80s toys - Atari. I still have

Menjadi Anak Allah.

Bacaan : Roma 8:12-18
Pada saat ini, banyak orang Kristen
seringkali mengartikan bahwa jika
menjadi "anak Allah," maka kita
tidak seharusnya mengalami
kekurangan ekonomi, kemunduran
finansial, atau stagnasi usaha.
Mengapa demikian? Mereka yang
menganut pandangan demikian
berpikir, jika Allah itu kaya dan
pemilik alam semesta, maka kita
sebagai anak-anak-Nya seharusnya
mencerminkan keberadaan Allah
tersebut. Artinya, jika kita bukan
orang yang sukses, memiliki materi
yang berlimpah, dan kedudukan
sosial yang baik, maka kondisi kita
tersebut sebenarnya memalukan
nama Tuhan, dan kita tidak
mencerminkan anak-anak Allah.
Bahkan, jika kita ialah anak-anak
Allah, kita berhak menuntut Allah
untuk memenuhi keinginan kita.
Benarkah pandangan ini sesuai
dengan ajaran Alkitab?
Pertama,
konsep "anak-anak Allah" yang
dimaksudkan Alkitab adalah
berbicara soal keselamatan dan
status seseorang di hadapan Allah,
bukan kelimpahan materi (Hos.
1:10; Yoh. 1:12). Artinya, dahulu
kita hamba dosa, tapi sekarang
dalam Kristus, telah diselamatkan
dan memiliki status baru, yaitu
anak-anak Allah.
Kedua,
konsep "anak-anak Allah" berkaitan
dengan pola hidup yang
mencerminkan karakter Allah, dan
bukan keegoisan dan kebanggaan
diri terhadap materi (Rm. 8:1-15;
Mat. 5:9; Luk. 6:35-36).
Ketiga,
menjadi "anak Allah" artinya, rela
menderita karena Kristus. Berarti,
orientasi hidup bukan pada
kelimpahan materi, tapi kemuliaan
yang akan datang (Rm. 8:17-18).
Kadangkala Allah memberkati kita
dengan kelimpahan materi, namun,
orientasi hidup bukan di dalam
kelimpahan materi, tetapi hati yang
rela berkorban demi Kristus.
Jadi, jika kita tidak memiliki
kelimpahan materi kesuksesan
yang dunia miliki, ini tidak
menjadikan kita kehilangan status
sebagai anak Allah. Kita dipanggil
menjadi anak Allah, bukan untuk
berkompetisi tentang kelimpahan
materi di hadapan manusia
berdosa, tapi menyatakan
karakteristik Allah di hadapan
mereka, agar mereka menyadari
dosa mereka.
"Menjadi Anak Allah berarti kita
memancarkan
karakter ilahi melalui
hidup kita."

Back to posts