Hidup Oleh Iman.

Bacaan: Habakus 2:1-5
Pada saat ini, konsep "hidup oleh
iman" seringkali diartikan sebagai
suatu kehidupan yang dipenuhi
dengan peristiwa-peristiwa
spektakuler. Bahkan, konsep yang
demikian ini pada akhirnya menjadi
tolok ukur bagi tingkat/kualitas
iman seseorang. Jika seseorang
diberkati melimpah, hidup tanpa
persoalan, dan setiap
permintaannya dikabulkan oleh
Allah, maka orang itu akan diakui
memiliki kualitas iman yang baik
atau hidup oleh iman. Persoalannya
adalah, apakah setiap orang yang
dalam kondisi berlawanan dengan
kondisi di atas, berarti bahwa orang
tersebut tidak hidup oleh iman atau
tidak memiliki kualitas iman yang
balk?
Meski Alkitab menjelaskan bahwa
orang beriman akan dipelihara dan
diberkati Allah (misalnya Abraham),
tapi hal ini tidak berarti bahwa
kualitas iman manusia ditentukan
atau diukur dari materi, kedudukan
atau peristiwa spektakuler yang
terjadi dalam hidupnya. Berkat dan
pemeliharaan Allah merupakan
kemurahan-Nya, yang diberikan-
Nya berdasar anugerah-Nya melalui
ketaatan (iman). Karena itu, kita
tidak seharusnya tidak
memutarbalikkan konsep "hidup
oleh iman" menjadi "berkat
membuktikan kualitas iman
seseorang."
Penyataan Allah menjelaskan
secara mendasar bahwa yang
dimaksud "hidup oleh iman" ialah
kehidupan yang dihidupi dengan
terus bersandar kepada Allah dan
menaati hukum-Nya, walau realita
hidup yang dihadapinya tidak
sesuai dengan pikiran dan kondisi
yang semestinya (ay. 4). Karena itu,
Habakuk
berkata: "Sekalipun pohon ara tak
berbunga, pohon anggur tidak
berbuah..., namun aku bersorak-
sorai di dalam Tuhan" (3:17-19).
Bagaimana dengan kita? Hidup oleh
iman berarti kita tidak
meruntuhkan kepercayaan kita
pada Allah dan karya-Nya, meski
harus menanggung persoalan
hidup. Hidup oleh iman berarti kita
percaya bahwa ketaatan kita
kepada-Nya akan menolong kita
untuk tetap berada dalam karya-
Nya yang agung dan indah, meski
harus menantikannya dengan
cucuran air mata.

Back to posts

pacman, rainbows, and roller s