XtGem Forum catalog

Allah Menyesal?.

"Ketika dilihat TUHAN, bahwa
kejahatan manusia besar di bumi
dan bahwa segala kecenderungan
hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata-mata, maka
menyesallah TUHAN, bahwa Ia
telah menjadikan manusia di bumi,
dan hal itu memilukan hati-Nya.
Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan
menghapuskan manusia yang telah
Kuciptakan itu dari muka bumi, baik
manusia maupun hewan dan
binatang-binatang melata dan
burung-burung di udara, sebab Aku
menyesal, bahwa Aku telah
menjadikan mereka." Tetapi Nuh
mendapat
kasih karunia di mata
TUHAN." (Kejadian 6:5-8)
Kadang kala kita membaca di dalam
Alkitab bahwa Tuhan menyesal,
tetapi sesungguhnya Tuhan tidak
pernah berbuat dosa sehingga Ia
harus menyesal. Penyesalan yang
terjadi pada manusia terjadi karena
dosa tetapi bukan demikian dengan
Allah. Biasanya, kata "menyesal"
diperkenalkan dengan penyesalan
atas dosa. Orang berdosa menyesal
dengan berbalik dari dosa. Tetapi
Tuhan tidak bisa menyesal karena
dosa sebab Ia tidak memiliki dosa
dan tidak dapat berdosa.
Sesungguhnya konteks dari kitab
Kejadian pasal 6 mengungkapkan
kepedihan hati Allah dimana Ia
harus menjalankan ketetapan-Nya
dimana Ia harus menghukum
pemberontakan yang terjadi
terhadap-Nya. Kata Ibrani yang
diterjemahkan sebagai "menyesal"
juga diterjemahkan sebagai
"menghibur" (Mazmur 23:4 dan
Yesaya 40:1-2). Oleh karena itu,
kata ini adalah ungkapan yang
mengandung emosi yang sangat
kuat yang menyiratkan kepedihan
hati Allah atas dosa manusia. Allah
harus menjalankan tuntutan Hukum
Allah yang meminta penghukuman
atas orang-orang yang berdosa,
tetapi Allah tidak berkenan kepada
kematian orang fasik (Yehezkiel
33:11).
Dan dalam kitab Yeremia 18:7-10
Tuhan menjelaskan demikian:
"Ada kalanya Aku berkata tentang
suatu bangsa dan tentang suatu
kerajaan bahwa Aku akan
mencabut, merobohkan dan
Membinasakannya. Tetapi apabila
bangsa yang terhadap siapa Aku
berkata demikian telah bertobat
dari kejahatannya, maka
menyesallah Aku, bahwa Aku
hendak menjatuhkan malapetaka
yang Kurancangkan itu terhadap
mereka. Ada kalanya Aku berkata
tentang suatu bangsa dan tentang
suatu kerajaan bahwa Aku akan
membangun dan menanam
mereka. Tetapi apabila mereka
melakukan apa yang jahat di depan
mata-Ku dan tidak mendengarkan
suara-Ku, maka menyesallah Aku,
bahwa Aku hendak mendatangkan
keberuntungan yang Kujanjikan itu
kepada mereka."
Tentu saja Allah mengetahui awal
hingga akhir, seperti yang Ia
nyatakan dalam kitab Wahyu 1:8
demikian:
"Aku adalah Alfa dan Omega [yaitu
huruf yang pertama dan huruf yang
terakhir dari alphabet Yunani],
firman Tuhan Allah, yang ada dan
yang sudah ada dan yang akan
datang, Yang Mahakuasa."
Dan kitab Wahyu 2:8 berkata
demikian:
"Dan tuliskanlah kepada malaikat
jemaat di Smirna: Inilah firman dari
Yang Awal dan Yang Akhir, yang
telah mati dan hidup kembali [yaitu
Kristus]"
Dan kitab Yesaya 44:6
menambahkan demikian:
"Beginilah firman TUHAN, Raja dan
Penebus Israel, TUHAN semesta
alam: "Akulah yang terdahulu dan
Akulah yang terkemudian; tidak ada
Allah selain dari pada-Ku."
Dalam kata lain Tuhan mengetahui
dengan pasti segala hal yang akan
terjadi di bumi ini sejak sebelum
dunia dijadikan, dan seluruh
kehendak Allah sudah pasti akan
dijalankan. Tetapi ketika Allah
berhadapan dengan manusia
kadang Allah menggunakan gaya
bahasa manusia sehingga Dia
berkata "karena engkau sedemikian
jahat, Aku hendak membinasakan
engkau." Tetapi kalau bangsa atau
rakyat itu atau orang itu mau
berbalik kepada Allah, maka kalau
dilihat dari sudut pandang kita,
Allah berkata "Aku menyesal
hendak melakukan itu, Aku tidak
akan membinasakan engkau."
Demikian juga hal yang sebaliknya
adalah benar, jika Allah berfirman
bahwa Dia akan melakukan
kebaikan dan ternyata kita
memberontak, Allah berkata "Aku
menyesal, dan Aku akan
membinasakan engkau." Tetapi
sesungguhnya pada dasarnya Allah
tidak pernah atau harus menyesal,
Allah mengetahui dengan pasti apa
yang akan Dia lakukan, tetapi Dia
menyatakannya dengan
menggunakan gaya bahasa
manusia. Allah sedang memandang
diri kita dari sudut pandang kita,
bahwa seolah-olah kita
berada di bawah berkat Allah
namun sekarang kita menyadari
bahwa kita berada di bawah kutukan
Allah, atau sebaliknya.
Dalam kitab Bilangan 23:19 kita
membaca demikian:
"Allah bukanlah manusia, sehingga
Ia berdusta; bukan anak manusia,
sehingga Ia menyesal. Masakan Ia
berfirman dan tidak melakukannya,
atau berbicara dan tidak
menepatinya?"
Dan kitab Yoel 2:12-13
menjelaskan apa yang Allah lakukan
di dalam kehidupan orang-orang
yang diselamatkan, dalam ayat itu
kita baca demikian:
"Tetapi sekarang juga," demikianlah
firman TUHAN, "berbaliklah
kepada-Ku dengan segenap hatimu,
dengan berpuasa, dengan menangis
dan dengan mengaduh."
Koyakkanlah hatimu dan jangan
pakaianmu, berbaliklah kepada
TUHAN, Allahmu, sebab Ia
pengasih dan penyayang, panjang
sabar dan berlimpah kasih setia,
dan Ia menyesal karena hukuman-
Nya."

Back to posts