Ring ring

Bahasa Asli Yesus.

Bahasa Yesus dan Bahasa Asli Doa
Bapa Kami
• Bahasa Yesus sehari-hari (Bahasa
Ibu) dalam berbicara adalah Aram/
Aramaic (Arab Kuno)
• Bahasa Yesus untuk mengajar
didalam sinagoga adalah Ibrani
(Hebrew)
• Bahasa Yesus untuk
memberitakan Firman kepada
Penduduk Galilea yang saat itu
sangat multi kultural adalah Yunani
(Greek)
Salah satu keunikan Injil adalah
pewartaan Yesus mula-mula di
tengah dunia yang multi etnik dan
multilingual di Galilea pada abad
pertama Masehi. Dalam Yesaya
8:22 dinubuatkan daerah pelayanan
Sang Mesiah: "DEREKH HAYAM EVER
HAYARDEN GELIL HAGOYIM" (jalan
ke laut, daerah seberang Yordan,
Galilea wilayah bangsa-bangsa).
Latarbelakang ini sangat
mempengaruhi corak keagamaan
Kristiani sejak semula. Beberapa
ahli menyimpulkan, bahwa Yesus
dan penduduk Galilea khususnya
dan Israel pada umumnya berbicara
dalam bahasa Ibrani, Aram dan
sedikit Yunani.
Pertama, mengenai bahasa Ibrani
dan Aram sebagai dua bahasa
serumpun. Kedua bahasa ini erat
bertalian, banyak kata dalam kedua
bahasa ini sama. Tata bahasa dan
sintaksisnya juga sama. Pada
zaman Abraham (kira-kira 1900 SM)
kedua bahasa itu dapat dikatakan
identik, artinya belum terpecah
satu sama lain. Dalam sebuah
liturgi Yahudi kuno, disebutkan:
"ARAMI OVED AVI VAYERED",
'Bapaku dahulu seorang Aram,
seorang pengembara' (Ulangan
26:5). Ini merujuk kepada Yakub,
nenek moyang bangsa Israel,
bahwa ia disebut orang Aram sebab
disitulah letak geografis tempat
tinggalnya, meskipun ia bukan dari
suku itu. Dan juga karena Yakub
pernah tinggal di Aram-naharaim
dan anak-anaknya yang kemudian
menjadi bangsa Israel.
Berabad-abad kemudian (kira-kira
1,100 - 722 sM) dari bahasa yang
satu itu melahirkan dua cabang
bahasa: Ibrani di kalangan orang
Yahudi di Palestina dan bahasa
Aram di kerajaan-kerajaan Aram di
Mesopotamia: Damaskus, Zobah
dan Hamat.
Bahasa Ibrani dipakai oleh Saul,
Daud, Salomo dan nabi-nabi
lainnya, sehingga Perjanjian Lama
untuk sebagian besar ditulis dalam
bahasa ini. Bahasa Ibrani (atau
dikenal sebagai bahasa Ibrani
klasik) bertahan sebagai bahasa
resmi kerajaan Israel sampai
jatuhnya Yerusalem tahun 587 sM.
Sementara itu, bahasa Aram
berkembang pesat ketika orang-
orang Asyiria menguasai kembali
Mesopotamia (883-606 sM) dan
akhirnya bahasa Aram menjadi
bahasa resmi kerajaan. Keadaan ini
semakin kuat di kalangan orang-
orang Babel (606-539 SM) dan kelak
di kalangan Persia (539-333 SM).
Pada zaman ini bahasa Aram terus
mendesak bahasa Ibrani sampai
zaman Yesus, khususnya di wilayah
Galilea, Samaria dan daerah-daerah
sekitarnya. Pada zaman itu bahasa
Aram tersebar luas sebagai 'lingua
franca' di wilayah Timur, sedangkan
bahasa Yunani dipakai sebagai
'lingua franca' di wilayah Barat.
Sementara itu bahasa Ibrani
membeku sebagai "bahasa suci
(bahasa liturgis)" di Bait Allah dan
sinagoge-sinagoge Yahudi.
Kendati secara praktis bahasa Aram
berbeda dengan bahasa Ibrani
klasik, namun kedua bahasa ini
adalah satu rumpun dan pada
zaman Yesus bahasa Aram disebut
juga sebagai bahasa Ibrani. Hal ini
tampak pada catatan-catatan
Perjanjian Baru, yang menyebut
kata-kata Aram seperti: Gabbatha
(Yohanes 19:13) sebagai bahasa
Ibrani juga. Begitu pula, sejarahwan
Yahudi Flavius Yosephus
memberitahukan kepada kita
bahwa ia menulis bukunya The
Jewish War ditulis dalam 'bahasa
Ibrani', meskipun kenyataannya ia
menulis "dalam dialek Ibrani",
