"Demikian juga kamu, hai isteri-
isteri, tunduklah kepada suamimu,
supaya jika ada di antara mereka
yang tidak taat kepada Firman,
mereka
juga tanpa perkataan dimenangkan
oleh kelakuan isterinya, jika
mereka
melihat, bagaimana murni dan
salehnya hidup isteri mereka itu.
Perhiasanmu janganlah secara
lahiriah, yaitu dengan mengepang-
ngepang
rambut, memakai perhiasan emas
atau dengan mengenakan pakaian
yang
indah-indah, tetapi perhiasanmu
ialah manusia batiniah yang
tersembunyi dengan perhiasan
yang tidak binasa yang berasal dari
roh
yang lemah lembut dan tenteram,
yang sangat berharga di mata
Allah."
(1 Petrus 3:1-4)
Konteks dari ayat ini berbicara
tentang skenario yang sering terjadi
dimana sang isteri sudah
diselamatkan dan sang suami
belum
diselamatkan. Bukti dari hal ini
terlihat dalam pernyataan, " ... jika
ada di antara mereka [yaitu para
suami] yang tidak taat kepada
Firman
... " Ungkapan "tidak taat" dalam
ayat ini menunjuk pada
"ketidak-percayaan".
Akan tetapi indahnya Tuhan dapat
merubah situasi ini dimana Tuhan
mampu untuk memberikan
keselamatan yang berasal daripada-
Nya kepada
suami yang tidak percaya dengan
menggunakan
"kelakuan" (kebiasaan)
dari sang isteri sebagai saksi
"bisu" (yang berarti "...tanpa
kata-kata...") sebagai lawan dari
"khotbah" secara langsung kepada
suaminya.
Dan ungkapan
"dimenangkan" (kerdaino) lebih dari
80% penggunaannya
diterjemahkan sebagai ungkapan
"memperoleh". Jadi kita dapat
mengganti
ungkapan "memperoleh" dengan
ungkapan "memenangkan". Dan
dalam kitab
Filipi 3:8-10 kita membaca
demikian:
"Malahan segala sesuatu kuanggap
rugi, karena pengenalan akan
Kristus
Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari
pada semuanya. Oleh karena Dialah
aku
telah melepaskan semuanya itu
dan menganggapnya sampah,
supaya aku
memperoleh [memenangkan]
Kristus, dan berada dalam Dia
bukan dengan
kebenaranku sendiri karena
mentaati hukum Taurat, melainkan
dengan
kebenaran karena kepercayaan
kepada Kristus [yaitu kepercayaan
milik
Kristus], yaitu kebenaran yang Allah
anugerahkan berdasarkan
kepercayaan. Yang kukehendaki
ialah mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan
dalam penderitaan-Nya, di mana
aku
menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian-Nya"
Perhatikan bagaimana kepercayaan
atau "iman milik Kristus" sendiri
dan
bukan iman milik kita yang
memulai keselamatan kita. Ingatlah
bahwa
manusia adalah mati secara rohani
sejak mereka berada di dalam
kandungan, oleh karena itu
manusia tidak memiliki iman
sebelum mereka
diselamatkan.
Kemudian dalam kitab 1 Petrus 3:2
kita baca lagi demikian:
"jika mereka melihat, bagaimana
murni [percakapannya] dan
salehnya
hidup isteri mereka itu."
Dalam bahasa aslinya kita
menemukan ungkapan
"percakapan" (anastrophe)
dalam ayat ini. Dan sesungguhnya
hal ini menunjuk pada kelakuan
atau
kebiasaan dari seseorang. Dan
Tuhan juga menggunakan dua kata
yang
lain dalam ayat ini yang harus kita
periksa, yaitu "murni" (hagnos)
dan "saleh" (phobos).
Kata Yunani untuk ungkapan
"murni" ditemukan dalam kitab
Titus 2:5
sebagai ungkapan "suci", dalam
ayat itu kita membaca demikian:
"hidup bijaksana dan suci, rajin
mengatur rumah tangganya, baik
hati
dan taat kepada suaminya, agar
Firman Allah jangan dihujat orang."
Kata ini juga muncul dalam kitab
Filipi 4:8 sebagai ungkapan "suci".
Disitu kita membaca demikian:
"Jadi akhirnya, saudara-saudara,
semua yang benar, semua yang
mulia,
semua yang adil, semua yang suci,
semua yang manis, semua yang
sedap
didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji,
pikirkanlah
semuanya itu."
Dan dalam kitab 1 Petrus 2:18 kita
melihat kata Yunani untuk
ungkapan
"saleh" diterjemahkan sebagai
ungkapan "takut". Dalam ayat itu
kita
membaca demikian:
"Hai kamu, hamba-hamba,
tunduklah dengan penuh ketakutan
kepada
tuanmu, bukan saja kepada yang
baik dan peramah, tetapi juga
kepada
yang bengis."
