80s toys - Atari. I still have

Hukum Karma.

Yesus bukan tumbal.
Yesus memang telah menanggung
semua dosa kita di atas pundakNya,
dan itu semua atas keinginan Allah
sendiri untuk membebaskan kita
dari belenggu Iblis.
Momen penderitaan Kristus dan
kematianNya di kayu salib, adalah
momen di mana Allah telah
mengetuk palu keputusanNya baik
untuk manusia maupun untuk
Setan Sang Penguasa Dunia.
Keputusan itu adalah:
 Tidak ada ampun lagi bagi Iblis, ia
sudah dipastikan akan dijebloskan
ke dalam neraka pada akhir zaman.
Untuk itu, ia pun diusir dari surga
dan Allah memberikan kelonggaran
waktu baginya untuk menguasai
dunia ini dan menjerat sebanyak-
banyaknya manusia yang bukan
umat.
 Ada pengampunan buat manusia
yang mau bertobat, dan ada
Kutukan Kekal buat mereka yang
tidak mau bertobat. Mereka yang
tidak mau bertobat diibaratkan
sama seperti orang-orang yang
telah menyiksa dan menyalibkan
Yesus. Hukuman Kekal adalah
hukuman tak terampunkan. Tetapi
buat kita yg mau bertobat dan
bersedia setia menanggung segala
sesuatu, kita berhak mendapatkan
Kebahagiaan yang selama ini telah
Tuhan persiapkan untuk kita.
Ketika kita diberikan pemahaman
bahwa orang yang bertobat adalah
orang yang diampuni dosanya,
maka jangan disangka ia akan
terbebas dari segala beban
penderitaan. Justru dengan
bertobat, ia telah bersatu dengan
Kristus dan menjadi sama seperti
Kristus yang harus mau menerima
cerca dan hinaan dari dunia ini.
Jangan pula dikira, dosa-dosa
perbuatanmu yang pernah kamu
lakukan akan begitu saja hilang
terpikul di pundak Yesus.
Ketahuilah, yang dipikul Yesus
adalah apa yang harus kita tanggung
di neraka. (Memang Yesus tidak
mengalami siksa kekal, tetapi apa
yang Yesus alami di kayu salib
adalah benar-benar penderitaan
yang tidak sepatutnya Ia tanggung
namun Ia bersedia
menanggungnya. Sebuah perbuatan
bejat yang pernah dilakukan umat
manusia kepada “jelmaan”
Tuhannya. Penderitaan Yesus di
kayu salib setara dengan siksa
neraka. Inilah yang saya katakan
sebagai puncak amarah Tuhan dan
ini sebagai momen di mana Tuhan
mengetuk palu keputusanNya.)
Murka Allah untuk kita di neraka
telah dipindahkan ke pundak Yesus,
tetapi bukan berarti kita bebas dari
hukuman dunia.
Jadi siapa bilang, dosa-dosa
perbuatan kita telah lunas begitu
saja?
Yesus telah melepaskan kita dari
kutuk neraka, dan sebagai gantinya,
kita wajib membayar lunas segala
perbuatan kita di dunia.
Apabila Anda keberatan dengan
keadilan Tuhan ini, berarti Anda
sedang menyepelekan dosa.
Anda bisa saja berpikir (atau orang-
orang yang sepaham dengan Anda),
“Marilah kita berbuat dosa, besok
kita minta ampun, dan Yesus akan
ampuni dosa kita. Kita tidak perlu
takut menanggung akibatnya, sebab
segala akibatnya telah ditanggung
oleh Yesus dengan penderitaanNya
di kayu salib.”
Bedebah! Yesus bukan tumbalmu,
dan Allah tidak sebodoh itu!
Kita tidak bisa mempermainkan
Tuhan, dan oleh karena itulah maka
hukum Karma Tuhan memang
harus dijalankan agar manusia tetap
ada rasa takut kepadaNya dan benci
kepada dosa.
Yesus telah menanggung dosa-dosa
kita sekali dan untuk selamanya,
tetapi kita tidak akan kuat
menanggung akibat-akibat dosa
yang kita lakukan berulang-ulang.
Hanya orang ceroboh dan bodoh
saja yang merasa semua akibat
perbuatannya sudah berpindah ke
pundak Yesus.
Saya adalah saksi dan saya adalah
orang yang telah merasakan itu.
