Old school Easter eggs.

Yesus Anak Allah?.

Tanpa berdialog dengan Yesus,
bagaimana kita bisa mengetahui
misi, motivasi, dan pemahaman
mengenai diri-Nya sendiri?
Bagaimana kita bisa mengetahui
seperti apa Yesus menganggap diri-
Nya? Apakah Yesus menganggap
diri-Nya sebagai Anak Allah dan
Mesias, ataukah Dia menganggap
diri-Nya tidak lebih dari seorang
guru yang berkeliling dan kadang-
kadang menimbulkan kerusuhan?
Dengan melihat perilaku-Nya, kita
bisa mengetahui apakah Yesus
menganggap diri-Nya Mesias dan
Anak Allah, atau hanya sekedar
nabi/guru.
Kita perlu melihat apa yang Ia
lakukan, apa yang Ia katakan, dan
bagaimana Ia berhubungan dengan
orang lain.
Yesus Berhati-hati
Yesus sedikit misterius tentang
identitas-Nya, bukan?
Ia terlihat lebih menghindar
daripada menyatakan diri-Nya
sebagai Sang Mesias atau Anak
Allah secara terang-terangan.
Apakah itu karena Ia tidak berpikir
bahwa diri-Nya Mesias dan Anak
Allah, atau karena Ia memiliki
alasan-alasan lain?
Tidak, bukan karena Ia tidak
berpikir bahwa diri-Nya Mesias dan
Anak Allah.
Jika Ia mengumumkan, "Hai
Saudara-saudara, Akulah Tuhan". Itu
akan terdengar seperti: 'Akulah
Yahweh', karena orang-orang Yahudi
pada masa itu belum memiliki
konsep Tritunggal. Mereka hanya
mengenal Allah Bapa, yang mereka
sebut Yahweh, dan bukan Allah
Putra atau Allah Roh Kudus.
Pada waktu itu, jika seseorang
seseorang mengatakan bahwa
dirinya adalah Tuhan, itu tidak akan
masuk akal bagi mereka dan akan
terlihat sebagai penghujatan. Dan
itu akan berakibat buruk bagi Yesus
dalam upaya-Nya untuk membuat
orang-orang mendengarkan pesan-
Nya.
Disamping itu, sudah ada sejumlah
pengharapan tentang seperti
apakah rupa Sang Mesias, dan
Yesus tidak ingin terkotakkan dalam
kategori-kategori orang lain.
Konsekuensinya, Ia sangat berhati-
hati dalam apa yang Ia katakan di
depan umum.
Hubungan-Nya dengan ke-12 Murid
Petunjuk-petunjuk apa yang dapat
kita temukan tentang pemahaman
diri Yesus dari cara Ia berhubungan
dengan orang lain?
Perhatikanlah hubungan-Nya
dengan murid-murid-Nya. Yesus
memilliki 12 murid, tapi perhatikan
bahwa Ia bukan salah satu dari
ke-12 murid itu.
Jika ke-12 murid itu mewakili Israel
yang diperbaharui, bagaimana
dengan Yesus? Ia bukan bagian dari
12 murid itu. Ia yang membentuk
kelompok itu, tepat seperti Tuhan
dalam Perjanjian Lama membentuk
umat-Nya dan menetapkan ke-12
suku Israel. Siapakah yang berhak
menetapkan kelompok seperti itu,
selain Tuhan sendiri? Itu adalah
petunjuk tentang apa yang Yesus
pikirkan tentang diri-Nya sendiri,
bahwa Ia adalah Anak Allah yang
berhak menentukan 12 murid yang
mewakili Israel yang diperbaharui.
Hubungan-Nya dengan Pemimpin
Yahudi
Hubungan-Nya dengan para
pemimpin Yahudi sangat jelas.
Dalam Matius 15:11, Yesus
membuat pernyataan yang benar-
benar radikal tentang: bukan apa
yang masuk ke dalam mulut yang
menajiskan orang, melainkan apa
yang keluar dari hatinya. Terus
terang, ini 'mengesampingkan'
bagian besar isi dari Kitab Imamat
di Perjanjian Lama, dengan aturan-
aturan yang cermat untuk menjaga
kesucian.