Ini adalah ayat yang sangat bagus
untuk mengingatkan para isteri
yang
diberkati untuk melayani suami
mereka dalam cara yang
memuliakan
Tuhan. Akan tetapi lebih jauh ayat
ini adalah nasihat bagi kita semua
yang telah diberkati dengan
keselamatan untuk mengenali
bahwa secara
sederhana kita hanyalah pelayan-
pelayan yang melayani "Raja dari
segala raja" yang kepada-Nya kita
harus takut, setia, dan patuh
dengan
segenap hati kita.
Selanjutnya dalam kitab 1 Petrus
3:3-4 kita membaca lagi demikian:
"Perhiasanmu janganlah secara
lahiriah [yaitu penampilan luar],
yaitu
dengan mengepang-ngepang
rambut, memakai perhiasan emas
atau dengan
mengenakan pakaian yang indah-
indah, tetapi perhiasanmu ialah
manusia
batiniah yang tersembunyi dengan
perhiasan yang tidak binasa yang
berasal dari roh yang lemah lembut
dan tenteram, yang sangat berharga
di mata Allah."
Sekarang mari kita melihat lebih
jauh pada kata Yunani untuk
ungkapan
"perhiasan" (kosmos). Di dalam
Alkitab kata ini lebih sering
diterjemahkan sebagai ungkapan
"dunia". Hanya dalam kitab 1
Petrus 3:3
kata ini di-terjemahkan sebagai
ungkapan "perhiasan". Disini Tuhan
sedang membuat kontras antara
yang "lahiriah" (daging) sebagai
lawan
dari "batiniah" (roh), yaitu "sifat
yang tersembunyi dalam hati", yang
sangat berhubungan dengan
keselamatan yang juga disebut
sebagai "roh
yang lemah lembut dan rendah
hati".
Sedang kata Yunani untuk ungkapan
"lahiriah" (exothen) juga digunakan
dalam kitab Matius 23:27 dimana
Tuhan Yesus berkata demikian:
"Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu
orang-orang munafik, sebab kamu
sama seperti kuburan yang dilabur
putih, yang sebelah luarnya
[exothen] memang bersih
tampaknya, tetapi
yang sebelah dalamnya penuh
tulang belulang dan pelbagai jenis
kotoran."
Dalam ayat yang cukup menembus
ini, Tuhan sedang menekankan
prioritas
dari kepentingan rohani. Apakah
gunanya untuk bersih, sehat dan
menarik secara fisik tetapi
sesungguhnya sakit secara rohani
dan
sedang berjalan menuju kutukan
yang kekal?
Kemudian ungkapan
"mengepang" (emploke) dalam
frasa kata " ...
mengepang rambut ... " hanya
ditemukan dalam ayat ini di
Perjanjian
Baru, akan tetapi akar katanya
(empleko) ditemukan dalam ayat-
ayat
berikut sebagai ungkapan
"memusingkan" dan "terlibat":
Kitab 2 Timotius 2:4 menasihatkan
kita demikian:
"Seorang prajurit yang sedang
berjuang tidak memusingkan
[empleko]
dirinya dengan soal-soal
penghidupannya, supaya dengan
demikian ia
berkenan kepada komandannya."
Dan kitab 2 Petrus 2:20
mengajarkan demikian:
"Sebab jika mereka, oleh
pengenalan mereka akan Tuhan dan
Juruselamat
kita, Yesus Kristus, telah
melepaskan diri dari kecemaran-
kecemaran
dunia [kosmos], tetapi terlibat
[empleko] lagi di dalamnya, maka
akhirnya keadaan mereka lebih
buruk dari pada yang semula."
Dalam ayat-ayat ini kita melihat
bahwa seorang isteri yang
merupakan
seorang yang percaya "dunia-
nya" (dan juga dunia suaminya)
seharusnya
berfokus pada perluasan dari
Kerajaan Tuhan, dan bukan menjadi
"tawanan" dari keinginan daging,
keinginan mata, dan keangkuhan
hidup
(1 Yohanes 2:16).
Kita juga mengingat isteri Lot
sebagai contoh dari orang-orang
yang
hatinya masih terpaut pada
Kerajaan Iblis ketika mereka lari
keluar
dari Sodom, yaitu kota yang penuh
dengan perzinahan yang akan
dihancurkan Tuhan. Isteri Lot
melanggar perintah Tuhan untuk
tidak
"melihat kebelakang" (Lukas 17:32).
Dan akhirnya kita melihat bentuk
lain dari kata Yunani "kosmos" yang
di-terjemahkan sebagai ungkapan
"berdandan" [kosmeo] dalam kitab
1
Timotius 2:9-10. Dalam ayat itu kita
membaca sebagai berikut:
"Demikian juga hendaknya
perempuan. Hendaklah ia
berdandan dengan
pantas, dengan sopan dan
sederhana, rambutnya jangan
berkepang-kepang,
jangan memakai emas atau mutiara
ataupun pakaian yang mahal-mahal,
tetapi hendaklah ia berdandan
dengan perbuatan baik, seperti
yang
layak bagi perempuan yang
beribadah."
"Therefore, my beloved brethren,
be ye stedfast, unmoveable, always
abounding in the work of the Lord,
forasmuch as ye know that your
labour is not in vain in the Lord." (1
Corinthians 15:58)