XtGem Forum catalog

Alquran Pertama Kali Dicetak 79 Tahun Lalu.

Dikutip dari:
Luthfi Assyaukanie
Dosen Sejarah Pemikiran Islam
Universitas Paramadina Jakarta
Sebagian besar kaum Muslim
meyakini bahwa Alquran dari
halaman
pertama hingga terakhir merupakan
kata-kata Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad secara
verbatim, baik kata-katanya
(lafdhan)
maupun maknanya (ma' nan). Kaum
Muslim juga meyakini bahwa
Alquran
yang mereka lihat dan baca hari ini
adalah persis seperti yang ada
pada masa Nabi lebih dari seribu
empat ratus tahun silam.
Keyakinan semacam itu
sesungguhnya lebih merupakan
formulasi dan
angan-angan teologis (al-khayal al-
dini) yang dibuat oleh para ulama
sebagai bagian dari formalisasi
doktrin-doktrin Islam. Hakikat dan
sejarah penulisan Alquran sendiri
sesungguhnya penuh dengan
berbagai
nuansa yang delicate (rumit), dan
tidak sunyi dari perdebatan,
pertentangan, intrik, dan rekayasa.
Alquran dalam bentuknya yang kita
kenal sekarang sebetulnya adalah
sebuah inovasi yang usianya tak
lebih dari 79 tahun. Usia: ini
didasarkan pada upaya pertama kali
kitab suci ini dicetak dengan
percetakan modern dan
menggunakan standar Edisi Mesir
pada tahun
1924. Sebelum itu, Alquran ditulis
dalam beragam bentuk tulisan
tangan (rasm) dengan teknik
penandaan bacaan (diacritical
marks) dan
otografi yang bervariasi.
Hadirnya mesin cetak dan teknik
penandaan bukan saja membuat
Alquran
menjadi lebih mudah dibaca dan
dipelajari, tapi juga telah
membakukan beragam versi
Alquran yang sebelumnya beredar
menjadi
satu standar bacaan resmi seperti
yang kita kenal sekarang.
Pencetakan Edisi Mesir itu
bukanlah yang pertamakali dalam
upaya
standarisasi versi-versi Alquran.
Sebelumnya, para khalifah dan
penguasa Muslim juga turun-tangan
melakukan hal yang sama, kerap
didorong oleh keinginan untuk
menyelesaikan konflik-konflik
bacaan
yang muncul akibat beragamanya
versi Alquran yang beredar.
Tapi pencetakan tahun 1924 itu
adalah ikhtiar yang luar biasa,
karena upaya ini merupakan yang
paling berhasil dalam sejarah
kodifikasi dan pembakuan Alquran
sepanjang masa. Terbukti
kemudian,
Alquran Edisi Mesir itu merupakan
versi Alquran yang paling banyak
beredar dan digunakan oleh kaum
Muslim.
Keberhasilan penyebarluasan
Alquran Edisi Mesir tak terlepas
dari
unsur kekuasaan. Seperti juga pada
masa-masa sebelumnya, kodifikasi
dan standarisasi Alquran adalah
karya institusi yang didukung oleh
--
dan menjadi bagian dari proyek--
penguasa politik. Alasannya
sederhana, sebagai proyek amal
(non-profit), publikasi dan
penyebaran Alquran tak akan efektif
jika tidak didukung oleh lembaga
yang memiliki dana yang besar.
Apa yang telah dilakukan oleh
pemerintah Saudi Arabia mencetak
ratusan ribu kopi Alquran sejak
tahun 1970-an merupakan bagian
dari
proyek amal yang sekaligus juga
merupakan upaya penyuksesan
standarisasi kitab suci. Kendati
tidak seperti Uthman bin Affan yang
secara terang-terangan
memerintahkan membakar seluruh
versi (mushaf)
Alquran yang bukan miliknya
(kendati tidak benar-benar berhasil)
,
tindakan penguasa Saudi
membanjiri pasar Alquran hanya
dengan satu
edisi, menutupi dan perlahan-lahan
menyisihkan edisi lain yang diam-
diam masih beredar (khususnya di
wilayah Maroko dan sekitarnya).
Agaknya, tak lama lagi, di dunia ini
hanya ada satu versi Alquran,
yakni versi yang kita kenal sekarang
ini. Dan jika ini benar-benar
terwujud (entah kapan), maka itulah
pertama kali kaum Muslim (baru)
boleh mendeklarasikan bahwa
mereka memiliki satu Alquran yang
utuh
dan seragam.
Edisi Mesir adalah salah satu dari
ratusan versi bacaan Alquran
(qiraat) yang beredar sepanjang
sejarah perkembangan kitab suci
ini.
Edisi itu sendiri merupakan satu
versi dari tiga versi bacaan yang
bertahan hingga zaman modern.
Yakni masing-masing, versi Warsh
dari
Nafi yang banyak beredar di
Madinah, versi Hafs dari Asim yang
banyak beredar di Kufah, dan versi
al-Duri dari Abu Amr yang banyak
beredar di Basrah. Edisi Mesir
adalah edisi yang menggunakan
versi
Hafs dari Asim.
Versi bacaan (qiraat) adalah satu
jenis pembacaan Alquran. Versi ini
muncul pada awal-awal sejarah
Islam (abad pertama hingga ketiga)
akibat dari beragamnya cara
membaca dan memahami mushaf
yang beredar
pada masa itu. Mushaf adalah
istilah lain dari Alquran, yakni
himpunan atau kumpulan ayat-ayat
Allah yang ditulis dan dibukukan.
Sebelum Uthman bin Affan (w. 35
H), khalifah ketiga, memerintahkan
satu standarisasi Alquran yang
kemudian dikenal dengan "Mushaf
Uthmani," pada masa itu telah
beredar puluhan --kalau bukan
ratusan--mushaf yang dinisbatkan
kepada para sahabat Nabi.
Beberapa sahabatNabi memiliki
mushafnya sendiri-sendiri yang
berbeda satu sama lain, baik dalam
hal bacaan, susunan ayat dan surah,
maupun jumlah ayat
dan surah.
Dikutip dari:
Luthfi Assyaukanie
Dosen Sejarah Pemikiran Islam
Universitas Paramadina Jakarta

Back to posts