Lamborghini Huracán LP 610-4 t

Definisi Kitab Suci.

Definisi kitab suci bagi kekristenan
sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan definisi kitab suci menurut
agama Yahudi (Yudaisme).
Dalam bahasa sederhana, dapat
kita definisikan kitab suci menurut
Yahudi adalah buku yang ditulis
oleh leluhur yang mengajarkan
kebenaran tentang sejarah umat
manusia di masa lampau, tentang
kisah-kisah hidup nenek moyang
mereka yang ada hubungannya
dengan Tuhan, serta tulisan-tulisan
hikmat yang juga ada hubungannya
dengan Tuhan.
Iman Yahudi dan Kristen yakin,
bahwa tulisan-tulisan para leluhur
itu bukan dongeng, melainkan
berita (menyerupai surat kabar di
masa kita), dan mereka baik secara
sadar maupun tidak sadar, telah
dibimbing oleh Allah dalam setiap
tulisannya. Sehingga, umat Kristen
dapat berkata bahwa Alkitab adalah
tulisan-tulisan yang terilham.
Definisi lain yang lebih simpel, kita
boleh saja mengatakan Alkitab
adalah sebuah Kitab Sejarah. Lebih
agak mendalam lagi, kita katakan:
Alkitab secara harfiah adalah kitab
sejarah, dan secara rohaniah adalah
firman Allah.
Mengapa disebut firman Allah?
Karena kalau kita membaca Alkitab,
kita ibarat sedang mendengarkan
perkataan-perkataan Allah dan
didikan-didikanNya yang maha suci.
Allah dalam Alkitab tidak pernah
mengajarkan yang jahat kepada
para pembacanya, melainkan selalu
menekankan kepada kekudusan
(hidup kudus dan berkenan di mata
Tuhan).
Mengapa disebut kitab sejarah?
Karena di dalamnya kita dapati
kisah-kisah zaman lampau,
misalnya tentang sejarah
penciptaan alam semesta dan kisah
manusia pertama di Taman Eden,
kisah kehidupan bangsa Israel; dan
juga kita akan dapati kisah-kisah
peramalan (nubuatan) tentang apa-
apa saja yang akan terjadi di masa
yang akan datang. Inilah uniknya
Alkitab, bukan hanya kita disuruh
menengok ke belakang (sejarah
masa silam), tetapi kita juga sedang
dituntun untuk bersiap-siap
menghadapi sejarah dunia di masa
depan.
Adalah salah besar, apabila umat
Kristen mengartikan Alkitab sebagai
kitab keramat yang seluruh isinya
adalah berasal dari dikte Allah atau
malaikat. Pemahaman Alkitab
sebagai firman Allah janganlah
ditafsirkan secara demikian, karena
ini sesat (mirip pola berpikir
agama-agama Pagan, contoh:
Hindu). Dalam sejarahnya, Allah
tidak pernah mendikte kitab,
apalagi sampai diklaim Allah
menurunkan kitab suci kepada
manusia. Ini salah kaprah dan
sungguh-sungguh menjerumuskan
pola berpikir yang bodoh! Kitab
Taurat ditulis oleh Musa, bukan
diturunkan oleh Allah, bukan hasil
dikte malaikat, tetapi ditulis
dengan gaya bebas sesuai dengan
pemahaman Musa sendiri.
Mengenai kisah-kisah dalam kitab
Kejadian dan sebagian kitab
Keluaran, kita boleh yakin bahwa
Musa memperoleh pengetahuan itu
pasti berasal dari penglihatan yang
Allah berikan kepadanya.
Kemudian, dengan bahasa dan
pemahamannya sendiri, Musa
menuliskannya ibarat seorang
wartawan di zaman modern sedang
menuliskan sebuah berita nyata.
(Bandingkan dengan proses
penulisan kitab Wahyu oleh Rasul
Yohanes).
Begitu pula mengenai kitab-kitab
Injil. Kitab-kitab Injil bukanlah hasil
karangan Yesus atau Allah yang
menurunkan kitab itu kepada
Yesus. Kitab injil adalah buku yang
menceritakan tentang segala
sesuatunya yang berhubungan
dengan Yesus: kelahiran, kehidupan
dan pengajaranNya, penderitaan,
kematian dan kebangkitanNya dari
antara orang mati. Injil bukanlah
ajaran. Tidak ada ajaran Injil, yang
ada adalah ajaran Yesus. Injil adalah
berita sukacita. Injil adalah berita
mengenai Yesus, yang telah datang
ke dunia untuk menyelamatkan
umat manusia. Injil, adalah suatu
berita yang mengabarkan kalau
Mesias sudah datang. Itulah
mengapa Injil sebagai Kabar
Gembira.