Tuhan pasti akan menghukum kita,
bila kita berbuat salah. Dan ini
bukti kasihNya kepada kita, bahwa
Dia tidak menyimpan dosa-dosa
kita untuk pengadilan akhir zaman,
dengan membuat diri kita melunasi
semuanya itu, maka tak ada lagi
dalih bagi Iblis si pendakwa untuk
mendakwa kita di hadapan Takhta
Pengadilan Tuhan. Kita kelak di
akhir zaman akan langsung
dibangkitkan dan diangkat oleh
Kristus untuk tinggal ke tempat
kediaman kekal surgawiNya tanpa
harus melalui proses pengadilan
seperti yang dialami oleh mereka-
mereka yang bukan umat.
Ingat! Allah menghukum kita
dengan maksud agar supaya kita
jera dan tidak berani
mengulanginya kembali. Allah
bermaksud baik, sebab ini semata-
mata agar kita tidak dijerat oleh si
Iblis kelak di hari penghakiman.
Kita yang telah menjadi anak-
anakNya, adalah milik Allah. Dan
Allah ingin agar kita kudus sama
seperti Allah juga kudus. Untuk itu,
segala dosa perbuatan kita
memang perlu disucikan terlebih
dahulu agar kita tidak kelihatan
kotor di mataNya.
MENGAPA KITA SEBAGAI UMAT
DIWAJIBKAN BERBUAT KASIH?
Manusia-manusia “berbahagia”
sulit menerapkan kasih. Kenapa?
Karena mereka buta. Mereka tidak
bisa melihat apa yang Allah lihat. Ia
hanya melihat apa yang manusia
lihat.
Siapa itu manusia “berbahagia”?
Mereka yang mengenyangkan
perutnya dengan pesta pora, hidup
bergelimangan dengan harta dan
kesuksesan, dan tak pernah tahu
seperti apa “rupanya” di hadapan
Allah.
Mereka sulit melakukan kasih.
Kasih bukan dengan materi, kasih
bukan dengan pemberian-
pemberian, tetapi kasih adalah
segenap akal pikiran dan perbuatan
kita terhadap mereka yang kita
anggap ‘menjijikkan’.
Jangan sampai kita seperti kisah
orang kaya dengan Lazarus yang
miskin.
Allah melalui PutraNya, telah
menyiapkan tempat buat kita
umatNya, suatu tempat yang kekal
abadi dan penuh sukacita. Tidak ada
yang jahat di dalamnya, seperti
gambaran kitab nabi Yesaya:
“Serigala akan tinggal bersama
domba dan macan tutul akan
berbaring di samping kambing.
Anak lembu dan anak singa akan
makan rumput bersama-sama, dan
seorang anak kecil akan
menggiringnya.
Lembu dan beruang akan sama-
sama makan rumput dan anaknya
akan sama-sama berbaring, sedang
singa akan makan jerami seperti
lembu.
Anak yang menyusu akan bermain-
main dekat liang ular tedung dan
anak yang cerai susu akan
mengulurkan tangannya ke sarang
ular beludak.
Tidak ada yang akan berbuat jahat
atau yang berlaku busuk di seluruh
gunung-Ku yang kudus, sebab
seluruh bumi penuh dengan
pengenalan akan TUHAN, seperti
air laut yang menutupi dasarnya.
Maka pada waktu itu taruk dari
pangkal Isai akan berdiri sebagai
panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia
akan dicari oleh suku-suku bangsa
dan tempat kediamannya akan
menjadi mulia.
Pada waktu itu Tuhan akan
mengangkat pula tangan-Nya untuk
menebus sisa-sisa umat-Nya yang
tertinggal di Asyur dan di Mesir, di
Patros, di Etiopia dan di Elam, di
Sinear, di Hamat dan di pulau-pulau
di laut.
Ia akan menaikkan suatu panji-panji
bagi bangsa-bangsa, akan
mengumpulkan orang-orang Israel
yang terbuang, dan akan
menghimpunkan orang-orang
Yehuda yang terserak dari keempat
penjuru bumi.” (Yesaya 11:6-12)
Tuhan telah menyiapkan tempat
kediaman yang abadi dan penuh
kelegaan. Ia tidak akan membuat
kita kecewa dan segala jerih payah
kita selama ini atas kesetiaan kita
kepadaNya tidak akan percuma.
Tuhan adalah Bapa kita, Dialah
penebus kita yang baik. Tidak ada
Allah seperti Engkau.
Sebaliknya.....
Apakah yang akan menimpa orang-
orang jahat?
Apakah yang akan menimpa
terhadap diri orang-orang yang
dibenci Tuhan?
Kengerian demi kengerian,
penderitaan untuk selamanya,
suatu tempat yang sungguh kita
tidak pernah ingin memasukinya.
Kita akan pingsan bila mencoba
membayangkannya.
Itulah sebabnya.....
