80s toys - Atari. I still have

Nasihat Kepada Istri.

"Manusia itu [yaitu Adam] memberi
nama kepada segala ternak, kepada
burung-burung di udara dan kepada
segala binatang hutan, tetapi
baginya sendiri ia tidak menjumpai
penolong yang sepadan dengan dia.
Lalu TUHAN Allah membuat
manusia itu tidur nyenyak; ketika ia
tidur,
TUHAN Allah mengambil salah satu
rusuk dari padanya, lalu menutup
tempat itu dengan daging. Dan dari
rusuk yang diambil TUHAN Allah
dari
manusia itu, dibangun-Nyalah
seorang perempuan, lalu dibawa-
Nya kepada
manusia itu. Lalu berkatalah
manusia itu: "Inilah dia, tulang dari
tulangku dan daging dari dagingku.
Ia akan dinamai perempuan, sebab
ia
diambil dari laki-laki." (Kejadian
2:20-23)
Di dalam Alkitab Tuhan juga
menyamakan persatuan antara
seorang suami
dan isterinya dalam lembaga
pernikahan di dunia ini dengan
persatuan
yang misterius (rahasia) antara
Kristus dan pengantin-Nya, yaitu
gereja yang kekal. Kitab Efesus
5:31-32 menyatakan kepada kita
demikian:
"Sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu
dengan isterinya, sehingga
keduanya itu menjadi satu daging.
Rahasia
ini besar, tetapi yang aku
maksudkan ialah hubungan Kristus
dan jemaat
[yaitu gereja yang kekal]."
Jadi kita tidak boleh melupakan
dimensi rohani yang sangat penting
ini
ketika membaca tentang hubungan
suami isteri di dalam Alkitab.
Seperti
misalnya di kitab Kejadian pasal 2
diatas Adam merupakan gambaran
dari
Tuhan Yesus Kristus, yang juga
dipanggil sebagai "Adam yang
akhir"
dalam kitab 1 Korintus 15:45. Dan
Kristus diberikan Pengantin (yang
digambarkan oleh Hawa), yaitu
semua orang-orang percaya yang
sejati,
dan Allah Bapa "membawa" mereka
kepada Kristus. Kita dapat melihat
hal
ini dengan jelas dalam ayat-ayat
berikut ini:
Kitab Yohanes 6:37 menunjukkan
demikian:
"Semua yang diberikan Bapa
kepada-Ku akan datang kepada-Ku,
dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia
tidak akan Kubuang."
Dan kitab Yohanes 17:24
menyatakan demikian:
"Ya Bapa, Aku mau supaya, di
manapun Aku berada, mereka juga
berada
bersama-sama dengan Aku, mereka
yang telah Engkau berikan kepada-
Ku,
agar mereka memandang
kemuliaan-Ku yang telah Engkau
berikan
kepada-Ku, sebab Engkau telah
mengasihi Aku sebelum dunia
dijadikan."
Kita telah melihat bahwa Tuhan
menyamakan sang isteri dengan
gereja
(jemaat) yang kekal, seperti yang
kita baca dalam kitab Efesus
5:31-33
demikian:
"Sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu
dengan isterinya, sehingga
keduanya itu menjadi satu daging.
Rahasia
ini besar, tetapi yang aku
maksudkan ialah hubungan Kristus
dan jemaat
[yaitu gereja yang kekal].
Bagaimanapun juga, bagi kamu
masing-masing
berlaku: kasihilah isterimu seperti
dirimu sendiri dan isteri
hendaklah menghormati
suaminya."
Sekarang marilah kita memeriksa
perintah Tuhan bahwa "isteri
hendaklah
menghormati suaminya". Kata
Yunani yang diterjemahkan sebagai
ungkapan
"menghormati" (phobeo:G5399)
adalah kata dimana ungkapan
"phobia"
dalam bahasa Inggris diambil. Dan
kata ini digunakan kira-kira
sebanyak 90 kali di dalam kitab-
kitab Perjanjian Baru.
Dalam kitab Kolose 3:17-23 kita
menemukan pernyataan yang mirip
yang
juga menggunakan kata phobeo
yang sama yang diterjemahkan
sebagai
ungkapan "takut" dalam ayat 22.
Dalam ayat itu kita membaca
demikian:
"Dan segala sesuatu yang kamu
lakukan dengan perkataan atau
perbuatan,
lakukanlah semuanya itu dalam
nama Tuhan Yesus, sambil
mengucap syukur
oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
{18} Hai isteri-isteri, tunduklah
kepada suamimu, sebagaimana
seharusnya di dalam Tuhan. {19}
Hai
suami-suami, kasihilah isterimu
dan janganlah berlaku kasar
terhadap
dia. {20} Hai anak-anak, taatilah
orang tuamu dalam segala hal,
karena
itulah yang indah di dalam Tuhan.
{21} Hai bapa-bapa, janganlah sakiti
hati anakmu, supaya jangan tawar
hatinya. {22} Hai hamba-hamba,
taatilah tuanmu yang di dunia ini
dalam segala hal, jangan hanya di
hadapan mereka saja untuk
menyenangkan mereka, melainkan
dengan tulus
hati karena takut [phobeo] akan
Tuhan. {23} Apapun juga yang kamu
perbuat, perbuatlah dengan
segenap hatimu seperti untuk
Tuhan dan
bukan untuk manusia."
Ini adalah ayat yang sangat indah
yang menunjukkan bahwa kita
harus
berpikir, berkata dan berbuat segala
sesuatu untuk kemuliaan Tuhan.
Dan perhatikan bagaimana setiap