Allah tidak menurunkan kitab Injil,
tetapi kitab-kitab sejarah itu ditulis
oleh rasul-rasul, kira-kira dimulai 5
sampai 10 tahun semenjak Yesus
terangkat ke surga. Kalau sampai
ada umat Kristen yang
berpemahaman bahwa Allah
menurunkan kitab Injil kepada
Yesus, sungguh bodoh dan keliru
besar! Ini sesat dan harus
diluruskan.
Pada mulanya kitab-kitab Injil
bukanlah kitab keramat, melainkan
sebagai buku sejarah riwayat hidup
dan pengajaran Yesus. Mengapa ada
kitab-kitab Injil? Kitab-kitab Injil
ada atau ditulis sebagai wujud dari
pelaksanaan perintah Yesus kepada
murid-muridNya untuk
menyebarkan "kabar sukacita"
kepada segala bangsa agar mereka
mau bertobat dan mau menjadi
murid Yesus. Kalau orang mau
menjadi murid Yesus, maka
mereka harus tahu apa-apa yang
diajarkan oleh sang guru. Para
murid menyadari, bahwa umur
mereka terbatas, tidak mungkin
tradisi lisan dipertahankan, dan
memang tradisi lisan tidak bisa
diharapkan abadi. Seiring dengan
kekhawatiran akan hilangnya kisah-
kisah mengenai Yesus dan
pengajaranNya, maka mereka (para
murid) menuangkan tradisi lisan
dalam bentuk tulisan (gulungan-
gulungan kitab). Tulisan-tulisan
mengenai Yesus yang digarap oleh
Matius disebut Injil Matius. Kisah-
kisah mengenai Yesus yang ditulis
oleh Markus disebut Injil Markus.
Begitu pula tulisan-tulisan Lukas
tentang Yesus disebut Injil Lukas,
dan terakhir tulisan-tulisan Yohanes
tentang Yesus disebut Injil
Yohanes. Tak ada niat sedikit pun
dari para penulis itu untuk
menjadikan tulisan-tulisannya
sebagai kitab suci. Pada abad
pertama, tulisan-tulisan mereka
pada umumnya hanya dianggap
sebagai tulisan-tulisan sastra biasa
yang tersebar luas di antara
masyarakat Yahudi dan di luarnya
(di Roma, Antiokhia, atau di kota-
kota Asia Kecil lainnya). Kitab-kitab
Injil adalah penuangan atau
perwujudan atas tradisi lisan para
saksi hidup agar berita sukacita
mengenai Yesus Sang Mesias tidak
punah seiring dengan semakin
tuanya usia para saksi hidup itu.
Semula mereka mengira, bahwa
Kiamat (kedatangan Tuhan Yesus)
segera akan tiba. Tetapi kemudian
mereka pun menyadari, bahwa
Kiamat tidak akan tiba dalam waktu
dekat, sehingga mereka perlu
menuliskan itu semua agar bisa
terus dibaca dan ajaran Yesus dapat
terus disebarluaskan oleh anak
cucu mereka.
Kitab-kitab Injil baru dikeramatkan
kemudian setelah melewati abad
pertama, yaitu sesudah seluruh
murid Yesus meninggal. Tidak ada
bukti otentik lain yang dapat
dijadikan dasar keimanan bagi umat
Kristen selain daripada tulisan-
tulisan orang suci itu, termasuk di
dalamnya surat-surat rasul kepada
Jemaat atau pun yang ditujukan
kepada pribadi. Kanonisasi oleh
Konsili Gereja hanyalah
pengesahan, karena sebelum
dikanonisasi pun tulisan-tulisan
suci itu sudah dipakai sebagai
landasan keimanan bagi Bapa-bapa
Gereja seperti Ireneus atau
Athanasius dan para martir seperti
Yustinus Martir dan Polikarpus atau
juga filsuf Kristen bidah seperti
Marcion. Tulisan-tulisan Origen
juga tidak menyimpang jauh dari
kitab-kitab kanon.
Demikian harap umat Islam tidak
memaksakan definisi yang salah
terhadap kitab suci Alkitab.
Memang definisi kitab suci
menurut Kristen dan Islam
sangatlah berbeda, dan kalau umat
Islam ingin memahami Alkitab,
maka umat Islam harus memahami
definisi yang benar tentang Alkitab
sebagaimana umat Kristen
memahaminya. Kesalahan-
kesalahan penulisan atau
perbedaan-perbedaan di antara ayat
satu dengan ayat lain bukanlah
menunjukkan ketidakkonsistenan
firman Allah, tetapi itu harap
dimaklumi bahwa Alkitab adalah
sebagai sebuah buku yang sangat
manusiawi. Kita harus memahami
Alkitab sebagai firman secara
maknawi, dan jangan ditafsirkan
secara harfiah. Kami umat Kristen
tidak akan merasa terhina sekiranya
umat Islam mengatakan kalau
Alkitab sebagai kitab suci ternyata
setingkat dengan Hadis dalam
agama Islam. Ya, pahamilah Alkitab
dengan cara yang sama seperti
Anda memahami Hadis dalam
agama Islam. Maka perbedaan-
perbedaan antara penulis kitab
Samuel dengan kitab Tawarikh, atau
perbedaan-perbedaan antara
penulis Injil Matius dengan Injil
Lukas, tidak akan membingungkan
Anda yang muslim.