Mengapa Tuhan menginginkan kita
anak-anakNya agar berbuat baik
kepada mereka. Kita tidak boleh
jahat kepada mereka, kita harus
mengasihi mereka. Kita harus
mencerminkan Allah, Bapa kita,
karena Allah tidak membeda-
bedakan manusia, baik itu jahat
maupun benar, semuanya tetap
dipeliharaNya dengan sabar. Jika
kelak Allah harus memberikan
hukuman seperti itu kepada
mereka, sebaliknya Allah
menghendaki kita agar berbuat baik
dan menunjukkan hati yang kudus
dan tak bercela di hadapanNya.
Allah tidak menghendaki ada orang
berhati kejam yang kelak tinggal
dalam kediamanNya.
Maka dari itu, bila kita sudah tahu
bagaimana nasib orang-orang jahat
kelak, kita bukannya membenci dan
mengutuki mereka, justru kita
haruslah berbuat kasih sebanyak-
banyaknya kepada mereka, sebab
mereka adalah saudara-saudara kita
yang perlu dikasihani.
Kita kasihan kepada mereka, karena
apa yang akan menimpa mereka.
Apabila kita membenci mereka dan
membalas apa yang mereka
perbuat terhadap kita, justru kita
malah sedang menumpuk geram
Allah ke atas kepala kita sendiri.
Kita adalah calon-calon surgawi,
tidak sepatutnya berbuat hal yang
jauh dari sifat kasih. Kegembiraan
yang kelak akan kita peroleh, lebih
besar dan lebih berharga ketimbang
penderitaan yang kita terima
selama di dunia.
Apalah artinya diludahi, bila
dibandingkan dengan kesukaan
yang akan Allah berikan kelak?
Apalah artinya ditipu dan dikhianati,
dibandingkan dengan kesukaan dan
kebahagiaan yang Allah akan
berikan kelak?
Kebahagiaan Surgawi sungguh tiada
tara, tak bisa dibandingkan dengan
apapun di bumi ini, termasuk
dengan segala beban derita kita.
Dengan memiliki pemahaman ini,
kita jadi tahu, mengapa Yesus
ketika dianiaya Ia tidak membalas;
ketika Ia dicemooh dan dihina, Ia
tidak mendendam. Justru Yesus
merasa kasihan kepada mereka dan
berdoa buat mereka.
Bisakah kita merasa kasihan kepada
mereka yang menyakiti kita?
Pikirkanlah apa yang dipikirkan
Allah. Lihatlah apa yang tidak
mereka lihat.
Surga ada di depan mata kita, tetapi
neraka ada di belakang mereka.
Satu langkah saja mereka akan
langsung terjebur ke dalamnya.
Itulah sebabnya, kita harus
MENGASIHI.
Adakah di antara kita yang sanggup
melakukan ini?
HUKUMAN YANG HINA DAN
HUKUMAN YANG MULIA
Kadangkala kita heran, bagaimana
dunia ini sering ditimpa
malapetaka-malapetaka. Apakah itu
murni bencana alam? Apakah
semuanya itu terjadi secara
kebetulan dan bukan atas
sepengetahuan Tuhan?
Kita tahu bagaimana bumi ini
pernah ditenggelamkan dengan air
bah di zaman Nuh. Apakah itu
murni semata-mata karena
bencana zaman Es? Di dalam
Alkitab hal itu dituliskan secara
jelas, bahwa itu adalah kehendak
Tuhan.
Kota Sodom dan Gomora, bukanlah
dongeng. Dari penggalian arkeologi
hal itu bisa dibuktikan bahwa apa
yang diceritakan Alkitab memang
benar adanya. Meteor dari langit
memang pernah menghujani bumi,
tapi itu bukanlah suatu bencana
alam atau kebetulan semata.
Tuhanlah yang merencanakan
semuanya.
Oleh sebab itu, Sobat-sobatku
seiman dalam Tuhan, kita harus
percayakan semuanya kepada
Tuhan. Di dunia ini tidak ada yang
kebetulan, semuanya Dia yang
merancang.
Ketika anak kita ditimpa musibah,
itu bukan di luar sepengetahuan
Tuhan. Tuhan tahu, dan Dia
memang dengan sengaja
mengijinkan hal itu terjadi.
Di zaman para kudus hidup,
mereka mengalami aniaya dan
siksa dari orang-orang kafir. Ada
yang diadu dengan binatang buas,
ada yang dibakar hidup-hidup, ada
yang tubuhnya dicabik-cabik
sebelum dibunuh, ada yang penggal
kepalanya, ada dibiarkan mati
perlahan-lahan setelah kedua kaki
dan tangannya dipotong, dan
herannya, mereka semua yang
mengalami nasib tragis seperti itu
adalah ORANG-ORANG YANG
PERCAYA KEPADA ALLAH.