Nah, Para Farisi tidak menyukai
pesan ini. Mereka ingin
mempertahankan aturan-aturan
lama tersebut sebagaimana adanya.
Namun Yesus berkata, "Tidak,
Tuhan memiliki rencana lebih
lanjut. Ia sedang melakukan hal
yang baru."
Kita harus bertanya: Orang macam
apa yang berpikir bahwa Ia
memiliki kekuasaan untuk
'mengesampingkan' kitab-kitab suci
Yahudi yang diwahyukan secara
ilahi dan menggantikannya dengan
ajaran-Nya sendiri?
Kalau Yesus tidak berpikir diri-Nya
Anak Allah, tidak mungkin Ia
melakukannya.
Hubungan-Nya dengan Penguasa
Roma
Dan bagaimana hubungan-Nya
dengan para penguasa Roma?
Kita harus bertanya mengapa
mereka menyalibkan Dia. Jika Ia
hanya sekedar guru bijaksana yang
tidak berbahaya, yang mengisahkan
perumpamaan-perumpamaan
pendek yang menyenangkan,
bagaimana Ia bisa disalibkan,
khususnya pada musim Paskah,
saat tidak seorang Yahudi pun
menginginkan seorang Yahudi
dihukum mati? Harus ada suatu
alasan mengapa tulisan di atas
kepala-Nya berbunyi: 'Inilah Raja
Orang Yahudi'.
Alasannya adalah Yesus
menyatakan keilahian-Nya atau
orang banyak berpikir bahwa Yesus
menyatakan diri-Nya Anak Allah.
Kerajaan Allah Sudah Datang
Bagaimana dengan mujizat-mujizat
Yesus? Mujizat-mujizat yang Yesus
perbuat bukan berarti Dia
menyatakan diri-Nya Anak Allah,
bukan?
Bukan fakta bahwa Yesus
melakukan mujizat-mujizat yang
menjelaskan pemahaman diri-Nya.
Yang penting adalah bagaimana Ia
menafsirkan mujizat-mujizat-Nya.
Dalam Matius 12:28, Yesus berkata,
"Tetapi jika Aku mengusir setan
dengan kuasa Roh Allah, maka
sesungguhnya Kerajaan Allah sudah
datang kepadamu".
Ia tidak seperti pembuat mujizat
lainnya yang melakukan hal-hal
menakjubkan dan kemudian hidup
berjalan seperti biasa. Tidak. Bagi
Yesus, mujizat-mujizat-Nya
merupakan suatu tanda yang
mengindikasikan datangnya
kerajaan Allah. Yesus melihat
mujizat-mujizat-Nya menunjukkan
sesuatu yang belum pernah ada,
yaitu kedatangan kekuasaan Tuhan.
Ia tidak sekedar melihat diri-Nya
sebagai pembuat mujizat, Ia
melihat diri-Nya sebagai seorang di
dalam siapa dan melalui siapa janji-
janji Tuhan digenapi. Ini adalah
suatu pernyataan transenden
(pernyataan yang melampaui segala
sesuatu) yang jelas.
Pemakaian Frase 'Amin'
Yesus disebut Rabi oleh pengikut-
pengikut-Nya, bukankan ini berarti
bahwa Ia sekedar mengajar seperti
rabi-rabi lainnya?
Yesus mengajar dengan cara baru
yang radikal. Ia memulai
pengajaran-Nya dengan frase: 'Amin
(sesungguhnya) Kukatakan
kepadamu', yang artinya adalah,
"Aku bersumpah sebelumnya atas
kebenaran dari apa yang akan
Kukatakan". Ini sungguh-sungguh
revolusioner.