Predikat umat Muslim terhadap
kitab sucinya Alquran yang
dinyatakan sebagai “Buku Dewa”,
yaitu kitab karangan Tuhan, adalah
terlalu berlebihan, menggelikan
dan bahkan kekanak-kanakan. Ibarat
seorang anak kecil yang bertanya
kepada ibunya: “Bu, kitab suci itu
apa?” Sang ibu menjawab: “Kitab
suci adalah firman Allah”. Maka
anak kecil tadi akan menafsirkan
kitab suci seluruh isinya adalah
kumpulan ucapan-ucapan Allah.
Nah.... jadilah Alquran. Beginilah
menurut kesaksian Roh Kudus
tentang awal mula ide Muhammad
mengarang Alquran. Muhammad
adalah seorang dewasa yang
kecerdasannya mirip anak kecil dan
menggelikan! Mengapa dia tidak
menengok sejarah Keyahudian?
Kitab Taurat Musa, kitab Zabur
(Mazmur) dan Kitab-kitab Injil
bukanlah hasil dikte malaikat.
Apakah Muhammad merasa takjub
dengan kitab para nabi (seperti
kitab Yesaya yang hampir seluruh
isinya adalah kumpulan ucapan-
ucapan Allah)? Ya, benar.
Muhammad justru hendak
menandingi kitab nabi Yesaya, kitab
Yeremia, kitab Amos dan kitab
nabi-nabi Israel. Tetapi yang
menggelikan, ayat-ayat dalam
Alquran ternyata sangat mudah
dibuat dan saya sendiri mampu
membuat ayat-ayat yang sekelas
Alquran (silahkan buka situs
mengenal-islam.t35.com\
tanggapan_saiful.htm). Tapi
mampukah Muhammad mengarang
kitab yang isi perkataan-
perkataannya seperti kitab para
nabi? Tidak, Muhammad tidak
mampu. Yang Muhammad
utamakan dalam pengarangan
kitabnya adalah ego dan
kepentingan pribadinya sendiri. Ada
ratusan ayat dalam Alquran yang
mengandung duet: “Allah dan
Rasul”, dan ada puluhan
permintaan agar pengikutnya patuh
dan taat kepada Rasul. Ayat-ayat
Alquran sangat dipenuhi ego
Muhammad, karena Muhammad
memang bukan utusan Tuhan.
Muhammad banyak menceritakan
kisah-kisah penyiksaan Allah di
neraka agar orang takut dan patuh
kepadanya (bukan kepada Allah,
karena “allah” hanya perwujudan
dari ego Muhammad saja).
Barangsiapa yang berani melawan
kehendak Muhammad, maka
Muhammad akan menyiksanya
dengan dalih memberikan contoh
siksa neraka.
Walaupun umat Kristen tidak
pernah membangga-banggakan
Alkitab sebagai buku suci yang
sempurna, tetapi secara maknawi
Alkitab memang benar-benar
sempurna. Alkitab sungguh-
sungguh bercerita tentang Allah,
semuanya dilihat dari sudut
pandang Allah dan demi untuk
kepentingan misi penyelamatan
Allah kepada manusia. Tidak ada
ego manusia di dalamnya, baik itu
ego si penulis (nabi) maupun untuk
kepentingan suatu golongan atau
bangsa tertentu. Walaupun Alkitab
berasal dari Yahudi, tetapi Alkitab
secara jujur menceritakan
keburukan-keburukan Israel dan
penghukuman Tuhan yang
ditimpakan kepada mereka. Kitab
para nabi malah menjanjikan
keselamatan bagi seluruh bangsa,
walaupun penulisnya adalah nabi
Israel. Tetapi dari Alquran, bisakah
Anda menemukan hukuman Tuhan
kepada bangsa Arab? Walaupun
Arab tengik dan bejat, tetap saja
Arab disanjung-sanjung dan semua
orang disuruh bersujud ke arahnya
(dengan titik sasaran kota Mekah
karena di situ terdapat sebuah
kotak keramat).
Bagaimana Alquran bisa dinyatakan
membawa kebenaran, kalau siapa
ibu Yesus saja tidak tahu malah
ngelantur menjadikan Maryam
saudara perempuan Harun sebagai
ibunya!! Jangan khawatir, umat
Kristen tidak akan tertawa terbahak-
bahak untuk mengejek Buku Dewa
ini, cukuplah kami tersenyum kecil
saja dan kami mengajak umat
Muslim untuk segera bertobat dan
meninggalkan agama setan ini.

Back to posts