Apakah itu sebagai hukuman Allah
atas dosa-dosa mereka?
Di dunia ini tidak ada seorang pun
yang tidak pernah berbuat dosa,
kecuali Yesus yang suci.
Dan dari sekian banyak model-
model hukuman Tuhan, ada
hukuman yang mulia dan ada
hukuman yang menghinakan.
Hukuman yang mulia adalah
hukuman-hukuman yang
ditimpakan kepada kita oleh karena
kebenaran kita, karena pertobatan
kita, dan kita menerimanya dari
orang-orang jahat.
Petrus berkata dalam suratnya,
“Berbahagialah orang yang
menderita karena berbuat baik.”
Tetapi kalau kita menderita lantaran
berbuat jahat, ini sangat
memalukan, baik di hadapan Tuhan
maupun di hadapan manusia.
Tetapi bila kita diharuskan
menanggung itu semua setelah
pertobatan kita, kita boleh
menerimanya dengan ikhlas dan
percaya, bahwa Tuhan telah
melunasi hutang kita.
Hukuman yang memalukan dan
mencerminkan kutukan Tuhan
adalah:
 Mati kecelakaan atau musibah
yang tidak disengaja
 Mati karena bencana alam
 Mati karena membunuh manusia
(contoh: bom bunuh diri)
 Mati dibunuh penjahat
 Mati karena penyakit yang
menyiksa
Dan inilah Kematian yang Mulia di
hadapanNya:
 Mati demi Kristus, dibunuh gara-
gara iman kita kepadaNya
 Mati secara baik-baik, karena usia
tua atau penyakit yg wajar
Sobat-sobatku, kita bisa menilik
dari kejadian-kejadian yang sering
menimpa kita akhir-akhir ini.
Bencana alam demi bencana alam
silih berganti. Dan kebanyakan yang
menjadi korban adalah dari umat
mayoritas. Lalu bagaimana dengan
umat Kristen yang juga jadi korban?
Kita tidak perlu heran. Kita
sebenarnya di hadapan Tuhan,
sudah tidak ada lagi perbedaan
mana umat dan mana yang bukan
umat. Kita sekalian telah berjalan
menurut jalan kesesatan masing-
masing, tidak lagi mengikuti jalan
yang diarahkan Tuhan. Beragama
Kristen bukan berarti ia telah
menjadi umat. Label yg
disandangnya atau kode yang
tertera di KTP-nya tak bisa menjadi
bukti bahwa ia adalah umat.
Kecelakaan transportasi silih
berganti. Siapakah yang banyak
menjadi korbannya?
Sobat-sobatku yang satu dalam
iman, baiklah mulai sejak saat ini,
kita berusaha mengubah diri kita.
Berusahalah menjadi benar-benar
seperti apa yang diharapkan Tuhan.
Karena Tuhan itu kasih, Dia ingin
kita setidak-tidaknya menjadi
hampir mirip seperti tabiatNya
yang kudus dan penuh kasih. Kita
memang bukan Tuhan, tapi kita
harus memiliki sifat-sifat baik
Tuhan, sebab kita anak-anakNya.
Selalu berdoa kepadaNya, selalu
ingat kepadaNya.
Ingatlah apa yang sudah saya
katakan di atas, bahwa ada
beberapa jenis kematian yang
sangat menghinakan dan dapat
mengindikasikan adanya kutukan
dari Tuhan. Kita mestinya malu bila
kita mengalami kematian seperti
itu. Maka dari itu, selalu ingatlah
akan Tuhan, dan takutlah
kepadaNya. Sebab Tuhan
senantiasa mengawasi jalan hidup
kita dan menguji hati kita.
Berdoalah senantiasa, agar kita
jangan jatuh ke dalam pencobaan
Iblis.
Hanya dengan menjadikan Yesus
sebagai Sandaran Utama kita, kita
akan dibantu untuk menjadi anak-
anak Allah yang sejati. Terimalah
Roh Yesus dalam hati kita, biarlah
Dia yang bekerja dan menguasai
hidup kita. Sesungguhnya kita ini
bukan apa-apa, tetapi Yesuslah
yang terutama. Amin.
Carilah hikmat. Hikmat bertumbuh
dari penderitaan.
Hikmat tidak dapat dikelola dari
hidup yang penuh dengan gelogoh
duniawi. Keduniawian membutakan
kita. Kita harus berusaha melihat
apa yang Allah lihat, dan bukan apa
yang dunia lihat.

Back to posts