
gadis
ini adalah pacar dari sang buruh
bangunan ini dan gadis ini tidak
dibawah umur karena gadis ini
sudah berusia 19 tahun. Buruh
bangunan
dan gadis ini memang nginep
dihotel atas kemauan bersama,
namun
sekelompok polisi Syariah
mendatangi dan memaksa orang
tua gadis ini
untuk menuduh si buruh bangunan
sebagai penculik. Namun tuduhan
itu
akhirnya gagal karena polisi
mendapatkan pengakuan gadis itu
bahwa
tindakannya benar2 atas kemauan
sang gadis yang mencintai sang
buruh
itu. Keadaan belum selesai, gagal
menuduh sebagai penculik sang
orang
tua dipaksa untuk menuntut bahwa
laki2 buruh bangunan itu membawa
anak
gadisnya tanpa seizin orang tuanya
sehingga tetap dikenakan pasal2
tuntutan berat yang juga termasuk
berzinah dengan bukan muhrimnya.
Entah bagaimana akhirnya, yang
pasti uang simpanan milik sang
buruh
harus ditumpahkan kering untuk
membayar polisi Allah ini dan juga
PolRI yang menjadi backingnya.
Kalo kita bandingkan dengan polisi
Syariah di Arab Saudia, mereka
semuanya digaji oleh kerajaan,
bahkan masyarakat warganegara
Arab
Saudia tanpa bekerja sekalipun
mendapatkan uang jaminan dari
pemerintah, sekolah gratis hingga
universitas, kesemuanya ini karena
jumlah kekayaan kerajaan Arab
yang berasal dari minyaknya
melebih dari
biaya kebutuhan hidup masyarakat
Arab yang jumlahnya cuma
beberapa
juta saja. Wajar kalo rakyat Arab tak
perlu kerja, kebanyakan
pekerja2 yang di Arab Saudia
bukanlah orang2 Arab Saudia
melainkan
warganegara lain dari negara2
tetangganya termasuk juga orang2
Indonesia. Jadi sulit untuk mencari
teladan management penggajian
polisi Syariah di Indonesia apalagi
pemerintah pun mengalami krisis
ekonomi yang sangat berat
sehingga tak memungkinkan
mengatasi
penggajian polisi Syariah ini.
Meskipun kondisi Syariah Islam
morat marit, para pendukung
Syariah
Islam tetap berusaha memaksakan
pemda2 tetangganya untuk juga
memberlakukan hukum Syariah
dipemda ybs. Gampang sekali
memaksakan
berlakunya Syariah Islam, namun
yang sulit justru mamanage
penggajian
polisi Syariah yang tentunya tidak
bisa gratis.
Polisi Syariah makin menjadi beban
masyarakat meskipun tidak pernah
ada keluhan yang dilontarkan.
Seluruh masyarakat cuma mencaci
maki
dalam hatinya saja, karena kalo
sampai keluhan keluar dari mulut
mereka, bisa2 dituduh murtad,
kafir, dll yang dipastikan akan
menjadi
lebih susah lagi hidup mereka, dan
menjadi alasan yang baik untuk
menjarah harta benda mereka
sebagai penganut Islam sesat.
Ny.Muslim binti Muskitawati.
Menyampaikan teriakan penduduk
diwilayah Pemda yang ber-Syariah.

Back to posts