kelompok dari individu ini
diperintahkan untuk mematuhi
perintah-perintah tertentu seperti
berikut: "... isteri tunduklah ...", "...
suami kasihilah ...", "...
anak-anak taatilah ...", "... bapa-
bapa jangan membuat marah ...",
"... hamba-hamba taatilah ...".
Penekanan yang mirip juga muncul
dalam kitab Efesus 5:22 yang kita
baca demikian:
"Hai isteri, tunduklah [hupotasso]
kepada suamimu seperti kepada
Tuhan"
Orang-orang yang percaya kepada
Kristus harus berpikir, berbicara,
dan
bertindak dengan tujuan untuk
memuliakan sang Tuan dan
Juruselamat
mereka. Hal ini adalah benar baik
bagi laki-laki, perempuan, maupun
anak laki-laki dan anak perempuan.
Akan tetapi dalam ayat ini dan juga
ayat-ayat lainnya, para isteri
diperintahkan untuk tunduk kepada
suaminya "seperti kepada Tuhan".
Kitab Kolose 3:18 berkata
demikian:
"Hai isteri-isteri, tunduklah
[hupotasso] kepada suamimu,
sebagaimana
seharusnya di dalam Tuhan."
Ini menunjuk pada keinginan yang
tulus dari seorang isteri untuk
menempatkan dirinya dibawah
otoritas dari sang suami, sama
seperti
sang isteri harus tunduk kepada
Tuhan sendiri. Tindakan yang
seperti
itu dicatat dan di-demonstrasikan
dalam kitab 1 Petrus 3:6 yang kita
baca demikian:
"sama seperti Sara taat kepada
Abraham dan menamai dia
tuannya ... "
Kata Yunani yang di-terjemahkan
sebagai ungkapan "tundukkanlah
dirimu"
(hupotasso:G5293) dalam kitab
Efesus 5:22 ditemukan sekitar 40
kali
dalam kitab-kitab Perjanjian Baru.
Berikut adalah contoh-contohnya:
Kitab 1 Petrus 2:13 menegaskan
tugas dari seorang warga negara
untuk
mematuhi hukum yang berlaku di
tempat ia tinggal (kecuali kalau
hukum
tersebut melanggar ketentuan Kitab
Suci). Dalam ayat itu kita membaca
demikian:
"Tunduklah [hupotasso], karena
Allah, kepada semua lembaga
manusia,
baik kepada raja sebagai pemegang
kekuasaan yang tertinggi"
Dan kitab Titus 2:5 menyatakan
karakteristik dari seorang isteri
Kristen, dimana kata Yunani untuk
ungkapan "tundukkanlah dirimu"
disini di-terjemahkan sebagai
"taat". Dalam ayat itu kita
membaca
demikian:
"hidup bijaksana dan suci, rajin
mengatur rumah tangganya, baik
hati
dan taat [hupotasso] kepada
suaminya, agar Firman Allah jangan
dihujat
orang."
Selanjutnya dalam kitab Efesus 5:23
kita mempelajari demikian:
" ... suami adalah kepala isteri
sama seperti Kristus adalah kepala
jemaat. Dialah yang
menyelamatkan tubuh."
Dan kitab 1 Korintus 11:3 lebih jauh
menegaskan demikian:
"Tetapi aku mau, supaya kamu
mengetahui hal ini, yaitu Kepala
dari
tiap-tiap laki-laki ialah Kristus,
kepala dari perempuan ialah
laki-laki dan Kepala dari Kristus
ialah Allah."
Sang isteri harus tunduk atau taat,
atau menjadi subjek dari, sang
suami "seperti kepada Kristus"; dan
pada gilirannya sang suami harus
mengasihi sang isteri sama seperti
Kristus mengasihi jemaat atau
gereja yang kekal. Kitab Efesus 5:25
dengan jelas bersaksi demikian:
"Hai suami, kasihilah isterimu
sebagaimana Kristus telah
mengasihi
jemaat dan telah menyerahkan diri-
Nya baginya"
Secara alami, adalah lebih mudah
bagi sang isteri untuk tunduk
kepada
suaminya ketika sang suami
menunjukkan pengorbanan kasih
yang seperti
ini untuk isterinya. Bagaimanapun
juga, jika ini adalah bukan
kasusnya, sang isteri tetap harus
tunduk kepada sang suami "seperti
kepada Kristus".
Kitab Efesus 5:24 mengajarkan
kepada kita demikian:
"Karena itu sebagaimana jemaat
tunduk kepada Kristus, demikian
jugalah
isteri kepada suami dalam segala
sesuatu."
Dan dalam kitab Lukas 2:51 kita
menemukan contoh dari Tuhan
Yesus
sendiri, ketika Ia masih kecil, yang
menundukkan diri-Nya kepada
orang
tua jasmaninya. Dalam ayat itu kita
membaca demikian:
"Lalu Ia pulang bersama-sama
mereka ke Nazaret; dan Ia tetap
hidup
dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya
menyimpan semua perkara itu di
dalam
hatinya."
Dan kitab Roma 8:7 menjelaskan
perang rohani yang terjadi antara
orang-orang yang belum
diselamatkan dengan Tuhan, dan
hal itu
menggaris-bawahi ketidak-
mampuan manusia untuk berada
dibawah, atau
tunduk, kepada Firman Tuhan
sebelum ia benar-benar
diselamatkan. Dalam
ayat itu kita membaca demikian:
"Sebab keinginan daging adalah
perseteruan terhadap Allah, karena
ia
tidak takluk kepada hukum Allah;
hal ini memang tidak mungkin
baginya."
"Thy word is a lamp unto my feet,
and a light unto my path" (Psalm
119:105)

Back to posts