Adat orang-orang Yahudi adalah
mereka memerlukan kesaksian dari
2 saksi, yang mana saksi A dapat
bersaksi atas kebenaran dari saksi
B dan sebaliknya. Tetapi Yesus
bersaksi atas kebenaran perkataan-
perkataan-Nya sendiri. Bukannya
mendasarkan ajaran-Nya pada
otoritas orang lain, Ia berbicara atas
otoritas-Nya sendiri. Jadi inilah
Yesus, Seseorang yang menganggap
diri-Nya memiliki otoritas di atas
dan melampaui apa yang dimiliki
nabi-nabi Perjanjian Lama. Ia
percaya bahwa Ia memiliki tidak
saja inspirasi Ilahi, seperti yang
dimiliki Raja Daud, namun juga
otoritas Ilahi dan kekuasaan Ilahi
secara langsung.
Pemakaian Frase 'Bapa'
Sebagai tambahan pada
penggunaan frase 'Amin' dalam
pengajaran-Nya, Yesus
menggunakan istilah 'Abba' (Bapa),
ketika Ia berhubungan dengan
Tuhan.
'Bapa' mengkonotasikan kedekatan
dalam suatu hubungan antara
seorang anak dan ayahnya. Yang
menarik, istilah itu juga digunakan
murid-murid untuk menyebut guru
terkasih mereka. Namun Yesus
menggunakannya untuk Tuhan. Ia
dan pengikut-pengikut-Nya adalah
satu-satunya yang berdoa dengan
cara demikian.
Dalam konteks Yahudi pada saat
itu, orang-orang Yahudi berusaha
menghindari pengucapan nama
Tuhan. Nama Tuhan adalah kata
paling kudus yang dapat diucapkan
dan mereka takut salah
mengucapkannya. Jika mereka
hendak mengacu kepada Tuhan,
mereka mungkin akan mengatakan
sesuatu seperti: 'Yang Kudus,
terpujilah Dia', namun mereka tidak
akan menggunakan nama pribadi-
Nya.
Dan 'Bapa' adalah suatu istilah
sangat pribadi. Pentingnya istilah
'Bapa' adalah bahwa Yesus
merupakan pengambil inisiatif
dalam hubungan yang sangat dekat
yang sebelumnya tidak ada.
Pertanyaannya adalah: Orang
macam apa yang dapat mengubah-
ubah istilah-istilah berkaitan
dengan Tuhan? Orang macam apa
yang dapat memulai suatu
hubungan janji yang baru dengan
Tuhan?
Itu menunjukkan bahwa Yesus
memiliki hubungan sangat dekat
dengan Tuhan, yang tidak sama
dengan apapun yang ada dalam
kehidupan orang Yahudi saat itu.
Dan kejutannya, hanya dengan
memiliki hubungan dengan Yesus,
maka manusia mempunyai
hubungan dengan Allah sebagai
Bapa. Siapakah Yesus, yang bisa
menentukan hubungan dengan
Allah sebagai Bapa? Jawabannya,
Yesus yang adalah Anak Allah.
Gambaran Yohanes tentang Yesus
Dalam pembukaannya, Injil
Yohanes menggunakan bahasa yang
agung dan dengan tegas
menyatakan ketuhanan Yesus:
Pada mulanya adalah Firman;
Firman itu bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah.
Ia pada mulanya bersama-sama
dengan Allah.
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia
dan tanpa Dia tidak ada suatupun
yang telah jadi dari segala yang
telah dijadikan.
Firman itu telah menjadi manusia,
dan diam di antara kita, dan kita
telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu
kemuliaan yang diberikan kepada-
Nya sebagai Anak Tunggal Bapa,
penuh kasih karunia dan kebenaran.
(Yohanes 1:1-3,14).
Jika Yesus membaca pembukaan
Injil Yohanes, apakah Ia akan
mundur ketakutan dan berkata,
"Wah, Yohanes kamu benar-benar
keliru? Kamu telah membesar-
besarkan Aku sampai jadi Allah",
ataukah Ia akan mengangguk setuju
dan berkata, "Benar, Aku memang
demikian adanya"?
Saya tidak memiliki keraguan,
bahwa jika Yesus membaca Injil
Yohanes, Ia akan mendapati bahwa
Injil itu adalah suatu ekspresi yang
sesuai dengan identitas-Nya.
Jika Anda mengurangi Injil Yohanes,
dan melihat Injil sinoptik (Matius,
Markus, Lukas), Anda tetap melihat
Yesus sebagai Mesias, Anak Allah.
