Lebih daripada sekadar menjadi
pendengar firman, Yakobus
kemudian menasihati para
pembaca suratnya supaya mereka
menjadi pelaku firman yang benar.
Hanya menjadi pendengar firman
adalah aktifitas ibadah yang semu,
yang bersifat basa-basi; tetapi,
menjadi pelaku firman adalah
perwujudan konkrit dari ibadah dan
kehidupan iman Kristen yang sejati.
Menjadi pelaku firman sejati berarti
mendengarkan dengan sungguh-
sungguh, dengan rasa kehausan
jiwa, dengan semangat untuk
belajar, dengan kerinduan untuk
diubah oleh Allah, lewat firman-
Nya. Firman Allah yang berkuasa
itu, ditangkap dengan hati terbuka
sehingga menghasilkan dampak
positif; orang yang menerimanya
dikoreksi dan diubah oleh ajaran
firman, diarahkan oleh firman,
dipengaruhi sedemikian rupa oleh
firman, sehingga firman Allah
terwujud secara nyata dalam
hidupnya.
Setiap kita, orang percaya,
seharusnya mengevaluasi dan
mengukur kehidupan rohani kita
masing-masing, bukan lewat
keaktifan ikut kebaktian saja, atau
ikut kebaktian doa, atau PA, atau
pembacaan firman yang bersifat
rutin; tetapi, kita harus
mengevaluasi; apakah firman itu
benar-benar bisa mengubah hidup
kita, menjadikan kita pelaku firman,
menjadikan kita semakin serupa
dengan Kristus?
Apabila kita sedang menjalin relasi
yang sehat dengan Allah, maka
pertama-tama, kita harus punya
rasa tertarik yang nyata terhadap
Tuhan; kita ingin bergaul dengan
Dia, kita ingin diajar dan dibentuk
oleh-Nya.
Kita juga ingin dibimbing,
diarahkan, dibentuk, dan diubah
oleh kuasa
firman-Nya.
Hal seperti demikianlah yang
menjadikan kita, orang Kristen,
bertumbuh semakin serupa Kristus,
yang hidup dalam kebenaran Allah.
Dengan menjadi pelaku firman,
menjadi orang Kristen yang sejati,
maka kita terhindar dari menjadi
orang yang sedang menipu diri
sendiri, yang sedang berbasa-basi
dengan Allah.
"Pelaku firman yang baik adalah dia
yang mendengarkan firman
dengan sungguh-sungguh. Apakah
Anda seperti ini?"