yaitu bahasa Aram. Karena pada
zaman itu bahasa Aram, kendatipun
dibedakan dari bahasa Ibrani
sebagai "bahasa kekusasteraan
rabbinis" (yang biasa disebut juga
bahasa Ibrani Mishnah), tetapi
bahasa Aram hanya dianggap
sebagai dialek bahasa Ibrani tutur
Galilea. Karena itu, Petrus dikenali
karena dialek bahasanya (Matius
26:73).
Bahasa Ibrani, Aram maupun
Yunani dijumpai bersama-sama di
wilayah Israel pada abad pertama
Masehi. Penemuan inskripsi-
inskripsi kuno (graffiti, monogram
dan simbol) di bekas sinagoge
Kapernaum yang ditulis dalam
bahasa Ibrani Aram, Paleo-
estrangelo Syriac, Yunani, bahkan
Latin membuktikan dunia multi-
etnik dan multi-lingual Yesus
Kristus. Lebih-lebih lagi, jelas
sekali dalam Injil Yohanes 19:19
dicatat bahwa inksripsi di atas kayu
salib Yesus dicatat dalam bahasa
Ibrani, Yunani dan Latin. Untuk
pembaca bisa membayangkan,
selain teks asli Yunani, di bawah ini
dapat kita ikuti rekonstruksi bunyi
inskripsi itu dalam Ibrani (baik
Ibrani Mishnah maupun Ibrani
tutur) dan juga dalam bahasa Latin:
* iesous ho nasoraios ho basileos
ton ioudaion (bahasa Yunani).
* Yeshua ha natseri melak ha-
yehudim (bahasa Ibrani Mishnah).
* yeshua natsraya malka da
yhudeim (bahasa Aram/Syriac).
* iesus nazarenus rex yudaerum
(bahasa Latin).
Kalau begitu, bagaimana
mengucapkan nama Sang Juru
Selamat yang sah? Yeshua, Iesous
atau Iesus/Yesus? Jawabnya, semua
sah-sah saja, karena semua bahasa
itu hidup pada zaman-Nya. Jadi,
dalam bahasa Aram inilah Yesus
berbicara sehari-hari dan mengajar
murid-muridnya, begitu juga ketika
dikatakan bahwa Yesus bebicara
dengan Paulus dalam bahasa Ibrani
(Kisah 26:14), kemungkinan besar
dalam bahasa Ibrani tutur Galilea
atau Aram. Tetapi ketika membaca
Taurat dan Kitab Nabi-nabi di
sinagoge, pasti Yesus
mendaraskannya dalam bahasa
Ibrani (Lukas 4:18-20). Tetapi Yesus
juga berbicara dalam bahasa
Yunani, misalnya dalam
percakapannya dengan seorang
perwira di Kapernaum (Lukas
7:1-10).
Tidak hanya ke-3 bahasa itu saja
yang berkembang pada masa
pelayanan Yesus. Adanya
penjajahan Romawi pula
mengakibatkan adanya empat
bahasa di era Yesus Kristus:
[1] bahasa Ibrani merupakan bahasa
liturgis, digunakan untuk membaca
Torah, dan sebagainya, tidak
digunakan sebagai bahasa sehari-
hari, dikenal sebagai bahasa Ibrani
Misyna karena adanya campur
tangan para ahli Taurat menyusun
Talmud;
[2] bahasa Aram, digunakan oleh
orang Yahudi lokal sebagai bahasa
sehari-hari;
[3] bahasa Yunani, digunakan oleh
orang Yahudi pendatang sebagai
bahasa pergaulan di Timur Dekat;
pada umumnya Yahudi pendatang
berbahasa Yunani ini mengunjungi
Yerusalem dalam rangka transaksi
bisnis dan ziarah ke Bait Allah; dan
[4] bahasa Latin, bahasa kaum
penjajah yang digunakan oleh
orang-orang Romawi yang menjajah
Israel sejak tahun 63 sebelum
Masehi.
Sesudah keruntuhan Yerusalem
tahun 70 Masehi, bahasa Aram
yang mereka gunakan pun
berangsur-angsur punah,
bercampur dengan bahasa Jerman,
Polandia, dan Rusia sehingga
timbul dialek-dialek Yahudi yang
baru seperti Yidisy, Ladino, dan
sebagainya.
Sekitar awal 1800-an kalangan
Yahudi yang dipelopori oleh
seorang rabi mulai mengusahakan
agar bahasa Ibrani kuno yang ditulis
di dalam Tanakh (Taurat, Zabur, dan
lain-lain) digunakan sebagai bahasa
percakapan. Dan mulai saat itulah
bahasa Ibrani baru digunakan
kembali oleh orang Israel setelah
tidak digunakan lebih dari 1000
tahun.

Back to posts