Dalam Matius 16:15-17, Yesus
bertanya kepada murid-murid-Nya
dalam suatu pertemuan pribadi,
"Apakah katamu, siapakah Aku ini?"
Petrus menjawab dengan jelas,
"Engkau adalah Mesias, Anak Allah
yang hidup".
Yesus meneguhkan Petrus atas
jawabannya dengan berkata,
"Berbahagialah engkau, sebab
bukan manusia yang menyatakan
itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku
yang di sorga."
Peneguhan Tuhan atas Identitas
Yesus
Yesus juga memiliki peneguhan
Tuhan mengenai identitas-Nya: saat
kelahiran-Nya(Matius 1:20-23),
pembaptisan-Nya (Matius 3:16-17),
saat pencobaan-Nya (Matius 4:11),
saat transfigurasi/penyataaan
kemuliaan Yesus (Matius 17:1-5),
dan dalam taman Getsemani (Lukas
22:39-43). Ini semua adalah saat-
saat krisis ketika Tuhan
mengkonfirmasikan siapa Yesus
dan misi-Nya.
Sesudah dibaptis, Yesus segera
keluar dari air dan pada waktu itu
juga langit terbuka dan Ia melihat
Roh Allah seperti burung merpati
turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah
suara dari sorga yang mengatakan:
"Inilah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Nyalah Aku berkenan."
(Matius 3:16-17)
Enam hari kemudian Yesus
membawa Petrus, Yakobus dan
Yohanes saudaranya, dan bersama-
sama dengan mereka Ia naik ke
sebuah gunung yang tinggi. Di situ
mereka sendiri saja.
Lalu Yesus berubah rupa di depan
mata mereka; wajah-Nya bercahaya
seperti matahari dan pakaian-Nya
menjadi putih bersinar seperti
terang.
Maka nampak kepada mereka Musa
dan Elia sedang berbicara dengan
Dia.
Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan,
betapa bahagianya kami berada di
tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah
kudirikan di sini tiga kemah, satu
untuk Engkau, satu untuk Musa dan
satu untuk Elia."
Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata
turunlah awan yang terang
menaungi mereka dan dari dalam
awan itu terdengar suara yang
berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi,
kepada-Nyalah Aku berkenan,
dengarkanlah Dia."
(Matius 17:1-5)
Misi Yesus
Menurut Dia apakah misi-Nya?
Ia melihat pekerjaan-Nya adalah
datang untuk membebaskan umat
Tuhan dari belenggu dosa, jadi
misi-Nya diarahkan ke Israel. Hanya
ada sedikit bukti bahwa Ia mencari
orang-orang bukan Yahudi selama
pelayanan-Nya.
Sesudah kebangkitan-Nya, Yesus
menyuruh murid-murid-Nya untuk
memberitakan berita pengampunan
dosa, karena penebusan dosa yang
sudah dikerjakan-Nya, kepada
semua bangsa di dunia.
Pengubahan Pikiran Murid-murid
Dalam bukunya Reasonable Faith,
William Lane Craig menjelaskan
sejumlah bukti kuat bahwa dalam
waktu 20 tahun setelah penyaliban
terdapat suatu Kristologi
(pemahaman tentang Kristus) yang
sangat berkembang, yang
menyatakan bahwa Yesus adalah
Tuhan yang berinkarnasi.
Sejarawan gereja, Jaroslav Pelikan,
telah menjelaskan bahwa khotbah
Kristen tertua, laporan tertua dari
seorang martir Kristen, dan doa
liturgis tertua (1 Korintus 16:22),
semuanya merujuk pada Yesus
sebagai Tuhan. Pelikan berkata,
"Jelas, itu merupakan pesan dari
apa yang dipercaya dan diajarkan
gereja bahwa 'Tuhan' adalah nama
yang tepat bagi Yesus Kristus."
Apakah ada cara lain yang mungkin
bagi perkembangan keilahian Yesus
yang begitu cepat ini, jika Yesus
tidak membuat pernyataan
transenden dan mesianik tentang
diri-Nya sendiri?
Tidak ada, kecuali jika murid-murid
sepenuhnya melupakan Yesus yang
historis(yang ada dalam sejarah) itu
dan mereka tidak ikut dalam
tradisi-tradisi yang mulai terlibat 20
tahun setelah kematian dan
kebangkitan-Nya.
Namun yang menjadi pertanyaan
adalah, apa yang terjadi setelah
penyaliban Yesus yang mengubah
pikiran murid-murid, yang telah
menyangkal, tidak taat, dan
meninggalkan Yesus? Sangat
sederhana, mereka mendapat
penegasan bahwa Yesus yang telah
bangkit adalah Anak Allah, Mesias
yang dijanjikan dalam Perjanjian
Lama.
Kesimpulan
Yesus berpikir bahwa Ia adalah
orang yang ditunjuk oleh Tuhan
untuk memberikan penyelamatan
puncak dari Tuhan dalam sejarah
manusia. Ia percaya bahwa Ia
adalah perantara Tuhan untuk
melakukannya, bahwa Ia telah
diotorisasi oleh Tuhan, diberi kuasa
oleh Tuhan. Ia berbicara bagi
Tuhan, dan Ia diarahkan oleh Tuhan
untuk melakukan tugas-Nya. Jadi
apa yang dikatakan oleh Yesus,
dikatakan oleh Tuhan.
Yesus percaya bahwa Ia berada
dalam suatu misi Ilahi, dan misi itu
adalah untuk menebus umat
manusia. Umat Tuhan sudah
tersesat dan Tuhan harus
melakukan sesuatu, seperti yang
selalu Ia lakukan, untuk ikut
campur dan membawa mereka ke
jalan yang benar. Tetapi ada suatu
perbedaan kali ini. Ini adalah kali
yang terakhir. Ini adalah
kesempatan terakhir.
Apakah Yesus percaya bahwa Ia
adalah Anak Allah, yang diurapi
oleh Allah? Jawabannya adalah Ya.
Apakah Ia melihat diri-Nya sebagai
Mesias? Ya, demikianlah cara-Nya
memandang diri-Nya sendiri.
Apakah Ia percaya bahwa ada
seseorang yang kurang daripada
Allah yang dapat menyelematkan
dunia?
Tidak. Hanya Yesus, Sang Anak
Allah yang dapat menyelamatkan
dunia.
Dan di sinilah paradoksnya (hal
yang tidak bertentangan, namun
kelihatan seperti bertentangan),
menjadi seaneh-anehnya: Cara
Tuhan untuk menyelamatkan dunia
adalah dengan membuat Anak-Nya
mati.
Tetapi Allah, dalam sifat keilahian-
Nya, tidak mati. Jadi bagaimana
Allah akan melakukan ini?
Bagaimana Allah menjadi
juruselamat umat manusia? Ia
harus datang sebagai manusia
untuk menyelesaikan tugas itu. Dan
Yesus percaya bahwa Dialah yang
harus melakukan-Nya. Dalam
Markus 10:45, Yesus berkata,
"Karena Anak Manusia juga datang
bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang."
Dalam Yohanes 10:30, Yesus
berkata, "Aku dan Bapa adalah
satu." Dengan kata lain: 'Aku
memiliki otoritas untuk berbicara
bagi Bapa. Aku memiliki kuasa
untuk bertindak bagi Bapa. Jika
engkau menolak Aku, engkau
menolak Bapa.'
Bahkan jika Anda hanya membaca
Injil sinoptik (Matius, Markus dan
Lukas), Anda tetap akan mendapat
kesimpulan yang sama.
Kita harus bertanya, mengapa tidak
ada orang Yahudi abad pertama
lainnya yang memiliki jutaan
pengikut saat ini? Mengapa tidak
ada suatu gerakan Yohanes
Pembaptis? Mengapa, dari semua
figur abad pertama, termasuk para
kaisar Roma, Yesuslah yang masih
disembah saat ini, sementara yang
lainnya sudah hancur menjadi debu
sejarah?
Karena Yesus ini, Yesus yang
historis, juga adalah Tuhan yang
hidup. Karena Ia masih ada,
sementara yang lain sudah lama
mati.

Back to posts